Bagaimana bila sang Habib menolak. Lha bila vonis telah jatuh, memangnya ada pilihan yang lebih baik. Lagipula bila benar-benar menolak maka mata seluruh masyarakat justru akan semakin terbuka. Ooh ternyata sang Habib adalah anggota NATO (No Action Talk Only). Beda banget dibanding Ahok.
Tapi apakah pemerintah atau Pakde setuju ? Ya bisa saja beliau tidak setuju. Tapi daripada terus menerus timbul ketegangan yang tak perlu padahal beliau super sibuk. Maka Opsi tersebut memang layak dipertimbangkan.
Memang belum pernah ada preseden seperti itu, tapi kenapa tidak dicoba biar rasa penasaran masyarakat hilang. Beneran bisa kerja gak sikh sang Habib ? Yang kencang suaranya itu sangat banyak, namun yang bisa kerja setahu saya sikh baru Ahok. Biar masyarakat tahu bahwa kencang suara belum tentu kencang kerjanya.
Selama ini kita mungkin merasa bahwa Ahok identik dengan Jakarta, itu karena kesuksesannya. Mungkinkah terjadi nantinya Aceh juga identik dengan sang Habib karena kesuksesan beliau kembangkan syariah di Aceh ? Who knows, bila itu tak pernah dibuktikan maka Only God knows.
Kenapa saya sampai punya gagasan “nyentrik” seperti itu ? Itu karena saya benar-benar habis akal terhadap sang Habib tersebut. Dibaiki malah ngelunjak, dikerasi malah kerahkan bala kurawa, padahal Pakde khan sedang sibuk kerja. Mabok...mabok hadapi yang kayak begituan.
Lantas bagaimana bila justru sang Habib yang melakukan kesalahan / pelanggaran hukum di tanah syariah tersebut ? Ya gampang saja, lihatlah bagaimana Robespire (sang algojo dalam revolusi Perancis) diperlakukan...yakni persis sama sebagaimana dia memperlakukan pihak lain yang dianggapnya bersalah. Gigi ganti gigi, guilontine ganti guilontine. Gitu aja kok repot.
Saya rasa opsi yang saya utarakan tersebut cukup fair. Namun bisa jadi rekan-rekan punya opini lain. Silahkan utarakan opini tersebut. Saya terbuka terhadap opini berbeda, kritikan bahkan kecaman. Selama semua opini bahkan kecaman tersebut bertujuan untuk mengkokohkan demokrasi maka saya persilahkan dengan senang hati.
Ok, rekan-rekan sekian dulu dari saya ... Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H