Mohon tunggu...
Heni Prasetyorini
Heni Prasetyorini Mohon Tunggu... Tutor - Edupreneur

Pegiat pendidikan coding untuk anak-anak di Heztek Coding

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Puasa Bisa Terus Ngobrol Online dan Merancang BUMAGIT, Startup Baru untuk Ibu Rumah Tangga Digital

1 Mei 2020   05:56 Diperbarui: 1 Mei 2020   05:54 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga alumni Coding Mum Surabaya termasuk saya, terus menjalin pertemanan walau jarang pernah bertatap muka. Apalagi sekarang di masa pandemi Corona, kami sama sekali tidak berjumpa. Kecuali secara online, di grup whatsApp khusus dan saling berkomentar atau berkirim pesan pribadi media sosial. Kami lakukan ini secara mengalir saja sejak 2016, tiga tahun yang lalu. 

Pertemuan pertama di ruang Dilo Surabaya itu, tidak kami sangka akan awet terus sampai sekarang. Kalau lihat foto di bawah ini, saya yang berjilbab biru tua, belakang saya adalah bu Jelita yang berjilbab peach. Dan di seberang saya ada Tika yang berjilbab hijau toska dengan ekspresi duck face. Kami berfoto di pertemuan pertama bersama mbak Ellen dari Kolla Space dan pihak dari Bekraf. 

foto pertemuan pertama Coding Mum Surabaya. dokpri
foto pertemuan pertama Coding Mum Surabaya. dokpri

Apa itu Coding MUM?

Saya tuliskan dua artikel untuk menjelaskan hal ini ya, bisa klik satu per satu:

1. Coding Mum Mencetak Ibu Rumah Tangga Menjadi Web Designer dan Front End Programmer

2. Komunitas Coding Mum Indonesia Siap Memberdayakan Perempuan di Ranah Teknologi

Saya dan Tika berangkat dari profesi sebagai ibu rumah tangga, yang kemudian menjadi freelancer atau bisa disebut digital creativepreneur. Sedangkan bu Jelita, adalah Dosen Geo Mapping dari UNIPA Surabaya. 

Sebagai freelancer, partner kerja saya tentu berganti-ganti. Begitu juga dengan Tika. Akan tetapi, tanpa sadar kami bertiga sering berkumpul karena meneruskan kelas belajar coding untuk ibu-ibu dan anak di Surabaya. Yang kami adakan. 

Bahkan sebelum ada kewajiban "Stay At Home" pun kami jarang sekali bertemu. Dan lebih sering ngobrol dan berdiskusi secara online. Sampai akhirnya kami bertiga memutuskan untuk membuat sesuatu yang lebih serius. 

BUMAGIT

Akronim dari IBU RUMAH TANGGA DIGITAL 

Sebuah singkatan yang ditemukan oleh Tika, dalam obrolan kami membuat satu nama khusus untuk startup yang ingin kami dirikan bersama. Sebuah program, platform dan sebut saja fasilitator untuk menemani para ibu rumah tangga Indonesia untuk melek teknologi. Dengan harapan, setelah penguasaan pada teknologi mereka akan lebih produktif dan menghasilkan dengan segala apapun yang telah mereka kerjakan. Jika sudah berbisnis, maka bisnisnya akan go digital. Jika terampil menjahit, maka bisa mempromosikan dirinya dan membuat portfolio dengan baik. 

Semangat BUMAGIT malah cocok banget dengan kondisi saat ini. DI RUMAH SAJA BISA. 

Jadi, apapun ide dan rencana hebat itu tidak harus ditelurkan dalam gedung yang mewah, atau cafe yang instagramable. Melainkan bisa dari rumah saja. Berada di rumah masing-masing. Dalam kondisi masing-masing. Dengan tugas domestik dan kerjaan lainnya masing-masing juga. Berangkat dari menjadi diri sendiri. Tidak perlu risau dengan tampilan yang kurang tampak kantoran. Dan hal-hal yang biasa muncul untuk membatasi gerak itu, berusaha kami kikis sedikit demi sedikit. 

Mulai DARI RUMAH SAJA BISA. 

Dengan ketekunan dan komunikasi yang terus menerus, semua bisa dibangun sedikit demi sedikit. Untunglah teknologi dan segala jenis platform bisa dimanfaatkan dengan mudah dan gratis sekarang ini. Saya masih bisa bekerja (yang juga secara online dan remote), Tika juga terus merancang program BUMAGIT dengan baik sambil berkoordinasi dengan kami. Sementara bu Jelita masih menempuh kuliah S3 di negara seberang, di Taiwan. 

Beda rumah apalagi beda negara juga bukan hambatan sama sekali kan sekarang?

Asal mau melek teknologi sedikit saja, kegiatan dan pekerjaan bisa terus berjalan. 

Khusus untuk freelancer seperti saya, berkomunikasi dan bersilaturahmi secara online dengan orang yang pernah bekerja bersama atau menjadi klien atau memberikan pekerjaan untuk saya, juga harus terus dilakukan. Bisa dengan sesekali memberikan respon pada postingan mereka di media sosial. Atau saling menyapa di grup whatsapp. Bisa juga mengikuti kelas online atau webinar yang mereka selenggarakan. 

Media sosial, yang ada kata "sosial" itu memang wajibnya dilakukan untuk bersosialisasi alias berkomunikasi atau bisa disebut bersilaturahmi. Penggunaan medsos dengan bijak ini akan bisa mengantarkan kita semakin produktif. 

Jika ingin kembali lebih erat lagi silaturahminya, bisa saling berkirim hadiah. Caranya pesan produk lokal bikinan UMKM atau hasil karya teman kita sendiri. Dan meminta mereka mengirimkan kepada partner kerja kita tadi. Dengan ini, keakraban akan semakin terasa. Silahkan mencoba :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun