Mohon tunggu...
Heni Damanik
Heni Damanik Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Tidak ada keberanian yang sempurna tanpa kesabaran. Sebab kesabaran adalah nafas yang menentukan lama tidaknya sebuah keberanian bertahan dalam diri seorang pahlawan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kisahku dengan Golput

8 April 2014   19:54 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:54 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu sore (5/4/2014) aku dan temanku berangkat ke kota Raha untuk melaksanakan tugas mengisi program “Lesehan Pendidikan” di Radio Wuna Swara 102.1 fm. Seperti biasanya kami selalu melewati kantor KPU Daerah Raha. Saat itu dalam hatiku “sudah mendekati nyoblos ni..!”

Perjalanan dari desa ke kota Raha ini memakan waktu 2 jam bila menaiki motor dan menjadi 3 jam bila menaiki  angkot. Dan angkot kedaerahku hanya sekali dalam sehari. Berangkat jam 07.00 wita dan pulangnya  jam 13.00 wita. Jalan yang sungguh buat badan pegal semua. Tanah liat dan berdebu serta dikelilingi semak-semak belukar. Inilah yang menjadi pemandangan ketika ke desaku.

Seminggu sebelum tanggal 9 April 2014, aku mendapat message di Fb dan Twitter dari teman-teman di Sumut.  Bahwa bagi yang tidak terdaftar di DPT bisa mencoblos hanya dengan membawa KTP saja. Surat edaran itu aku baca dengan seksama. Dan dalam hati bergumam “ Alhmadulillah akhirnya bisa menyoblos disini”. Namun karena aku berpikir hanya datang saja ke TPS dan membawa KTP sudah bisa nyoblos makanya aku merasa tenang saja.

Namun ketenangan itu terusik pada hari itu. Tepatnya sabtu pagi aku kerumah PPS untuk mendaftarkan diri menjadi pemilih didaerah tempatku mengabdi. Namun aku tidak bertemu dengan ketua PPSnya karena beliau lagi rapat di kecamatan. Akhirnya aku hanya menitipkan KTP. Aku berharap dengan begitu saja maka aku dapat terdaftar di DPT. Siangnya aku berangkat ke Raha untuk melaksanakan amanah biasanya.

Setelah sampai di rumah kost tempat kami selama berada di kota Raha ini. Aku adalah relawan guru dari Sekolah Guru Indonesia (SGI) Dompet Dhuafa yang ditempatkan di daerah ini dan sudah 4 bulan menjalankan tugas untuk mencerdaskan anak bangsa. Daerahku mengajar adalah daerah terpencil yang tidak ada listrik dan sinyal. Sehingga untuk mendapat informasi, aku harus ke Kota Kabupaten.

Tak lama berselang  handphoneku berbunyi,  setelah berbincang ternyata ketua PPS dan beliau mengatakan untuk menjadi DPT harus ada surat dari A5 dari KPU Daerah Raha.

Saya       : “Assalamu’alaikum..”

PPS         : “Wassalamu’alaikum, Bu guru kita dimana?  (kita artinya dlm bhsa Muna adalah kamu)

Saya       : “Di Raha pak, maaf ini siapa ya?”

PPK        : “ Ketua PPS. Begini gu guru, kita kalau mau mencoblos harus melapor dulu ke KPU Daerah Raha untuk meminta surat  A5  agar KPU Daerah berkoordinasi dengan KPU Medan”

Saya       : “Oh.. begitu pak, jadi saya harus bawa apa ke KPU?”

PPK        : “kita bawa KTP aja bu guru, tapi KTP kita sama saya disini kan!”

Saya       : “Waduh jadi gimana pak? Saya sudah di Raha pula.

PPK        : “ Kita telpon dulu KPU medan, apakah bu guru terdaftar disana? Besok saya kirim KTP kita dari angkot.  Bu guru ambil di angkot aja.

Kemudian aku berbicara dengan Feny tentang informasi dari PPS. Ternyata feny tidak bawa KTP dan dengan semangat 45, minggu (6/4) pagi Feny pulang ke tempatnya mengabdi untuk mengambil KTP dan juga ke desaku untuk mengambil surat tugas dari SGI pusat.

Minggu siang tepatnya jam 13.30 wita, feny sudah sampai kembali di Raha. Sungguh aku melihat perjuangannya bolak balik  Momuntu-Tembe –Raha. Subahanallah….Terlihat jelas begitu lelahnya dia dalam perjalanan menggunakan motor. Namun aku dan Feny yakin usaha harus terus dilakukan untuk hak suara kami dalam pileg ini.

Keesokan paginya (7/4) aku dan feny pergi ke KPU Daerah Raha untuk mengkonfirmasi surat A5 yang kami butuhkan. Kemudian kami bertemu dengan Pak Hajon (Penanggungjawab DPT) dan setelah berbincang dengan beliau. Walaupun beliau sangat sibuk karena sedang rapat. Ada kecemasan didiriku karena kami harus memiliki surat domisili dari kelurahan.

‘’Ya.. ampun kapan lagi kekelurahan ini” gumamku dalam hati.

Namun kami menunjukkan surat tugas dari SGI kepada  Pak Hajon. Pak Hajon langsung memberikan harapan kepada kami,

“Semoga bisa ya.. dengan surat tugas ini” ucapnya

“Semoga pak” jawabku dan feny

“ Mbak-mbak tidak buru-buru kan? Mau pulang hari ini ke Maginti? Saya harus bertanya dulu dengan Komisioner yang menangani ini” ujar Pak Hajon

“Tidak pak, kami kemari khusus untuk hal ini” ucap feny

“Alhamdulillah, kalau begitu bisa tunggu sebentar. Saya mengurus hal ini dulu ya’’ jawabnya (kembali rapat).

Selang  30 menit, rapat Pak Hajon selesai. Kami diajak menemui bu Yuliani untuk hal ini. Setelah berbincang-bincang dengan beliau.  Dan menjelaskan asal daerah serta tujuan kami. Beliau kemudian berkoordinasi dengan komisioner lainnya.

“Mbak-mbak bisa menunggu sebentar? Soalnya Pak Andi, Komisioner yang bertanggungjawab tentang hal ini lagi keluar untuk mengisi materi. Bagaimanapun saya harus berkoordinasi dengan beliau tentang bisa atau tidak” ucap bu Yuliani

“ Oh ya bu. Gak apa-apa. Kami akan tunggu..” jawab kami berdua

Akhirnya setelah 1 jam 30 menit menunggu, kami bertemu dengan pak Andi. Dari pembicaraan yang kami lakukan, ada begitu banyak alternatif  yang harus kami lakukan. Berhubung kami berasal dari Provinsi berbeda dan sudah terdaftar di DPT daerah asal. Kami harus meminta surat A5 dari daerah asal. Bisa dari Fax atau lewat email tapi kami harus meminta bantuan KPU daerah asal.

“Alhamdulillah” gumamku dalam hati. Bersyukur karena kami masih bisa mencoblos.  Berkali-kali kami mengucapkan terimakasih kepada Pak Hajon, Bu Yuliani dan Pak Andi. Walau mereka merupakan orang-orang tertinggi di KPU Daerah ini. Mereka tetap peduli, ramah dan penuh dengan candaan yang membuat kami tertawa sehingga membuat kami yang awalnya sudah hampir jenuh karena menunggu dari pagi hingga jam 2 siang  baru dapat solusi mejadi tenang dan senang.

Setelah dari KPU, aku berpikir jalan pertama selesai dan menuju jalan berikutnya yakni siapa yang aku minta bantuan untuk mengurus surat itu dan mengirimnya melalui email. Dikampung sudah tidak ada teman sebaya, saudara sepupu juga sudah di kota semua. Kampung terletak di Kec Bosar Maligas, Kab. Simalungun, Sumatera Utara. Dari kota Medan dapat ditempuh selama 3 jam 30 menit menaiki motor dan 5 jam naik bus.

Dan satu-satunya harapanku adalah Ibu dan adekku yang di Medan. Ibuku tinggal sendiri dikampung. Dan tentunya masalah internet ia tidak tau sama sekali. Naik sepeda atau motor saja ia tidak bisa. Namun ini jalan terakhir. Aku langsung menelpon ibuku di kampung. Dan meminta bantuannya untuk mengurus surat A5 dari PPS desaku.

“Assalamu’alaikum mak..” ucapku

“Walaikumsalam..  ada apa Ni” jawabnya

“ Mak apa kabar? Lagi dimana? Mak surat pemilih heni uda ada? Tanyaku

“Alhamdulillah baik. Lagi dirumah uwakmu. Uda dirumah tu. Kita TPS 04, Emang knpa?” jawabnya

“Heni boleh minta tolong?” Pintaku

“Apa?” Jawabnya penuh penasaran

“Gini mak, heni kan mau nyoblos disini tapi heni harus dapat surat A5 dari ketua PPS  dikampung. Mamak bisa bantu gak minta kan suratnya? Ntar yang ngirim melalui internet  adek” tuturku dengan penuh harap

“Oh.. tapi sama siapa mamak minta suratnya?’’ jawabnya

“ Sama ketua PPSnya. Mamak tanya aja sama Pak Desa atau ketua TPS 04” ucapku dengan semangat

“Ya.. tapi nanti  ya soalnya lagi mau sholat berjama’ah” tuturnya

“Ya.. makasih ya mak. Assalamu’alaikum’’ ucapku dengan senyum mengembang

“walaikumsalam..” jawabnya

“Alhamdulillah” ucapku lirih. Ada rasa tenang dihatiku dan bersyukur karena Allah memberikan Ibu yang luar biasa kepadaku.  Kemudian aku pun menelpon adekku.

“Assalamu’alaikum dek..” ucapku

“Walaikumsalam..  ada apa kak?” jawabnya

“ Adek  apa kabar? Nyobloskan? Kapan pulang kekampung? Tuturku dengan cepat

“Alhamdulillah baik. Ya…., besok (8/4) sore. Emang knpa?” Tanyanya dengan penasaran

“ Kakak boleh minta tolong?” ucapku

“Apa?” jawabnya

“Kakak kan mau nyoblos disini tapi kakak harus minta surat A5 dari daerah asal. Tadi kakak uda nelpon mamak unuk mengurus suratnya.Tapi surat itu harus di kirim lewat email. Sedangkan mamak kan ndak bisa. Makanya kakak minta tolong sama adek untuk ngirimnya. Adek pulanglah hari ini.. biar keburu ngirimnya.” Pintaku dengan suara memelas

Aih kak kerjaanku banyak lo..! Gak bisa kalau sore ini. Bisanya besok pagi” jawabnya dengan nada males

“ Oh ya gak apa-apa tapi  adek pulangnya  ba’da subuh ya.. biar gak kelamaan ngirimnya” ucapku

“ InsyaAllah…” jawabnya dengan suara santai

“Ingat ya dek, kakak mohon bantuannya. Satu suara kakak menentukan  5 tahun kedepan bangsa ini dan tentunya  diri kakak juga” nasehatku

“Iya..iya  aku tau kak. Tapi kakak harus ingat yang mendampingi  5 tahun kedepan bahkan sampai tua itu suami kakak. Makanya cepat menikah…” ucapnya dengan tegas

“He..he… kalau itu nanti dipikirkan. InsyaAllah kalau sudah Pileg dan kalau jodohnya sudah datang” jawabku dengan tertawa

“Ya uda.. makasih ya dek. Assalamu’alaikum’’ tambahku

“Walaikumsalam..” jawabnya

Sungguh lega hatiku untuk hari ini karena semua urusan sudah hampir selesai. Aku hanya bisa berharap kepada Ibu dan adekku untuk besok. Feny juga seperti itu, ia menghubungi keluarganya untuk membantu mendapatkan surat A5.

Tepat jam 16.00 Wita sedangkan jika di Medan jam 15.00 Wib. Ibuku menelpon..

“Assalamu’alaikum mak..” ucapku

“walaikumsalam.. ” jawabnya

“apa mak?”

“Ni.. kata lek Budiono (ketua TPS 04) minta surat A5nya sama ketua PPS”

“Emang siapa ketua PPSnya?”

“ Rianto, suaminya kak Win”

“Oh.. ya uda heni minta tolong kali mak, mamak kerumah abang tu”

“Mamak tadi uda kerumah Jon, katanya Rianto lagi belanja minyak ke Perdagangan. Terus tadi mamak juga uda kerumah Lek Iyus (Kepala Desa), katanya gak usah repot buat surat itu, kan bisa pake KTP aja”

“ Ndak bisa mak, heni kan uda ke KPUnya. Kalau masih satu daerah, itu bisa mak tapi masalahnya heni kan sudah beda provinsi. Tolong ya mak…!”

“ Gak usah nyoblos aja napa Ni..!! Mamak capek kali keliling kampung ini. Gak ada yang antar mamak,,! Mamak jalan ke rumah mereka. Uda jauh-jauh lagi”

“Ya Allah mak.. maafkan heni ya. Tapi kan satu suara itu penting mak, heni  disini Guru. Heni selalu mengajarkan untuk tidak  golput. Dan selalu mengajak masyarakat di sekitar sekolah untuk  nyoblos. Tapi heni kok gak nyoblos. Itu sama aja heni BOHONGkan mak” ucapku

“Oh gitu ya.., heni guru ya sekarang” jawab ibuku dengan tertawa

“ Iyalah mak. He,,he,,” tuturku

“InsyaAllah nanti malam mamak kerumah Rianto. Sekarang uda sore mamak mau kerumah nenek” ucapnya

“ Ok.. Makasih ya mak… makasih. Mamak emang luar biasa.. makasih mak! Jawabku

“iya..iya…iya.. jaga diri disana. Assalamu’alaikum” tutupnya

“Walaikumsalam..” jawabku

Ku terdiam  dan beristigfar membuat ibuku menjadi sangat repot karena permohonanku. Ya Rabb.. ampunkan dosaku..

Pagi ini (8/4)  jam 07.00 Wita aku mendapat kabar bahwa surat A5 telah selesai dan tinggal menunggu adekku datang untuk mengirimnya ke email KPU Daerah Muna.

“Ni.. suratnya uda selesai” ucap ibuku dari saluran handphone

“Alhamdulillah, makasih. Mamak emang mantap dan luar biasa. Heni bangga jadi anak mamak. Mamak emang mantap markotop lah…!” jawabku dengan tertawa

“Ya nak.. ini kan kewajiban mamak membantu anaknya untuk Negeri ini juga kan. Tapi jangan lupa pulang ya lebaran ini..!’’ Pintanya

“InsyaAllah mak…  Heni sayang sama mamak. Eh mamak nyoblos partai apa ni?” tanyaku

“ Mamak juga sayang heni. Tapi yang heni bilang kemaren. Mamak juga lihat calonnya sholeh dan sering buat kegiatan baksos disini” jawabnya dengan antusias

“ Wah.. kalau gitu angkat 4 jempol untuk mamakku ini. Bisa jadi caleg ini kayaknya. He..he..” candaku

“Mana pula bisa. Ya uda mamak lagi nunggu adekmu  Andi, katanya dia uda di Tanjung Kasau (1 jam lagi dari kampungku)” jawabnya dengan tertawa pula

“Oh adek uda mau sampe ya.. Alhamdulillah. Ya uda makasih ya mak.. Assalamu’alaikum” ucapku

“Walaikumsalam” suaranya dari balik  Handphone

Sungguh aku memiliki keluarga yang sangat peduli akan pemilu. Ibuku notabene yang tidak berkependidikan. Ia sekolah hanya batas kelas 3 SD. Karena biaya dan membantu nenekku untuk mencari nafkah. Padahal ia sangat ingin sekolah saat itu. Namun keadaan berbicara lain terpaksa ia merelakan untuk tidak sekolah.

Saudara-saudaraku tiada maksud apa-apa dari tulisan ini. Aku hanya ingin mengajak engkau yang berpikir bahwa GOLPUT itu solusi. Cobalah untuk berpikir ulang bahwa kita dalam system demokrasi, hak suara itu harus kita manfaatkan benar. Kendala jarak atau apapun itu bisa di cari solusinya bila kita ingin bangsa ini dipenuhi kebaikan.

Kebaikan itu tidak akan muncul bila kita hanya diam, diam, dan DIAM. Kemaren aku membaca tweet dari @aa_gym yang menurutku sangat cocok untuk engkau saudaraku yang memilih GOLPUT

@aa_gym: Ali bin Abi Thalib “ Kezhaliman akan terus ada, bukan karena banyaknya orang-orang jahat. Tapi karena DIAMNYA ORANG BAIK”

Lihatlah ibuku, seorang wanita berumur 55 tahun. Ia saja mencoblos apalagi kita yang muda-muda ini.  Sembari aku menulis cerita ini. Adikku Andi sudah mengirimkan surat A5 ke email KPU Daerah Raha tepat pukul 13.00 Wita.  Alhamdulillah.. akhirnya aku bisa memberikan hak suaraku disini. Semoga pengorbanan Ibu dan adikku memberikan pahala untuk mereka dan kebaikan untuk bangsa ini.

Ayo semangat MENCOBLOS…

Gunakan hak suaramu untuk Negeri ini..

8 April 2014  (H-1 Pencoblosan)

Heni Akhwat Damanik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun