Mohon tunggu...
Lusianus Demon Kehi (Hengky)
Lusianus Demon Kehi (Hengky) Mohon Tunggu... Perawat - Mahasiswa

Vox Populi Vox Dei

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Opini : Menyatukan Langkah Mengatasi Krisis Kesehatan Mental di NTT

23 Januari 2025   07:00 Diperbarui: 23 Januari 2025   01:46 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Awal tahun 2025 ini, Nusa Tenggara Timur (NTT) dikejutkan oleh serangkaian kasus bunuh diri yang terjadi dalam waktu singkat. Tragedi ini tidak hanya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan, tetapi juga mengingatkan kita bahwa ada persoalan mendesak yang harus segera kita hadapi bersama yaitu kesehatan mental dan tekanan sosial yang dialami oleh masyarakat kita.

NTT dikenal dengan keindahan alamnya dan kekayaan budayanya, tetapi di balik itu, banyak saudara-saudara kita yang diam-diam berjuang melawan kesulitan hidup, tekanan ekonomi, dan beban sosial. Kasus-kasus seperti ini harus menjadi alarm bagi kita semua bahwa isu kesehatan mental bukanlah hal yang bisa diabaikan.

Sebagai generasi muda, kita memiliki tanggung jawab moral untuk menciptakan ruang aman bagi sesama, tempat di mana setiap individu merasa didengar dan didukung. Kepedulian tidak memerlukan modal besar; cukup dimulai dengan langkah-langkah kecil seperti menjadi pendengar yang baik, menunjukkan empati, dan mendukung mereka yang tengah menghadapi masalah.

Namun, tanggung jawab ini tidak hanya berada di tangan individu, tetapi juga komunitas,orang tua, pemerintah, lembaga pendidikan, lembaga adat, dan tokoh agama. Setiap elemen memiliki peran penting yang saling melengkapi untuk membangun sistem pendukung kesehatan mental yang kuat dan berkelanjutan di NTT.

Peran Orang Tua
Orang tua memainkan peran yang sangat penting dalam kesehatan mental anak-anak mereka. Sebagai pembimbing pertama, mereka memiliki kesempatan untuk mendeteksi sejak dini perubahan-perubahan perilaku atau emosi pada anak-anak mereka. Mengedepankan komunikasi terbuka di rumah dapat membantu anak merasa dihargai dan diterima, serta memudahkan mereka untuk mengungkapkan masalah yang dihadapi. Orang tua juga berperan dalam membangun rasa percaya diri dan ketahanan mental anak-anak dengan memberikan dukungan moral yang kuat. Ketika anak merasa didukung dan dicintai tanpa syarat oleh orang tua, mereka lebih mampu menghadapi tantangan hidup.

Peran Pemerintah
Pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk menciptakan kebijakan dan program yang mendukung kesehatan mental masyarakat. Program penyuluhan yang konsisten dapat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental dan mendorong masyarakat untuk mencari bantuan. Program-program seperti konseling gratis
di setiap puskesmas akan sangat membantu masyarakat yang membutuhkan dukungan psikologis

Peran Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan memegang peran strategis dalam membentuk generasi muda yang tangguh secara mental. Kurikulum sekolah perlu mengintegrasikan pendidikan karakter yang mencakup keterampilan mengelola emosi, menghadapi tekanan hidup, dan pentingnya saling mendukung. Guru dan tenaga pendidik harus dibekali pelatihan khusus untuk mengenali tanda-tanda gangguan kesehatan mental pada siswa dan memberikan dukungan awal.

Peran Lembaga Adat
Lembaga adat memiliki peran signifikan sebagai penjaga nilai-nilai tradisional yang dihormati oleh masyarakat NTT. Dengan kekuatan moral dan sosialnya, lembaga adat dapat membantu menghapus stigma terkait kesehatan mental melalui pendekatan budaya. Tokoh adat dapat memberikan ruang diskusi berbasis komunitas yang inklusif, di mana masyarakat merasa didengar tanpa takut dihakimi. Selain itu, ritual atau kegiatan adat juga bisa diarahkan untuk mempromosikan solidaritas sosial dan kesehatan mental, menciptakan rasa kebersamaan yang mendukung pemulihan individu yang sedang berjuang

Peran Tokoh Agama
Tokoh agama memiliki pengaruh besar di tengah masyarakat NTT, terutama dalam memberikan dukungan spiritual dan moral. Khotbah dan pengajaran agama dapat menjadi media yang efektif untuk menyampaikan pesan tentang pentingnya kesehatan mental, termasuk menghapus stigma terhadap orang-orang yang mengalami tekanan psikologis.

Kolaborasi yang Harmonis
Kolaborasi antara pemerintah,orang tua, lembaga pendidikan, lembaga adat, tokoh agama, dan komunitas lokal akan menciptakan ekosistem yang saling mendukung dalam menangani isu kesehatan mental. Kampanye kesadaran bersama, pelatihan keterampilan hidup, dan program pendampingan berbasis komunitas dapat memberikan dampak yang signifikan. Dengan keterlibatan semua pihak, masyarakat akan merasa lebih dihargai, didukung, dan dikuatkan untuk menghadapi tantangan hidup.

Sebagai anak muda, saya percaya bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah-langkah kecil yang kita lakukan bersama. Marilah kita bergerak, berbicara, dan mendengarkan. Jangan biarkan duka ini menjadi sekadar catatan kelam dalam sejarah kita. Jadikan ini sebagai momentum untuk membangun harapan dan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat kita

Kepada saudara-saudara saya di NTT yang merasa tertekan, ingatlah bahwa Anda tidak sendiri. Ada orang-orang yang peduli dan ingin membantu. Jangan ragu untuk berbicara, karena suara Anda sangat berarti

Penulis : Lusianus D. Kehi (Hengki)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun