Mohon tunggu...
hpw53
hpw53 Mohon Tunggu... -

Pro Syariah dan khilafah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Milik Kita Semua, Analisis Kurikulum Dasar Pendidikan

4 Oktober 2014   21:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:22 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Oleh : Heni Pratiwi

Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 disebutkan bahwa, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Diakui atau tidak, sistempendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini memang adalah sistem pendidikan yang sekular-materialistik. Bila disebut bahwa sistem pendidikan nasional masih mewarisi sistem pendidikan kolonial, maka watak sekuler-materialistik inilah yang paling utama, yang tampakjelas pada hilangnya nilai-nilai transedental pada semua proses pendidikan, mulai dari peletakan filosofi pendidikan, penyusunan kurikulum dan materi ajar, kualifikasi pengajar, proses belajar mengajar hingga budaya sekolah dan atau kampus sebagai hidden curiculum, yangsebenarnya berperanan sangat penting dalam penanaman nilai-nilai. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Pendidikan dalam sebuah Negara;

A.Faktor Individu

Orientasi dan pemahaman manusia tentang segala hal yang ditemuinya adalah hal yang akan mendorong individu tersebut untuk berperilaku. Pergeseran paradigma seseorang kemudiaan akan menentukan perubahan sikap diri terhadap suatu hal. Pergeseran ini bukanlah sesuatu yang alamiah, tetapi merupakan sebuah perubahan yang terjadi akibat dari perubahan ideologi atau persepsi yang dianut oleh masyarakat atau lingkungannya. Dalam masyarakat yang menjunjung tinggi materialisme, akan menghasilkan individu yang materialistis pula. Dalam masyarakat seperti ini, segala sesuatu diukur dengan uang. Maka kebahagiaan, kehormatan, status sosial, intelektualitas, kesejahteraan, dan segala nilai kebaikan, diukur dengan materi (uang). Meluasnya paham atau persepsi ini akan mempengaruhi karakter individu pula, sehingga itu individu merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam pendidikan.

B.Faktor Sistem

Sistem yang dimaksud meliputi segenap sistem kenegaraan, pemerintahan, hukum, birokrasi, dan sosial. Sistem pendidikanyang lemah tidak bisa menjalankan fungsinya guna mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga diperlukan sistem yang kokoh untuk membawa perubahan karakter pendidikan bangsa menuju puncak peradaban. Hal semacam ini pernah ditunjukkan pada masa Kejayaan Islam dimasa Dinasti Abbasiyah. Pada masanya pemerintahan bani Abbas telah memilik ilmu pengetahuan yang sangat tinggi. Pendidikan ketika itu saling menyempurnakan antara akal dan wahyu, serta tidak hanya membahas menyangkut masalah persoalan ritual keagamaan tetapi seluruh sector kehidupan tersistem di bawah pemerintahan bani abbasiyah. (NourouzzamanSmddiqi.1986:19).

Struktur Kurikulum

Kurikulum termasuk kedalam ruang lingkup sistem, dimana kurikulum akan merepresentasikan persepsi sistem pada saat itu. pendidikan di sekolah dan atau kampus dijabarkandalam tiga komponen utama, yakni: (1) Pembentukan Syakhsiyyah (Kepribadian), (2) Tsaqofah dan (3) Ilmu Kehidupan (Iptek dankeahlian). Muatan penunjang proses pembentukan syakhshiyyah (kepribadian) yang secara menerusdiberikan pada tingkat TK – SD dan SMP – SMU – PT,muatan tsaqofah dan Ilmu Kehidupan (Iptek dan keahlian) diberikan secara bertingkat sesuai dengan daya serap dan tingkat kemampuan anak didikberdasarkan jenjang pendidikannya masing-masing.

Pada tingkat dasar atau menjelang usia baligh (TK dan SD),penyusunanstruktur kurikulum sedapat mungkin bersifat mendasar, umum, terpadu dan merata bagi semua anak didik yang mengikutinya. Membangun pendidikan Indonesia menuju peradaban emas merupakan cita-cita besar bangsa, oleh karena itu rumusan bentuk pendidikan adalah hal yang sangat penting, berikut beberapa alternatif pilihan kurikulum dalam mengembangkan pendidikan;

Mengembangkan Pendidikan Kausalitas

Memahami hubungan sebab-akibat merupakan perkara asasi bagi umat manusia. Mereka harus memahami perkara ini dengan jelas. Sebab, risalah mereka dalam kehidupan ini adalah risalah yang bersifat praktis, dan mereka hidup tidak lain untuk menjalankan aktivitas dalam rangka meraih tujuan tertentu.

As-Sababiyyah termasuk pemahaman Islam yang berkaitan dengan perilaku keseharian seorang muslim, namun bukan berarti tidak dapat diadopsi oleh nonmuslim, konsep ini dapat diadopsi oleh siapapun karena sesuai dengan fitrah manusia.

Dalam konteks as-sababiyyah ini ada beberapa contoh yang dapat dikemukakan. Upaya seorang petani yang menebarkan benih pada musim tanam, menaburkan pupuk dan membajak tanah; upaya seorang panglima pasukan untuk meneliti berbagai informasi tentang musuh melalui badan intelejen atau untuk menambah jumlah pasukan dan perbekalan; upaya orang sakit untuk mengambil obat yang sesuai dengan penyakitnya dan mengikuti petunjuk dokter; Semua itu termasuk upaya untuk menjalani berbagai sebab atau upaya untuk mengaitkan sebab dengan musabab. Hal yang sama pula dengan dunia pendidikan, menggunakan konsep kausalitas dalam mengajarkan persepsi pada peserta didik akan melatih mental mereka.

C.Faktor Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sosial

Kemampuan Pendidik dalam mengasuh peserta didik merupakan hal yang tidak sepele, karena disinilah peran pengembangan karakter pendidikan akan diberikan oleh pendidik sebagai figure terhadap anak didiknya,sehingga diperlukan loyalitas serta keprofesionalan SDM yang cakap dan terampil sekaligus memiliki karakter yang bijak. Negara harus mampu memfasilitasi pelaksanaan pendidikan secara produktif dan layak. Baik secara materil maupun moril. Pemerintah atau Negara juga memiliki kendali atas efisiensi pelaksanaan pendidikan dengan membentuk biaya sistem pendidikan yang ramping dan dengan jumlah SDM yang rasional. sehingga setiap kalangan dapat menikmati layanan dan fasilitas pendidika secara merata. Guru merupakan spiritual father bagi siswanya. Hal ini disebabkan guru memberikan bimbingan jiwa siswanya dengan ilmu, mendidik dan meluruskan persepsi anak didiknya.Tidak berfungsinya guru atau dosen serta rusaknya proses belajar mengajar akan hanya meletakkanperan guru sebagai pengajar dalam proses transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), bukansebagai pendidik yang berfungsi dalam transfer ilmu pengetahuan dan kepribadian(transfer of personality.

Bagan Ideal Unsur Pelaksana Pendidikan, Sinergi Pengaruh Positif.

Solusi strategis fungsional sebenarnya sama dengan menggagas suatu sistempendidikan alternatif yang bersendikan pada dua cara yang lebih bersifat strategis dan fungsional, yakni: Pertama, membangun lembaga pendidikan unggulan dimanasemua komponenberbasisparadigma yang benar, yaitu: (1)kurikulum yang paradigmatik, (2)guru atau dosen yang profesional, amanah dan berkarakter, (3) proses belajar mengajar secara benar, dan (4)lingkungan dan budaya sekolah atau kampus yang kondusif bagi pencapaian tujuan pendidikan secara optimal. Denganmelakukan optimasi proses belajar mengajar serta melakukan upayameminimasi pengaruh-pengaruh negatif yang ada, dan pada saat yang sama meningkatkan pengaruh positifpada anak didik,diharapkanpengaruh yang diberikan pada pribadi anak didik adalah positifsejalan dengan arahan Islam. Kedua, membuka lebar ruang interaksi dengan keluarga dan masyarakat agar keduanya dapat berperan optimal dalam menunjang proses pendidikan. Sinergi pengaruh positif dari faktor pendidikan sekolah atau kampus – keluarga – masyarakat inilah yang akan membuatpribadi anak didik terbentuk secara utuh.

majalah al-Waie, terbitan Beirut, yang berjudul as-Sababiyyah (Kaidah Kausalitas) tanpa disebutkan nama penulisnya, Beirut, 8 Januari 1996 M

Samir ‘Azzam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun