Hitam Namamu Abadi
Untuk kakek bernadus nalsa
Ia sepertinya penyair idolaku
Hanya ingin mendengar puisi kehidupan. Dari ekonomi ke
rumah jendela teralis besi
Kakek hanya ingin. Mereka
jua piatu berhak bahagia kelak. Usia hanyalah angka, kepala mencapai tujuh batu, semangat mencapai gunung dan cinta tak terhitung. Meskipun namamu di hitamkan, namamu abadi dalam sanubari kami tentang kehidupan.
Kami dan lainnya. Mengutuk ladang ganja, dia menipumu dan hukum meloloskan pengadil. Barangkali mereka bersekongkol ini hanyalah firasat kami.
Kakek. Kau hanya ingin, kami berhak bahagia. Cinta kami serta doa-doa telah berjalan menjemputmu ke tempat teralis plafon rumah kecil kekek berada. Lapas, abepura.
Kekek. Kakekku, kami berhak bahagia kek...
Sayang, seribu sayang.
2024
"kakek bernadus nalsa, usia 79 tahun, Seorang petani di Wamena. Â Di penjarakan karena di jebak oleh oknum pemilik kebun ganja di Jayapura. Mirisnya kakek ia tidak tau menahu pengetahuan tentang ganja (tumbuh terlarang di Indonesia). Ia membiayai kuliah, belasan anak piatu, ketulusan yang mulia walaupun namanya dikambinghitamkan."