Akhir pekan tiba! Itu tandanya waktu rehat dari rutinitas telah tiba. Apa istimewanya akhir pekan, mengapa banyak orang menantikannya. Tentu jawabannya masing-masing orang akan berbeda termasuk saya. Akhir pekan bagi saya adalah waktu petualangan dimana saya menjejakan langkah kaki untuk dapat mensyukuri anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Pada akhir pekan yang lalu saya mengunjungi Garut. Tujuan awalnya sebenarnya adalah untuk silaturahmi kepada kawan yang sedang melangsungkan pesta pernikahan.Â
Namun, karena sudah sampai di Garut, maka terasa masih kurang apabila tidak melakukan petualangan. Hal tersebut karena keindahan alam di garut sangat luar biasa termasuk pula kesenian dan kebudayaan.
Gunung Papandayan merupakan salah satu daya tarik wisata Garut yang menawarkan suatu pengalaman ecosport berupa pendakian. Setelah selesai silaturahmi di tempat rekan, selanjutnya saya langsung bergegas menuju titik pendakian gunung papandayan atau yang dikenal dengan camp david. Perjalanan menuju gunung papandayan dari pusat kota Garut terasa sangat menyenangkan, udara sejuk disertai pemandangan yang menakjubkan membuat perjalanan tidak terasa.Â
Tiba di Camp David (titik awal pendakian) pukul 03.00 WIB saya langsung bergegas memulai pendakian, harapannya agar bisa sampai pada camp area sebelum malam tiba.Â
Track dari camp david sampai pada camp area dapat ditempuh sekitar 1 s/d 1,5 jam. Perlu diketahui gunung papandayan memiliki dua camp area, yaitu: gober hut dan pondok saladah. Diantara keuda lokasi tersebut pondok saladah menjadi camp area yang paling diminati oleh para pendaki. Pendapat tersebut saya dasari atas ramainya jumlah pendaki yang nge-camp di pondok saladah dari pada di gober hut.
Pukul 18.00 saya telah selesai mendirikan tenda di pondok saladah selanjutnya bersiap untuk makan malam mengisi energi atas pendakian yang telah dilakukan. Selesai makan saya kemudian berkeliling untuk menikmati suasana di pondok saladah.Â
Disitu saya merasa beruntung karena kebetulan langit sedang carah sehingga saya bisa menikmati gugusan-gugusan bintang yang berkilauan. Saya pikir itu mungkin yang namanya milky way. Selesai menikmati suasa malam di pondok saladah sayapun kemudian bergegas tidur bersiap untuk menyambut terbitnya sang mentari pagi.
Dinginnya udara di pondok saladah membuat saya beberapa kali terbangun. Maklum saya merasa dingin karena saya tidak menggunakan sleeping bag dan hanya mengenakan jaket biasa. Untuk itu saya berpesan kepada rekan-rekan sekalian yang berencana mendaki gunung, maka jangan sampai ketinggalan sleeping bag.Â
Jam menunjukan pukul 03.00 WIB, saya mulai mempersiapkan diri untuk melakukan perburuan sunrise. Titik terbaik untuk melihat sunrise di gunung papandayan adalah di Hutan mati.Â
Saya benar-benar terpukau melihat matahari terbit ditambah karena gunung papandayan berada di lokasi di atas 2000 meter dari permukaan air laut, maka saya dapat menyaksikan apa yang dinamakan samudera di atas awan.Â
Sangat terbatas kata-kata yang dapat saya pilih untuk menjelaskannya betapa indahnya sunrise di Gunung Papandayan. Namun, ada foto yang telah saya dokumentasikan untuk dapat disaksikan rekan-rekan sekalian.
Selesai mendokumentasikan keindahan sunrise gunung papandayan, selanjutnya saya bergegas packing berbagai peralatan dan perlengkapan untuk selanjutnya jalan turun. Ketika jalan turun tidak disangka saya dapat bonus pemandangan yang menakjubkan indahnya. Ini dia dokumentasinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H