Mohon tunggu...
Hengky Fanggian
Hengky Fanggian Mohon Tunggu... Wiraswasta -

There Must be a Balance Between What You Read and You What Write

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Wahai Kompasianer Suarakan Opini & Syairmu

27 Januari 2017   14:22 Diperbarui: 27 Januari 2017   14:27 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Mungkin sebagian rekan tahu bahwa saya telah mencoba berexpriment menarasikan artikel-artikel di Kompasiana menjadi berbentuk video yang saya tayangkan di chanel Youtube ObrolanKita. Tak terasa sudah hampir 2 bulan chanel tsb exist.

Sempat sikh saya hampir putus asa karena “Kendala Teknis” yang tak terpecahkan. Kendala tsb adalah bahwa monetisasi saya yg semula berhasil (itu ditandai dengan warna hijau pada logo dollar), tiba-tiba logo dollar berubah menjadi hitam dan tertulis “Not Elligible for Monetization”.

Wah ada apa ini, kekhawatiran yg pertama muncul di benak adalah “apa karena masalah hak cipta”. Itulah yg membuat saya memangkas photo-photo yg semula ratusan hingga akhirnya tinggal 1 saja, yakni thumb nail yg berisi judul per topik. Namun itu ternyata tak menolong. Aduuh bingungnya.

Itu membuat saya sungguh lemas, bukan karena semata uangnya, tapi menjadi plagiat, atau ngambil photo atau apapun tanpa ijin adalah aib yang sangat besar bagi kita-kita ini. Saya coba beberapa kali konsultasi ke beberapa mentor virtual saya yg bisa rekan temui memberikan tutorial di Youtube. Namun ternyata tip & saran mereka tak membawa hasil. Aduuh gimana ini, mana enak sikh diberi sanksi.

Akhirnya saya mencoba masuk ke “Youtube Product Forum”, beruntunglah saya di handle oleh PeggyK. Beliau nampaknya amat sangat ahli dalam masalah youtube. Itu terbukti dari banyaknya case yg terpecahkan dan sang penanya ucapkan beribu-ribu terima kasih pada Beliau. Setelah saya berikan link youtube saya, akhirnya beliau berikan advice.

Ini yg membuat saya tambah puyeng, sebab beliau ingatkan bahwa selain tidak boleh mengambil karya orang lain. Juga kita tidak diperkenankan membuat “Controversial or sensitive subjects and events, including subjects related to war, political conflicts, natural disasters and tragedies, even if graphic imagery is not shown”.

Gimana gak puyeng, rasanya semua artikel telah saya pilah & pilih begitu ketat. Bahkan saya sengaja mengambil artikel dari media kenamaan semacam Kompasiana yg tentunya tak gegabah loloskan content berbahaya. Syukurnya PeggyK berikan saran agar saya langsung hubungi “Youtube Partner Support” karena diapun tak terlalu yakin.

Saya mengerti sepenuhnya saran PeggyK tsb & tetap anggap Beliau Expert, karena saya sendiri hingga kini belum pernah menemukan tayangan serupa dengan ObrolanKita di youtube. Kepalang basah, saya mengadu ke “Youtube Partner Support”.

Setelah mereka evaluasi, akhirnya mereka meloloskan sebagian dari tayangan ObrolanKita, alias logo dollar jadi hijau. NAMUN hingga kini hal tsb masih saja tetap terjadi, saat saya upload, logo dollar di video baru tsb berwarna hijau namun beberapa menit kemudian menjadi hitam alias tak dapat hasilkan uang sesenpun.

Meski agak kecewa namun saya sudah LEGA, sungguh-sunguh lega. Karena itu berarti tayangan saya benar2 bersih, bersih dari claim Hak Cipta, juga bersih dari tuduhan Hasutan atau Hoax. Itu terbukti dari SELALU tayangnya video saya, tak pernah ada satupun yg dicekal.

Masalah tak dapat dimonetisasi, itu khan hanya karena pertimbangan komersial semata, jadi ya anggaplah sebagai amal kita bersharing untuk sesama. Itu bukan karena saya hidup berlebih lho, tapi karena memulai sesuatu yg baru... resikonya ya seperti itu. Khan mereka (pihak Youtube) ragu. Itu wajar, jadi tak perlu diresahkan.

Mungkin rekan ada yg kritis & bertanya dalam hati. Kalau memang kurang diminati khalayak... kenapa ObrolanKita masih tetap dilanjut, bikin capek diri sendiri saja. Kalau rekan berpikir begitu, apalagi saya. Pikiran tsb tentu menggayuti benak saya, bahkan sejak awal & sempat terpikir untuk hentikannya.

Saya tak jadi hentikan karena sangat terkejut dengan respon rekan yg Berlangganan / Subsribe. Betul, saya sungguh-sungguh tak menyangka bahwa jumlah yg subsribe hingga kini ternyata 110 padahal kurang dari 2 bulan. Saya memang tak pernah lihat jumlah subscriber karena sebelumnya puyeng pikirkan apa salah & dosa saya.

Kalau rekan jeli pastilah tahu ada 2 video yg tumpang tindih, Judulnya beda, ilustrasinya beda tapi isi yg dinarasikan persis sama. Itu karena saya sedang meraba-raba dalam rangka mencari tahu apa kekeliruan saya sehingga tayangan tak dapat dimonetisasi.

Pengalaman saya tsb akan dapat menjadi guidance yg sangat berharga bila rekan ingin juga berbagi dengan cara yg mirip seperti ObrolanKita. Di Jaman ini Tutorial Teknis sangat mudah diperoleh di Youtube. Namun pengalaman yg saya tuturkan disini mungkin akan sangat berharga untuk mencegah rekan-rekan putus asa yg seperti hampir saya alami.

Saya sikh berharap ada rekan yang terinspirasi oleh pengalaman saya ini dan membuat Inovasi yg lebih baik. Namun bila ada rekan yg sibuk & ingin saya narasikan artikelnya, jangan ragu untuk hubungi saya ke email thefangs1712@gmail.com .

Namun perlu saya tegaskan sebelumnya agar tak timbul prasangka macam-macam. Bahwa saya tetap berhak mensortir artikel tsb. Hak ini mutlak tak dapat diganggu gugat siapapun. Karena saya tak ingin bernasib seperti “Bunny Kelinci”. Mohon maaf & maklumnya.

Sebab meski artikel tsb amat sangat bagus namun bila saya anggap “TERLALU BERANI” maka saya tak berani menarasikannya, kecuali bersedia saya pangkas (sensor) pada bagian yg saya anggap berbahaya tsb.

Sebetulnya ObrolanKita tak terbatas pada masalah Politik atau Religi (seperti narasi “Kafir pada Zaman Rasullah dari ibu Riza Hariati). Namun bila yang ingin ditayangkan adalah Sastra (Puisi/Prosa) maka mutlak rekan harus kirimkan minimal audio rekaman. Ilsutrasi bisa dari saya ataupun dari rekan.

Bahkan sebetulnya, mungkin semua rekaman narasi memang bagusnya dari yg punya artikel agar “penjiwaannya” lebih pas. Tapi selama saya masih bisa bantu, ya tak apalah. Asal jangan puisi, no way... 100% tak mampu.

Artikel ini selain untuk berbagi pengalaman, juga sekaligus sebagai undangan bagi rekan yg ingin dinarasikan artikelnya. Memang saya menyadari, suara saya jauh dari harapan, namun saya selalu berpikir bahwa Lukisan Yg HEBAT itu tak perlu pakai bingkai yg indah agar justru tak terjadi persaingan antara keduanya.

Jadi yg indah, yg hebat, yg excellent itu, tentulah IDE rekan yg rekan tuangkan dalam bentuk artikel. Jadi kalau sekumpulan jem’at menangis terharu mendengar khotbah pendeta, maka bukan semata karena suara pendetanya yg hebat, tapi terlebih karena kutipan ayat Suci yg menyentuh Qalbu. Begitu maksud saya.

Kalau saya bilang suara saya pas-pasan, maka itu bukan sekedar rendah hati namun memang begitu adanya. Sehingga saat ada viewer youtube berkomentar “Duuh naratornya rek. Gak blas..” maka saya justru tertawa terpingkal-pingkal. Dari awal saya khan sudah tahu itu, namun karena orang dekat tak ada yg mau maka apa boleh buat.

Untuk berbagi, kita khan tak perlu harus menjadi Habibe, Rudy Hartono atau siapapun, menjadi diri sendiripun, boleh kok. Maka saya jawab “Yahh, gimana lagi. Sudah berusaha mas. Makasih telah mampir” dan beliau menjawab “No Problem”. Nah Siiip khan.

Komunikasi tsb adalah real, dan dapat rekan lihat di video Narasi “Mengapa SBY Sangat Berkepentingan dg Kasus Ahok”

Nah itulah indahnya berbagi, kita tak akan tersinggung apalagi marah. Karena semua yg kita lakukan adalah ikhlas dan sesuai dengan minat kita. So, apalagi yg anda tunggu rekan-rekan. Berbagilah sesuai hasrat dan minat anda dan semuanya akan terasa Indah.

Bagi rekan Kompasianer, oish-cleochyn, saya mohon maaf karena belum menarasikan artikelnya padahal Beliau telah meminta pada saya di artikel saya terdahulu. Itu hanya karena momentum saja. Sekarang ini sedang rame-ramenya politik, sedang beliau artikelnya lebih banyak di Olah Raga. Sabar ya pak.

Bagi rekan yg ingin tahu caranya membuat tayangan seperti ObrolanKita, sebetulnya saya telah membuat artikel berjudul “Pengalaman Transform Artikel Kompasiana Jadi Video Youtube”. Silahkan baca dulu artikel tsb dan bila merasa kurang, silahkan request saja, rekan-rekan.

 Akhir kata, Selamat Berkarya dan Selamat Berbagi. Berbagi itu Indah. Cherio bye bye.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun