Mohon tunggu...
Henggar Budi Prasetyo
Henggar Budi Prasetyo Mohon Tunggu... Administrasi - Travelers

Bandung, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Financial

Ancaman Krisis Keuangan Itu Nyata, Kita Bisa Apa?

11 Juli 2019   13:11 Diperbarui: 11 Juli 2019   13:22 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: kompas.com/ Foto ini tentu mengingatkan dimana Indonesia harus menelan pil pahit akibat krisis keuangan. Saat ini sudah 2 dekade sejak waktu itu, namun apakah ancaman krisis keuangan itu masih ada? Jika ada kita bisa apa? | KOMPAS/JB SURATNO

Selanjutnya, kita harus bijak dalam pengelolaan keuangan terutama terkait pinjaman (utang). Kita harus menyesuaikan jumlah pinjaman dengan kemampuan kita supaya tidak kesulitan disaat jatuh tempo. Selain itu, di usahakan uang yang diperoleh pinjaman digunakan untuk kegiatan yang produktif dan tidak hanya bersifat konsumtif seperti liburan, kuliner ataupun fashion jangan sampai peribahasa "besar pasak dari pada tiang" kita alami. 

Selanjutnya, kita harus memulai investasi meskipun itu kecil. Hal tersebut diperlukan karena dengan berinvestasi kita akan memahami risiko sehingga kita akan menjadi lebih terampil dalam mengelola risiko termasuk ketika terpaksa menghadapi kondiri krisis keuangan. Mulailah investasi dengan risiko paling kecil seperti tabungan rencana ataupun deposito. Investasi tidak melulu soal imbal hasil yang tinggi, akan tetapi juga mencakup pengelolaan risiko jadi sesuaikan instrumen investasi dengan kemampuan. Apabila merasa sudah siap dan mahir, maka investasi pasar modal baik berupa saham ataupun obligasi dapat dipilih.

Pemicu krisis keuangan bisa berawal dari hal kecil, jadi setidaknya peran kita untuk mencegah terjadi krisis adalah mulai dari diri kita. Sedikit tambahan diperlukan kepedulian juga dari diri kita. Hal ini dimaksudkan ketika kita menyadari ada indikasi tindakan melawan hukum terkait kegiatan industri jasa keuangan maka kita bisa lapor kepada Otoritas Jasa Keuangan ke kontak center "157" sehingga dapat segera ditindaklanjuti mencegah dampak yang meluas.

Ketiga, kita harus memperkuat struktur perekonomian dengan mengutamakan produk dalam negeri. Jika kita suka berbelanja berbasis elektronik (e-commerce) tentu kita tidak asing lagi denga adanya pengelompokan "barang global". Pengelompoan tersebut didasarkan pada posisi penjual yang berada di luar negeri. Jika di tengok dari harga dan fungsi, maka sulit bagi kita untuk menahan diri mengingat harga terjangkau dengan fungsi andal. Namun, disadari atau tidak perilaku pembelian produk luar negeri secara berlebihan akan menyebabkan defisit neraca perdagangan ekspor-import. Ketika defisit eksport itu tandanya lebih banyak uang yang keluar negeri dari pada yang masuk dalam negeri, maka efeknya perekonomian Indonesia akan menjadi rapuh. Jika ekonomi kuat sudah tentu kita juga yang akan menikmatinya. Berikut video dari akun youtube antara news terkait pentingnya penggunaan produk dalam negeri.

Itu kiranya uraian tentang cara saya berkontribusi menjaga stabilitas sistem keuangan #SSK. Tentu bagi rekan-rekan yang memiliki cara berkontribusi yang belum saya uraikan bisa tambahkan di kolom komenter untuk dapat kita jadikan pembelajaran bersama serta untuk kita terapkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun