Saya adalah ibu rumah tangga biasa, non coder, alias non programmer, tapi kejeblos di dunia ajaib ini sejak 2016, 3 tahun lalu lebih sedikit.Â
Setelah lulus dari Coding Mum Surabaya, saya tak bisa berhenti menahan deru hati untuk terus kepo dengan konsep memahami cara kerja komputer ini. Konsep Coding, Computer Science, Computational Thinking dan sekitarnya, terus menerus saya pelajari dari berbagai sumber.Â
Beruntunglah sekarang semua rasa penasaran ini bisa cepat diselesaikan dengan hitungan detik dengan bantuan mesin pencari.Â
Nah, sambil terus mencari informasi dan belajar, saya juga gemar mengajar. Terutama untuk ibu-ibu dan anak-anak.
Ada modusnya juga, untuk menarik korban lebih banyak sehingga kejeblosan saya itu bisa dirasakan oleh lebih banyak orang :)
Coding begitu menarik, walau awalnya saya langsung gelagapan dikenalkan cara menulis code untuk membuat WEBSITE dengan 3 bahasa pemrograman basic yaitu HTML5, CSS3 dan JAVASCRIPT.Â
Sejak menuliskan HELLO WORLD pertama di HTML, saya sudah berteriak, " wooo ini sulap!!!", dan sejak itu sampai detik ini saya juga berteriak wohoo ini sulap ketika menuliskan HELLO WORLD selanjutnya di bahasa SWIFT.
Jika HTML ini saya tahunya digunakan untuk bikin website, dengan memakai laptop windows.Â
Kalau SWIFT ini, adalah bahasa ciptaan geng APPLE yang hanya bisa digunakan di MACBOOK.Â
Kok bisa sampai ke geng APPLE mbak Hen?
Nanti saja ceritakan di artikel lainnya ya.Â
Baik lanjut ke cerita yang nyambung ke judul.Â
Jadi sejak belajar coding awal, mengajar, lalu belajar lagi, saya sering merasa kesulitan untuk memahami konsepnya.
Belajar coding itu sebenarnya banyak sekali sumbernya. Ada kelas online. Ada blog yang menulis tutorial. Ada juga website khusus yang menyediakan kurikulum lengkap dan bisa diakses gratisan.Â
Sebut saja:
1. w3schools.com
2. freecodecamp.org
3. codeacademy
Dan lain sebagainya.Â
Setiap coding juga bisa tersedia contohnya di sana, lalu main trik rada curang, tinggal Select All- Copy - Paste saja, maka jadilah bentuk website atau produk tertentu yang diinginkan. Dan ini juga trik yang saya lakukan jaman ikutan Coding Mum di Surabaya tahun 2016 itu. Cara curang biar bisa langsung bisa tampil di ujian akhir. Silahkan ditiru ya, loh eh.Â
Ya..copas awal nggak papa, asal belajarnya lanjut to.Â
ATM Â = Amati Tiru Modifikasi , juga trik belajar yang ampuh juga untuk mengenal coding ataupun malah blogging atau bahkan konsep belajar keterampilan digital kreatif lainnya.Â
Mmm...untuk belajar hal lain juga bisa sih. Kalau ingat anak kunyil saya juga tracing gambar, jadi kayak menjiplak gambar kartun Anime gitu, trus lamla-lama dia bisa nggambar sendiri.
Akan tetapi konsep ATM di ranah coding ini, ada efek sampingnya, yaitu kita tidak mengenal KONSEP CODING-nya dengan baik.
Atau KONSEP ANALOGI PROGRAMMING - nya begitu.Â
Kejadiannya di saya sendiri. Saya bisa dengan mudah main copas aja CODE milik orang, atau meng-CLONE dari GITHUB orang yang sudah di settting publik. Lalu mengotak-atik sendiri. Tapi giliran di kasih challenge oleh para mentor coding di program Apple Developer Academy itu, saya langsung BLANK !!!, bingung aja gitu, ini digimanain. Itu maksudnya apa? Padahal materinya sudah diajarkan berkali-kali.Â
Nah menjawab keresahan itu, saya pun memilih sumber belajar baru.Â
Salah satunya adalah karena pendekatannya yang cocok dengan keseharian saya gitu. Sesama perempuan kali ya.Â
Dan langsunglah saya menarik nafas lega.....
Owala gini tooo maksudnya konsep FUNCTION di Swift ini.........
Jadilah saya langsung membuat caption ini di Facebook.
Shubuh ini membuka lagi kelas onlinenya Angela Yu tentang belajar membuat Ios apps.
Sudah beberapa kali dikenalkan tentang "function" di bahasa Swift oleh montir-montir Appledev, tapi saya nggak ngeh aja.
Dengan analogi dari penjelasan Angela, saya baru mudeng.
Why?
Karena contoh yang dipakai dekat dengan keseharian saya sebagai ibu-ibu yang harus membeli susu untuk anaknya di rumah.
Jadi untuk mengenalkan konsep coding ini, Angela mengambil contoh ada ROBOT yang harus diprogram agar bisa membeli susu di toko.
Owala, baru mudeng saya.
Dari sini bisa juga ditarik hipotesa ringan, bahwa untuk menerangkan pelajaran baru, hendaknya menggunakan analogi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.
Walah bahasamu mbak Hen.
Ya pokoke ngono iku lah rek ya.
Semangat sinaune ae pokoke kan :)
Oke markijutnau, mari kita lanjut sinau
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H