Mohon tunggu...
Yogie
Yogie Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

suka cerita | kopi | berimajinasi tentang bumi manusia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cannabis

30 Juli 2024   13:24 Diperbarui: 30 Juli 2024   16:44 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cannabis
Untuk kakek bernadus nalsa

Ia sepertinya penyair idolaku
Hanya ingin mendengar puisi kehidupan. Dari ekonomi ke
rumah jendela teralis besi

Kakek hanya ingin. Mereka
jua piatu berhak bahagia kelak. Usia hanyalah angka, kepala mencapai tujuh batu, semangat mencapai gunung dan cinta tak terhitung. Meskipun namamu di hitamkan, namamu abadi dalam sanubari kami tentang kehidupan.

Kami dan lainnya. Mengutuk ladang ganja, dia menipumu dan hukum meloloskan pengadil. Barangkali mereka bersekongkol ini hanyalah firasat kami.

Kakek. Kau hanya ingin, kami berhak bahagia. Cinta kami serta doa-doa telah berjalan menjemputmu ke tempat teralis plafon rumah kecil kekek berada. Lapas, abepura.

Kekek. Kakekku, kami berhak bahagia kek...

Sayang, seribu sayang.

2024

"kakek bernadus nalsa, usia 79 tahun, Seorang petani di Wamena.  Di penjarakan karena di jebak oleh oknum pemilik kebun ganja di Jayapura. Mirisnya kakek ia tidak tau menahu pengetahuan tentang ganja (tumbuh terlarang di Indonesia). Ia membiayai kuliah, belasan anak piatu, ketulusan yang mulia walaupun namanya dikambinghitamkan."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun