Mohon tunggu...
Heni Prasetyorini
Heni Prasetyorini Mohon Tunggu... Tutor - Edupreneur

Pegiat pendidikan coding untuk anak-anak di Heztek Coding

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ibu Rumah Tangga Lulusan Apple Developer Academy at Universitas Ciputra

19 Desember 2019   08:42 Diperbarui: 19 Desember 2019   08:44 1252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah lulus, mau kerja di mana, bu Heni?

Saya menggeleng dan mantap menjawab, "kembali jadi ibu rumah tangga pak."

Tepat tanggal 11 Desember 2019, program Apple Developer Academy di Universitas Ciputra (UC) Surabaya angkatan pertama atau disebut juga Cohort 1, telah selesai dan dirayakan dalam Graduation Ceremony. Beberapa hari kemudian baru dilakukan penyerahan Sertifikat - Certification of Completion - resmi di Flexible Space gedung Apple Academy di kawasan kampus UC, seperti yang tampak di foto saya tersebut.

Sudah kurang lebih 10 bulan sejak hari pertama mengikuti program ini. Dan sampai kemarin, masih ada anak-anak muda, terutama mahasiswa yang mengirimkan pesan pribadi ke media sosial saya. Tentu saja ingin bertanya tentang pengalaman dan cara biar lolos diterima di Apple Developer Academy|UC.Untuk singkatnya, sekaligus akan saya jawab di sini:

Sebelum mendaftar, saya mencari dulu informasi sebanyak-banyaknya tentang Apple Developer Academy, baik yang di Indonesia maupun di beberapa negara lainnya. Untuk mengetahui konsepnya apa sih, tujuannya apa, dan apakah saya bakal diterima jika mendaftar, juga apakah sanggup menjalani proses di akademi selama berbulan-bulan?

Setelah hasil pencarian menunjukkan bahwa ada peluang untuk masuk, maka saya persiapkan dokumen CV untuk mendaftar sebaik mungkin. Jejak rekam, prestasi, hasil karya dan sebagainya diperbarui di semua lini pribadi yang saya punya: blog, instagram, facebook, twitter, linkedin. Supaya apapun tautan yang saya tulis di CV, ketika dicek ulang memang benar isinya dan sudah ter-update.

Setelah tahap dokumen lolos dan masuk ke pembuatan video profil, saya lakukan lagi riset kedua. Yaitu riset video profil teman yang memang juga baru mendaftar, dengan cara mengikuti tanda pagar (#) yang sudah diatur tersebut di You Tube, yaitu #uc.apple.academy.2019.

Nah, dari situ ditarik benang merah, kira-kira Pesan apa yang mau disampaikan di video profil, supaya bisa sesuai dengan isi CV dan personal branding yang sudah dibangun sebelumnya. Karena aktivitas saya beberapa tahun ini seputar pemberdayaan perempuan di ranah teknologi juga teknologi pendidikan untuk kelas belajar anak, maka itulah yang saya tampilkan.

Video saya berjudul "Impactfull: Dari Apple Academy Untuk Coding Mum & Coding Kids Indonesia" bisa disimak di sini:


Ketika membuat video, usahakan dengan intonasi suara yang keras, jelas dan bersemangat. Ini pasti terpancar otomatis jika kalian punya karakter motivasi diri yang kuat. Kalau sedang baper dan bad mood, lebih baik jangan bikin video dulu ya. Makan bakso pedes dulu biar muncul lagi semangat membaranya :)

Seharusnya video profil ini hanya dibatasi 1 menit. Tapi saya keblabasan lebih dari 3 menit. Dan ketika masa rekam video itu ada drama listrik di rumah mati berjam-jam, maka ketika listrik nyala wifi nyala, tanpa babibu lagi, langsung saya posting videonya ke You Tube, karena memang deadline sampai jam 12 malam itu. Pokoke budal, kalau kata orang Surabaya.

Dokumen dan video lolos, selanjutnya adalah tahapan Tes Tulis yang langsung dikerjakan di Universitas Ciputra. Apa saja bahan materi tes tulis? Nah ini semua juga saya riset dan pelajari sendiri, sebisa mungkin, semaksimal mungkin. Mulai dari konsep Coding : OOP, Swift Programming, lalu tentang design dan juga bisnis.

Ditambah lagi karena tes tulis ini waktu saya daftar disebut Tes Potensial Akademik, maka saya pun mengulang lagi materi TPA yang sekarang banyak bertebaran model soal online yang bisa dikerjakan sambil nungguin dadar jagung yang sedang digoreng matang sempurna di dapur :). Kalau ingat TPA harus ingat lagi model tes kalau mau masuk sekolah negeri reguler atau mendaftar jadi dosen. Yaitu ada Deret Hitung, Deret Ukur, Sinonim, Pola dan sebagainya.

Waktu tes tulis ini, dilakukan di Lab. Komputer UC. Soal berjumlah 100 butir dan nilai saya 65. Lumayan dan ternyata memenuhi kredit minimum untuk bisa lolos tahap selanjutnya yaitu interview.
Nah, terakhir persiapan interview, maka persiapannya tidak lain dan tidak bukan adalah menampilkan diri sendiri sekeren mungkin. Jangan sampai kelihatan gembos, ngglembosi atau males-malesan aja gitu ya.

Oke, semua tahap terlampaui dan saya lolos diterima. Cerita lengkapnya bisa dibaca di blog pribadi saya berikut ini:

Alhamdulillah, Diterima di UC Apple Developer Academy 2019.

Berlanjut menjawab model pertanyaan anak muda tentang pengalaman saya di program ini, berikut jawabannya.

Sebagai informasi awal, profil saya adalah ibu rumah tangga yang punya beberapa aktifitas dan jenis pekerjaan remote work atau sebagai freelancer. Sebagai IBU RUMAH TANGGA perlu digarisbawahi, karena itu mempengaruhi rekam jejak saya sebagai satu-satunya ibu-ibu dan satu-satunya peserta perempuan dari Public Participant.
Menjadi ibu rumah tangga (model saya), artinya mengantar jemput anak, mengurus rumah dan lain sebagainya adalah tugas saya. Ketika ikutan program ini, dan kebetulan masuk ke shift sore dimana harus datang pukul 13.30 WIB siang, dan pulang saat maghib pukul 17.30 WIB petang, itu bukan hal yang biasa-biasa saja. Melainkan suatu keadaan antimainstream yang luar biasa di mana harus ada banyak sekali perubahan dalam struktur yang sudah aman dan nyaman di dalam rumah tangga saya.

Menjemput anak pulang, misalnya, tidak bisa saya lakukan sendiri karena bentrok jam. Maka harus dialihkan ke pihak lain.

Di awal akademi, anak saya titipkan ke tetangga perumahan sebelah yang juga mempunyai usaha laundry kecil-kecilan. Ternyata berjalan 3 bulan, beliau mundur karena kecapekan dengan jalur dari rumahnya ke sekolahan anak saya yang cukup jauh menurutnya (Sambikerep - Lidah Kulon). Apalagi waktu jemput sekitar jam 3 sore, di masa kemarau di mana matahari lagi panas-panasnya juga.

Wajar kalau mbak penjemput jadi jatuh sakit. Dengan kondisi ini, saya coba menjadi pengganti, tapi sama juga, nggak sanggup. Jadi migren kepala karena harus riwa-riwi dari UC - Lidah Kulon - Sambikerep - UC untuk sekali jalan.

Maka opsi kedua diambil yaitu menggunakan jasa ojek online. Walau di awal cukup bikin deg-degan karena anak saya masih SMP kelas 7, alhamdulillah berjalan waktu, cukup aman dan lancar.

Ini bentuk struggle saya yang pertama.

Di Apple Developer Academy|UC, kita tidak diberikan jadwal belajar yang ketat, saklek dan padat berjam-jam duduk di meja menghadap komputer saja. Melainkan bentuk belajar yang dinamis dan mandiri (self directed learning). Konsep ini sangat bagus terutama untuk generasi muda, gen Z yang punya karakter jauh berbeda dengan saya si Gen X. Dan ini lagi yang menjadi bentuk struggle saya yang kedua.

Saya mengalami proses adaptasi yang cukup sulit dalam beberapa hal. Ada momentum di mana fokus saya benar-benar terbelah karena hal keluarga. Dan jadwal saya untuk fokus dan mengerjakan sesuatu, belum tentu sinkron dengan jadwal dari teman-teman satu tim, yang usianya jauh lebih muda, yaitu setengah dari usia saya. Ya, di hari penerimaan program ini, usia saya tepat 40 tahun, sedangkan mayoritas peserta di akademi berusia 18-22 tahun. Walau ada beberapa yang juga seumuran dengan saya, namun belum pernah satu tim :)

Keterbatasan ini, cukup berdampak juga dalam kinerja saya di akademi. Bahkan hasil kontemplasi atas kondisi itu, menjadi bentuk satu podcast ini:

Limit Itu Ada Kawan.

Dengan pengalaman saya tadi, pelajaran yang bisa diambil untuk teman-teman yang ingin masuk ke Apple Developer Academy adalah sebagai berikut:

  1. Jika mengalami kesulitan, sampaikan kepada mentor pribadi, mentor akademi, teman atau siapapun yang bisa menjembatani. Karena sebenarnya di apple developer academy, diterapkan model interaksi yang bebas, cair dan dinamis. Tell somebody that you have a problem and you need help. Saya ditempa bertahun-tahun untuk tidak mudah minta tolong, jadi lumayan keteteran di akademi. Just don't act like me there.
  2. Dokumentasikan dengan baik perjalanan belajar (learning Journey) dan refleksi. Setelah di akhir akademi, saya menggunakan tools bernama Airtable (bisa dicari dan diunduh sendiri ya). Dengan fitur Calendar di Airtable, lebih mudah bagi saya mencatat kegiatan sehari-hari, sekaligus memasukkan Learning Evidence atau bukti belajar, baik dalam bentuk gambar screenshot, dokumen ataupun video. Coba deh di www.airtable.com

Baiklah itulah catatan singkat saya. Semoga bisa menginspirasi.

Tak lupa saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya untuk keluarga baru saya di Apple Developer Academy | Universitas Ciputra Surabaya. Juga pihak Apple yang bertukar username, saling follow dan sesekali ngobrol di inbox media sosial. Serta beberapa narasumber yang hadir di Sharing session atau Training session, dan masih terus berkomunikasi dengan saya. Terima kasih banyak. Semoga ke depan bisa saling memberikan manfaat dan kebaikan.

Jika ingin melihat informasi lengkap tentang Apple Developer Academy | Universitas Ciputra Surabaya, silahkan di baca di website officialnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun