Mohon tunggu...
Hening Nugroho
Hening Nugroho Mohon Tunggu... Penulis - Laki-laki

Menulis itu sederhana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tangan-Tangan Pekerja Kretek dan Ekonomi Nasional

2 Desember 2023   18:54 Diperbarui: 2 Desember 2023   19:23 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyingkap permasalahan yang kini sedang melanda dunia, Organisasi Perburuhan Internasional memproyeksikan bahwa pertumbuhan lapangan kerja global hanya akan mencapai 1 %  pada 2023, kurang dari setengah tingkat pada 2022. Ukuran ini sebagian besar disebabkan oleh ketatnya pasokan tenaga kerja di negara-negara berpenghasilan tinggi. Ini akan menandai pembalikan penurunan pengangguran global yang terlihat antara 2020-2022. Lebih lanjut Perempuan dan kaum muda bernasib jauh lebih buruk di pasar tenaga kerja. 

Secara global, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan mencapai 47,4 persen pada 2022, dibandingkan dengan 72,3 persen untuk laki-laki. Sementara kaum muda (berusia 15--24) menghadapi kesulitan besar dalam menemukan dan mempertahankan pekerjaan yang layak. Tingkat pengangguran mereka tiga kali lipat dari orang dewasa. Maka sangat penting untuk memastikan sisi kebijakan, baik pemerintah pusat maupun daerah dalam mengupayakan untuk menjaga sektor padat karya yang tampak nyata sebagai penggerak roda perekonomian dan penyedia lapangan kerja yang tak terbatas, yang juga menampung tingkat kesejahteraan di dalamnya. 

Termasuk serta perlindungan melalui regulasi yang adil, berimbang, dan mendorong pemberdayaan serta daya saing. Dan di sinilah semakin nyata peran penting Sigaret Kretek Tangan (SKT) dalam serapan tenaga kerja yang signifikan. Para pekerja SKT didominasi oleh perempuan-perempuan yang mayoritas mengemban peran ganda sebagai tulang punggung keluarga, 97% pekerja SKT adalah para perempuan yang mampu meningkatkan kesejahteraan keluarganya, dan berhasil menyekolahkan anak-anaknya serta keberadaan pabrik SKT memberikan multiplier effect ekonomi di lingkungan masyarakat.

Kontribusi Sigaret Kretek Tangan.


Sedikit cerita, menengok kebelakang melihat sejarah panjang di masa lalu, pada tahun 1980, waktu itu tenaga kerja perempuan mendapat tempat dan lebih diperhitungkan dalam perusahaan kretek. Kinerja yang lebih teliti, rapi, mudah diatur, cepat dalam produksi, dan upah yang murah menjadi pertimbangan perekrutan buruh perempuan. Pada tahun tersebut terjadi pengalihan kerja di bagian produksi kretek yang didominasi perempuan. Para pekerja laki-laki mulai dialihfungsikan untuk mengerjakan bagian yang banyak membutuhkan tenaga seperti pengangkutan, pengamanan, sopir, dan lain-lain.  Wujud dari perempuan sebagai makhluk yang tidak lemah adalah mereka mampu membagi tugasnya antara waktu untuk bekerja dan memenuhi kodratnya sebagai perempuan untuk mengurus rumah tangga. Peran ganda yang harus diselesaikan oleh perempuan dan ketangguhannya dalam bekerja menjadikan faktor pertimbangan bagi para perusahaan untuk mempekerjakan perempuan, dengan memberi kepercayaan bahwa pekerja perempuan lebih ulet dalam mengerjakan suatu pekerjaan terutama ketelitian dalam memproduksi kretek. Kedekatan perempuan dalam industri kretek juga terlihat dari proses penanaman hingga pengolahan dengan mengandalkan sifat perempuan yang teliti dan sabar yang menjadi pemegang peranan penting dalam menghasilkan batang kretek yang berkualitas.


Perkembangan industri kretek yang semakin pesat membuat berbagai varian kretek yang beredar dipasaran. Perbedaan dalam varian tersebut adalah proses pembuatannya. Proses yang banyak membutuhkan tenaga manusia untuk produksi rokok disebut dengan unit Sigaret Kretek Tangan (SKT). Unit tersebut banyak menggunakan tenaga kerja manusia, mulai dari proses pembuatan bahan olahan kretek hingga menghasilkan jutaan batang kretek setiap harinya.


Sigaret Kretek Tangan (SKT) merupakan salah satu karya kebudayaan Indonesia yang terbaik, unik, khas serta merupakan pondasi terbentuknya entitas rokok kretek. Industri SKT memegang peranan penting dalam menjaga stabilitas ekonomi di Indonesia dengan menyerap 85% dari total tenaga kerja Industri rokok. Banyak pihak tidak setuju jika rokok kretek dihilangkan, dikarenakan rokok kretek menjadi bagian dari sejarah dan kebudayaan kita, tidak bisa dibantah jika rokok kretek adalah budaya khas Indonesia yang telah menjadi heritage bangsa. Rokok kretek mempunyai sejarah panjang ketika pertama kali ditemukan di Indonesia yang pada awalnya hanya dibuat di rumah-rumah, dilinting, dan dibungkus dengan kulit jagung (Setyawan 2018). Rokok kretek merupakan produk asli Indonesia yang unik dan diakui Dunia. Bahan baku yang terdiri dari tembakau dan cengkih sebagian besar menggunakan sumber daya alam lokal.


Industri rokok kretek itu sendiri merupakan industri padat karya, dan memiliki andil besar dalam perkenomian negara terutama pada penerimaan Cukai negara (Sunaryo 2013). Bahkan sampai saat ini masih mempunyai peran penting dalam menggerakkan ekonomi nasional terutama di daerah penghasil tembakau, cengkeh, dan sentra-sentra produksi rokok, antara lain dalam menumbuhkan industri atau jasa terkait, penyediaan lapangan usaha dan penyerapan tenaga kerja. Dalam situasi krisis ekonomi pun tetap mampu bertahan dan tidak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), bahkan industri ini mampu memberikan sumbangan yang cukup signifikan dalam penerimaan negara.

Pada awal tahun 2005 jumlah Industri rokok kretek sebanyak 3.217 perusahaan dan dalam tahun 2006 sudah mencapai 3.961 perusahaan atau meningkat sebesar 23,12 %. Dalam periode yang sama produksi rokok mencapai 220,3 milyar batang dan 218,7 milyar batang. Sebaran industri rokok kretek secara geografis sebagian besar (75%) berada di daerah Jawa Timur, Jawa Tengah (20%), dan sisanya berada di daerah-daerah lain seperti Sumatera Utara, Jawa Barat, dan D.I Yogyakarta. Industri ini mendapatkan prioritas untuk dikembangkan karena mengolah sumber daya alam, menyerap tenaga kerja cukup besar baik langsung maupun tidak langsung (10 juta orang) dan sumbangannya dalam penerimaan negara (cukai) di tahun 2006 sebesar Rp. 42,03 triliun sedangkan di tahun 2007 sebesar Rp 43,54 triliun.


Pengolahan industri tembakau mempunyai peran penting dalam menggerakkan ekonomi nasional, karena mempunyai multiplier effect yang sangat luas. Oleh karena itu dengan mempertimbangkan aspek ekonomi industri pengolahan tembakau dikembangkan dengan tidak mengabaikan faktor dampak kesehatan. Dari komoditas pertanian dan perkebunan tembakau merupakan faktor yang sangat strategis, yakni komoditas yang memiliki peranan penting dalam pembangunan sosial ekonomi masyarakat dan memberi menyumbang penerimaan negara dalam jumlah cukup besar. 

Tidak berlebihan jika komoditas ini disebut sebagai "emas hijau". Tahun 2012 produk tembakau menghasilkan sumbangsih pendapatan dari cukai rokok sebesar 80 triliun pertahun. Dalam perekonomian nasional, peranan agribisnis tembakau dan industri hasil tembakau dalam penciptaan nilai output, nilai tambah, dan penyerapan tenaga kerja, kedua sektor tersebut mempunyai efek ganda yang cukup besar, terutama tembakau. Agribisnis tembakau mampu menarik sektor hulu dan mendorong sektor hilir untuk berkembang, sedangkan industri hasil tembakau mampu mendorong sektor hilir saja. Kedua sektor (terutama industri hasil tembakau) memberikan sumbangan sekitar 7% terhadap penerimaan negara dari dalam negeri.

Kemudian dari aspek ketenagakerjaan, industri tembakau menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar. Wibowo (2003) menyebutkan bahwa penyerapan tenaga kerja industri selama kurun waktu lima tahun terakhir secara keseluruhan masih mengalami pertumbuhan signifikan. Rata-rata pertumbuhan tenaga kerja per tahun industri rokok di Indonesia mencapai 4 %. 

Dari total tenaga kerja tersebut, industri kretek mendominasi tenaga kerja yakni mencapai 95 % dari total tenaga kerja yang bergerak di industri hasil tembakau. Industri tembakau merupakan industri padat karya yang menyerap jumlah tenaga kerja besar, lebih dari 6,1 juta berdasar data Kementerian Perindustrian dan menciptakan beberapa mata rantai industri yang dikelola oleh rakyat (pertanian, perajangan, pembibitan, dll.) dari hulu hingga hilir, berkisar antara 30-35 juta orang yang bekerja dalam rangkaian produksi tembakau, cengkeh, industri rokok, serta dalam perdagangan tembakau dan rokok, termasuk juga dari keberadaan produk-produknya.


Alhasil segmen Sigaret Kretek Tangan (SKT) menunjukkan perbaikan pangsa pasar di tahun 2023 sekitar 23%, setelah mengalami penurunan pangsa pasar yaitu dari 37% pada tahun 2006 menjadi 17% pada tahun 2019. Dengan pemulihan segmen SKT ini diharapkan dorongan kebijakan Pemerintah untuk cukai produk tembakau, dengan mempertimbangkan aspek serapan tenaga kerja dan penyediaan lapangan kerja yang kini sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam menghadapi permasalahan global seperti sekarang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun