“Ilmu pengetahuan tanpa Agama buta, Agama tanpa Ilmu Pengetahuan lumpuh”. Sebuah ungkapan dari seorang ilmuwan terkemuka, Albert Einstein.
Pastinya, ungkapan tersebut bukan berasal dari sebuah keyakinan agama, tapi mungkin muncul karena sebuah realitas yang menggejala di luar kemudian disimpulkan oleh sang ilmuwan. Oleh karena itu ada baiknya merenungi ungkapan tersebut d...i bawah langit agama yang sepak terjangnya justru menciptakan antagonisme-antagonisme di dalam masyarakat.
Orang beragama dengan ketulusan tekad dan keikhlasan hati berusaha menegakkan yang hak dan melenyapkan yang batil, sebagaimana anjuran agama. Namun, jika dalam prakteknya ternyata banyak bersinggungan dengan kepentingan orang lain, maka dalam hal ini—tanpa bermaksud merendahkan siapa saja—kurangnya ilmu pengetahuan dalam menjalankan ketentuan-ketentuan agama.
Misalnya, memerangi penyakit sosial masyarakat, harus ditelusuri latar belakang kemunculan penyakit tersebut di masyarakat. Apa yang menyebabkan seseorang terjebak terlarang, entah narkoba, pelacuran, perjudian dll, semua harus ditelusuri dari hal-hal yang paling mendasar tentang hidup, karena tidak ada seseorangpun yang bercita-cita untuk menjadi seperti itu.
Kesengsaraan riil dari hidup, dengan segala kebutuhan untuk keberlangsungannya yang mendesak, justru akar utama dari penyakit sosial ini. Moralitas tergradasi dalam batasan yang paling menjijikan, dimana penilaian tentang moral dilihat bukan antara kebaikan dan keburukan, tapi antara keburukan dengan keburukan yang lebih lagi. Misalnya, lebih baik berzinah dari pada membunuh atau lebih baik korupsi daripada merampok dst dst.
Dari sini agama sebetulnya sudah diabaikan—bagian vertikalnya.
Inilah batasan yang paling kritis dari moral. Di bawah tekanan-tekanan kebutuhan hidup yang menghimpit, pendidikan agama; Pendidikan formal; tidak akan terpikirkan sama sekali.
Agama yang berjalan dengan ilmu pengetahuan akan memahami hal ini, dan tidak gampang menyalahkan begitu saja kepada korban kebiadaban dari sistem ekonomi yang tumbuh dengan cara saling menindas antara manusia dengan manusia; antara bangsa dengan bangsa dsb. Dan, masyarakat lapisan terbawah sebagai korban paling ganas dari sistem ini, dalam momen penderitaan yang paling kritis mereka akan melempar hukum-hukum moral agama agar dapat bertahan hidup.
Agama harus berusaha melepaskan umatnya dari penindasan sistem ekonomi seperti ini--dengan melacak riba yang tersembunyi atas nama hukum, sebelum menuntut kewajiban kepada umat untuk menjalankan moral agama. Seperti Muhammad membebaskan budak-budak dan melindungi yang lemah dari penindasan, tanpa menuntut apa-apa; seperti Al Masih yang menebus semua dosa dengan mengorbankan darahnya sendiri. Hasilnya, moral-moral mereka kemudian menjadi pedoman umat. Seperti itulah agama seharusnya berlaku.
Karena desakan kebutuhan untuk hidup, tidak bisa dihibur begitu saja dengan janji-janji surga; tidak bisa diredam begitu saja dengan ancaman-ancaman neraka. Melainkan dengan praktek perjuangan yang konsisten terhadap segala bentuk penindasan.
selamat sahur buat semua nya :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H