Mohon tunggu...
Yogie
Yogie Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

suka cerita | kopi | berimajinasi tentang bumi manusia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Batas Laut

12 Januari 2024   10:26 Diperbarui: 31 Januari 2024   11:10 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. https://pixabay.com/photos/beach-motherhood-love-mother-son-4182974/

Di Batas Laut

Tak ada daratan, hanya air yang rasanya asing. Mengepung satu rumah, yang berjalan pada muka air.

Sambil jatuh air di kelopak, yang mengantar beta pada badan kehidupan. Biyung, rasanya gambaran itu terpahat.

Dengan frasa dipanjatkan, kepada pemberi hidup. Penyayang tak ada batasan, ternyata waktu yang berisi tentang pengharapan itu cepat datang.

Sepanjang batas laut, jauh pula mata melihat. ada waktu yang berisi pengharapan, yang pada akhirnya mengantarkan beta pada dua pekan tanpa memandang.

Di batas laut, di tengah kelip lampu pohon cemara. Yang terbentuk dari darah dagingmu, titip sejuta cerita.

suramadu, 22 Desember 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun