Mohon tunggu...
Hening Nugroho
Hening Nugroho Mohon Tunggu... Penulis - Laki-laki

Menulis itu sederhana Ig @hening_nugroho Waroenkbaca.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta yang Menolak Dilihat

6 Desember 2024   01:00 Diperbarui: 6 Desember 2024   02:10 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah suatu kali, saat senja merayap turun, kita bertemu di perempatan jalan. Kau berjalan di sisi yang berlawanan, namun aku tahu kita melihat satu sama lain. Ada detak jantung yang tak beraturan, ada peluh yang mengalir tanpa sebab. Tapi kita tak menghampiri. Kita hanya melintas, seperti dua bayangan yang berpapasan, tanpa meninggalkan jejak.

**

"Kita ini apa?" tanyamu pada malam ketika bulan separuh menggantung di langit, seperti potongan perak yang terkelupas. Aku diam, hanya menatapmu dari balik cangkir teh yang mengeluarkan asap tipis.

Aku ingin menjawab bahwa kita adalah debu bintang yang terjebak di antara waktu, cinta yang tak ingin diabadikan karena abadi dalam momen-momen kecil yang tak terlihat. Tapi kata-kata itu tak pernah keluar, hanya tertinggal dalam getar di ujung lidah.

"Apakah kau bahagia?" kau bertanya lagi, dengan suara yang hampir seperti rintihan angin. Aku melihat matamu yang penuh tanya, seperti danau dalam yang tak bisa kujelajahi. Aku tahu kau ingin sesuatu yang lebih, ingin kepastian yang bisa kau genggam. Tapi cinta ini adalah udara, tak berbentuk, tak bisa kau genggam.

Aku tersenyum, senyum yang kau benci karena selalu mengandung rahasia. "Aku bahagia, dalam cara yang tak bisa dilihat," jawabku akhirnya, membuatmu menghela napas panjang.

Kau menunduk, menyentuh jemari yang tak bisa kau sambungkan dengan jemariku. Kita duduk berdampingan di bangku taman itu, namun terasa seperti ada jurang yang membentang di antara kita. Hening, hanya ada suara angin yang melintas, membawa pergi kata-kata yang tak pernah terucap.

**

Cinta kita berakhir tanpa perpisahan. Tidak ada pelukan terakhir, tidak ada air mata yang menggenang di sudut mata. Kita hanya berhenti bertemu, berhenti saling menunggu di tempat-tempat biasa. Aku melihat foto profilmu berganti, dan aku tahu, kau telah memilih jalan yang berbeda.

Namun, dalam setiap malam yang hening, ketika aku menutup mata dan menarik napas dalam-dalam, aku masih bisa merasakanmu di sana, di tempat yang tak bisa dilihat siapa pun. Cinta ini tetap hidup, meski tak pernah diakui. Ia mengendap di sudut-sudut hati, seperti hujan yang lupa jatuh.

"Kita ini apa?" tanyamu pada ingatan yang kini hanya tinggal bayangan. Dan aku masih tak bisa menjawab, hanya tersenyum dalam gelap, membiarkan pertanyaan itu menguap bersama embun pagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun