Mohon tunggu...
Yogie
Yogie Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

suka cerita | kopi | berimajinasi tentang bumi manusia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dinamis

27 Juli 2024   01:42 Diperbarui: 27 Juli 2024   01:43 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dinamis

mungkin terlalu tinggi, kejujuran selama ini adalah paling dini, tidak ada puisi khusus untuk kita menolak cinta siapapun, kecuali waktu sudih berbicara. Semesta itu adil, telah membantu kita menemukan jalan masing-masing.

Aliran waktu yang terus datang, membawah segudang cobaan yang dapat merubah, termasuk kita. Dalam kerangka cerita yang sedang kita susun pula, entahlah. Kadang angin kencang dapat merobohkannya.

Hari-hari adalah cobaan, kita manusia biasa yang kapanpun bisa berubah, tampaknya akan berlabuh meniti jalan lain dan jembatannya telah dibacakan, kita tak sudih menerima siapapun, tapi tidak menutupi kemungkinan bawah segala keyakinan itu, tak selamanya indah.

Jika kita berlayar di tengah laut dan terlanjur menjadikannya sebagai permata, inilah perjalanan yang di bicara waktu. Bertahan dalam gelombang ketidakpastian mungkin bunuh diri tapi juga ada perjalanan menuju pengalaman.

kita berteman itu menarik. Semua akan baik-baik saja, untuk sekarang, kita tidak sudih berjanji. mari pergi untuk selamanya, dan cerita kita akan ada seperti abu yang di makan api dan bunga di tepi pantai yang menyerah pada pasir tapi tidak dengan ombak yang datang silih berganti.

2024

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun