Mohon tunggu...
Heni Prasetyorini
Heni Prasetyorini Mohon Tunggu... Tutor - Edupreneur

Pegiat pendidikan coding untuk anak-anak di Heztek Coding

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Santri Nasional Siap "Go Digital"

23 Oktober 2018   08:58 Diperbarui: 29 Oktober 2018   09:20 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama pelatihan tersebut, belum semua guru terlibat karena terbatasnya waktu. Dan belum semua murid mengetahui tentang program ini. Maka bertepatan di tanggal 22 Oktober ditetapkan sebagai HARI SANTRI NASIONAL, maka program Kelasku Digital resmi dilaunching kemarin. Saya sebagai pengajar diminta juga untuk hadir. 

Selain menceritakan kembali proses pelatihan, tentu yang lebih penting lagi adalah memberikan wawasan tentang perkembangan dunia digital. Sehingga konsep SANTRI SIAP GO DIGITAL adalah tema yang saya ambil dan relevan dengan kondisi ponpes Bustanul Ulum dan beberapa ponpes lainnya di mana santri masih terbatas sekali untuk akses dengan kemajuan teknologi informasi. 

Tidak mudah memang "menembus" ponpes untuk mau Go Digital. Pertimbangan bahwa internet lebih banyak mudharatnya dan untuk kemudahan membimbing anak di pondok, inilah yang memberikan batas. 

Pengalaman juga ketika saya ambil topik Digital learning di sebuah sekolah terpadu di Surabaya. Ketika rencana pengambilan data dan praktek mengajar sudah beres, kendala muncul ketika tiba-tiba pihak pimpinan Ponpes tempat sekolah itu bernaung mendadak memutuskan akses wifi di ponpes dan melarang penggunaan laptop dan ponsel untuk semua siswanya baik itu di asrama ataupun di rumah. Jadi hanya boleh di sekolah. 

Tentu saja waktu itu saya kelabakan, karena butuh data praktek penggunaan suatu Kelas Virtual di platform Learning Managemens System, dalam hal ini saya gunakan Course Networking di www.thecn.com. Akan tetapi muridnya tidak boleh laptopan dan online? Sementara di kelas, di sekolah, jam terbatas, akses terbatas. 

Yang membuat hati nyeri adalah ketika menyaksikan mereka, santri yang antusias belajar, harus berhenti karena aturan ini. Miris tapi inilah kenyataan yang harus saya pahami. Bagaimanapun juga pihak ponpes bertanggung jawab sangat besar untuk membina santri-santrinya. Maka untuk menghindari hal yang tidak baik terjadi, seperti jika santri mengakses situs kekerasan, pornografi atau terkena dampak cyber chrime. 

santri belajar bersama dengan satu ponsel
santri belajar bersama dengan satu ponsel
santri mengerjakan ujian online dari ponsel
santri mengerjakan ujian online dari ponsel
guru memberikan ujian online
guru memberikan ujian online
Segala keterbatasan ini menurut hemat saya, harus ada jalan tengahnya. Jika terus menerus santri dibatasi akses internet, bagaimana mereka bisa berkembang? Sedangkan di masa depan, ketika mereka lulus dan masuk dunia kerja, pekerjaan sudah dilakukan secara digital. Malah mungkin tidak perlu lagi kantor khusus. Mereka bisa bekerja kapan saja, di mana saja. Lah, kalau sejak muda sama sekali tidak mengenal teknologi ini, bagaimana mereka bisa mandiri?

Hal inilah yang saya sampaikan kepada Pemimpin Ponpes ketika bertukar pikiran di sela-sela waktu tunggu pelatihan dimulai. 

SANTRI GO DIGITAL benar-benar sudah harus dipersiapkan sejak dini. Agar mereka terbiasa dan tidak gagap teknologi. Agar mereka mau menjadi kreator, bukan hanya user, pengguna. Agar mereka berhati-hati dan bijak menggunakan sosial media karena itu adalah portolio digital mereka yang bisa mempengaruhi kinerja dan karir mereka di masa depan. 

Bahwa ada hal buruk dari internet, iya itu memang ada. Maka yang perlu dipikirkan adalah cara untuk mengatasinya. Bagaimana para santri aman dari cyber chrime. Bagaimana mereka bisa menggunakan internet secara sehat, untuk belajar dan berkarya. Untuk kreatifitas dan produktifitas. 

Saya yakin, dengan koordinasi yang baik antar pihak ponpes, sekolah dan juga fasilitator teknologi pendidikan, maka SANTRI SIAP GO DIGITAL. Sehingga dengan segala potensi yang mereka punya, mereka bisa berkarya dari balik tembok pondok pesantrennya lalu bisa menjangkau dunia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun