Mohon tunggu...
Hengky Fanggian
Hengky Fanggian Mohon Tunggu... Wiraswasta -

There Must be a Balance Between What You Read and You What Write

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Apa Kita Butuh Ahok?

4 Desember 2016   06:26 Diperbarui: 4 Desember 2016   08:37 2418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ingat Demo 4 Desember, saya jadi ingat demo serupa yg terjadi USA puluhan tahun silam. Demo tsb bahkan jauh lebih besar.

Hari2 ini tak ada berita yg lebih panas daripada urusan ahok, meski cuma gubernur suatu daerah namun gema beritanya bukan hanya hingga ke seluruh nusantara tapi juga ke Manca Negara. Bahkan ada rekan yg bilang bahwa kemenangan Trump yg mengejutkan tsb sebetulnya disumbang oleh peristiwa 411 2016. Jadi kaki kanan Trump bertumpu pada tragedi 911 sedang kaki kirinya peroleh pijakan yg mantap saat terjadi demo 411 di jakarta.

Boleh saja kita ngomong bahwa omongan tsb di atas bersifat spekulatip namun harus diingat bahwa bandul kecendrungan berubah drastis setelah terjadinya demo tsb. Sebelumnya SEMUA lembaga survey memastikan kemenangan Hilary, bahkan kemenangan tsb cukup telak yakni hingga 11 point. Begitu masyarakat dunia melihat demo raksasa di Jakarta maka rakyat paman SAM langsung putar haluan. Begitu mendadak sehingga pihak Demokrat tak sempat mengantipasinya. Ya demo Ahok tanggal 4 sedang pilpres paman SAM tanggal 8. Itu tak mungkin dapat diantisipasi karena terlalu dekat.

Tapi yaaa sudahlah… semua sudah terjadi, orang yg tidak kita harapkan ternyata terpilih di negeri paman SAM karena kebencian sebagian masyarakat kita pada Ahok. Yg tersisa di benak saya cuma satu sekarang ini, yakni apa betul kita ini benar2 butuh Ahok ??? Sebelum menjawab itu semua coba kita flash back sedikit ke belakang sebagi bahan renungan.

Mungkin diantara kita tak banyak yang kenal dengan Truman, dengar namanyapun mungkin tidak, maklum dia tak setenar Kennedy. Padahal dialah yg memaksa Belanda untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. Bahkan sesungguhnya dia itu pada masanya masih menjabat bukan saja tidak tenar tapi juga dibenci oleh rakyat paman Sam. Pada akhir masa jabatannya rating kepuasaan publik hanyalah 22%, itu adalah yg terendah bagi petahana, Rekor tsb bertahan hingga kini. Padahal tanpa dia mungkin, sekali lagi saya bilang mungkin… kita ini mungkin tidak pernah ada, tidak pernah exis … tidak pernah hidup. Guys mungkin kalian berpikir saya membual atau Hoax. Mari lihat faktanya.

Begini, perang korea adalah perang yg unik sebab meskipun perang tsb memakan ratusan ribu nyawa melayang dipihak USA namun secara resmi itu tidak disebut sebagai perang namun hanyalah aksi polisional. Lho apa bedanya ? Aksi polisional hanyalah sekedar aksi yg dilakukan oleh pasukan PBB untuk suatu penertiban, dalam hal ini penertiban terhadap korea utara yg melanggar garis perbatasan korea selatan. PBB dengan dimotori oleh USA melakukan penertiban tsb, namun seperti biasanya, USA selalu memperalat PBB. Harusnya aksi tsb berhenti saat pasukan korut telah dihalau dari garis perbatasan. Namun sang jendral USA malah justru bernafsu untuk menguasai seluruh korut dan ini membuat RRT akhirnya mengerahkan pasukan membela sekutunya. Maka perang besarpun tak terhindarkan, nah disini salah Truman bermula karena kalau yg namanya perang haruslah dengan persetujuan Konggres.

Truman terlalu underestimate terhadap kekuatan Korut dan sekutunya, Truman terlalu percaya pada kehebatan jendralnya yg legendaris tsb. Mungkin juga sang jendral terlalu banyak PHP pada Truman, itulah awal kekesalan truman pada sang jendral. Insiden kecil akhirnya membengkak menjadi perang dan lebih celaka lagi perang tsb benar-benar menemui jalan buntu, alias tak ada yg menang atau kalah. Yg ada cuma korban yg terus berjatuhan.

Rupanya sang jendral legendaris berpikir situasi ini harus diakhiri, maka dia mempersiapkan diri untuk melakukan invasi besar-besan, invasi pamungkas untuk menyerang pusat pangkalan tentara RRT. Begitu terobsesinya sang jendral Besar sehingga dia melupakan satu fakta penting bahwa Uni Soviet telah mengultimatum bahwa bila pasukan USA bergerak lebih jauh melewati perbatasan maka mereka akan menurunkan pasukannya secara besar2an. Itu berarti perang frontal, Head to Head. Satu fakta penting lagi yakni beberapa tahun sebelumnya Uni Soviet telah berhasil meledakan bom Nuklir percobaannya. Itu berarti bila eskalasi memuncak maka Nuklir yg akan berbicara, artinya selesailah sudah peradaban  di bumi ini.

Truman menolak mentah2 ide sang Jendral, karena sudah terobsesi maka sang jendral mengirim surat ke Josep William Martin, pimpinan DPR dari faksi Republik yg merupakan lawan dari partainya Truman. Surat permohonan dukungan tsb dibacakan di gedung DPR namun DPR tak berani gegabah memberikan dukungan. Karena tak kunjung dapat dukungan maka sang Jendral menelpon Josep Martin mengabarkan dia akan tetap melakukan invasi. Rupanya Josep William Martin tak berani menanggung akibat bila urusan jadi meledak hingga berujung ke Perang Dunia 3, maka keesokan harinya dia membocorkan hal tsb kepada press.

Ternyata omongan serupa bukan hanya ditujukan kepada josep Martin semata tapi juga kepada Duta Besar Jepang untuk Spanyol dan Portugal. Truman begitu marah atas hal tsb dan memerintahkan Menteri Pertahanan, kepala Staff Gabungan (semacam PangAb kalau di Indo), dan menteri Luar Negeri membahas hal tsb. Rapat menyimpulkan bahwa sang Jendral berdasarkan pertimbangan murni militer pantas untuk dicopot. Tapi mereka tidak berani merekomendasikan hal tsb meski sebelumnya pernah ada preseden serupa, yakni pada diri Billy Mitchell yg bukan hanya dicopot tapi bahkan diadili di Mahkamah Militer. Mereka tidak merekomendasi pemecatan bukan karena kasihan pada sang Jendral namun justru kasihan pada Truman.

Kenapa para pembantu Truman tak berani merekomendasikan pemecatan tsb ? Jawabnya gampang. Karena itu berarti bunuh diri politik. Tak akan ada seorang politisi manapun yg berani melakukan hal tsb. Memang sang jendral belum sampai level menteri namun nama besarnya justru melampui sang presiden itu sendiri. Bagaimana mungkin sang presiden yg dimasa mudanya pernah dapat predikat Kopral terbaik berani memecat Jendral Terbaik, bahkan bukan hanya jendral bintang 4 tapi bahkan Jendral bintang 5. Tentu bintang 5 disini bukan seperti pada Suharto yg menganugerahi diri sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun