Mohon tunggu...
Heni Mulyati
Heni Mulyati Mohon Tunggu... -

Syarat jalan2 di sini:\r\n1. Niat, 2. Gak boleh serius, 3. Boleh debat, 4. Gak boleh sakit hati, 5. Menerima perbedaan pendapat, & 6. Kalo kurang jelas, kembali ke no.1\r\n\r\n-----\r\nRelawan konselor di salah satu Lembaga Sosial, CMM PKBI DKI Jakarta bidang konseling, kesehatan reproduksi, dan HIV&AIDS.\r\n\r\nTrainer, fasilitator, moderator, MC (kecuali nikahan), notulen, pada berbagai event dan pelatihan. Salah satu pendiri lembaga pelatihan di Jakarta.\r\n-----\r\nMenjadi konselor sekolah atau guru BK di SDI Al Azhar 27 Cibinong\r\nKontak ke laila008@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jangan Takut Bekerja di Dunia Sosial, karena Tuhan Ahli Matematika

7 Mei 2011   11:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:58 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini aku dedikasikan buat orang-orang muda atau merasa muda yang bersedia memberikan hidupnya buat bekerja di dunia kemanusiaan dan dunia sosial. Aku telah tergabung di dunia sosial, lebih dari 10 tahun. Banyak yang bertanya, kenapa enggak jadi PNS saja? Kenapa enggak kerja di perusahaan aja? Dan tentunya enggak mudah buat jawab pertanyaan itu, apalagi orang tua cenderung ingin anaknya bekerja di sektor yang menghasilkan uang besar dalam waktu singkat. Berkecimpung di dunia sosial diawali sejak awal kuliah tahun 2000-an dengan status sebagai relawan. Yup! relawan di bidang remaja, yang artinya tanpa gaji. Jadi tempat curhat dan kasih informasi tentang kesehatan reproduksi, HIV&AIDS, serta fasilitator pelatihan adalah kegiatan yang rutin dilakukan. Setelah aku refleksi, ternyata banyak hal yang didapatkan, dan pastinya ada “tangan-tangan” Tuhan di sana: 1. Bisa kuliah atas biaya sendiri. Ada tawaran (jadi fasilitator, siaran radio, narasumber, atau MC), meski enggak rutin, yang akhirnya aku enggak perlu minta uang kuliah ke ibu. 2. Gaji ibuku sebulan cuma 800 ribu, namun dia bisa sekolahkan kedua anaknya sampai sarjana (alhamdulillah). Tentunya terbayang kan biaya hidup di Jakarta. 3. Mendapat kesempatan yang orang lain belum tentu bisa. Menghadiri pelatihan-pelatihan yang diadakan di hotel (padahal gak akan mampu lah nginep di hotel, hehehe), naik pesawat gratis (waktu diundang ke Sulawesi misalnya), dan ketemu orang-orang ’unik’ (anak di lapas, gay, waria, PSK, pelaut, pekerja bangunan) yang membuatku melihat dunia dari sisi lain. Juga mendapat beasiswa ke luar negeri selama tiga bulan. Alhamdulillah. Tentunya berproses 10 tahun itu enggak mudah juga. Mengutip kata-kata buku KUBIK Leadership, KERJA KERAS, KERJA CERDAS, dan KERJA IKHLAS. (Aku pun masih berproses dengan ketiga kerja ini sampai sekarang). Buat yang sudah terlanjur di dunia bukan sosial, banyak hal yang bisa dilakukan buat dunia sosial. Mengutip buku yang sama, pakai Empat TA, HARTA (bukan harus kasih sumbangan yah, manfaatin benda yang dimiliki buat bantu orang juga bisa. Contoh: pinjamkan mobil buat angkut orang sakit), TAHTA (dengan kedudukan kita, kita bantu orang lain), KATA (berbagi ilmu ke orang lain), dan CINTA (memberi perhatian dan peduli sama orang lain). Tuhan itu Maha Adil dan bekerja di sektor bukan sosial enggak menjamin akan punya uang banyak juga kan? Hobby ke cafe dan entertainment akhir bulan misalnya. Bekerja di dunia sosial itu, buatku mengejar kepuasan dan ketenangan hati, ketika bisa bantu orang lain misalnya. Kita terus berjuang bersama yah sahabat-sahabatku.....karena kita adalah orang-orang terpilih dan pilihan untuk bekerja di dunia ini...... *tulisan sudah diupload di note FB, kaskus, dan blog pribadiku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun