Mohon tunggu...
Henggar Budi Prasetyo
Henggar Budi Prasetyo Mohon Tunggu... Administrasi - Travelers

Bandung, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tanpa Rupa, Bencana Datang Kapan Saja

5 Juli 2017   22:47 Diperbarui: 5 Juli 2017   23:13 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gaya Hidup - Selalu ada daya tarik tersendiri dari setiap karya sastra pada era-nya. Mahabarata dan Ramayana merupakan karya sastra lintas jaman yang tetap relevan dan menarik untuk disimak. Hal unik dari karya sastra adalah adanya suatu alur peristiwa yang seringkali menyentuh sisi emosional dan sudah tentu dari setiap karya sastra pasti terdapat suatu pesan dari penulis tentang suatu nilai-nilai kehidupan.

Seringkali karya sastra dijadikan sebagai sarana untuk mengirim sebuah pesan kepada seseorang ataupun masyarakat secara lebih luas. Keunikan karya sastra yang menyentuh sisi emosional dari pribadi manusia, menjadikan karya sastra terbukti mamp mengirim nilai-nilai untuk menjadi pegangan atau untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sentuhan sisi emosional karya sastra terkadang dapat mengirimkan suatu pesan-pesan/ nilai-nilai secara bawah sadar sehingga suatu pesan dapat diphami dan diterapkan dengan sempurna.

Hal itulah yang diadopsi oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui drama radio berjudul "Asmara Ditengah Bencana". Memang benar, apabila hanya sebatas tindakan persuasif berupa pemeritahuan pesan-pesan belum tentu dapat dipahami dan diterapkan, karena dalam proses tersebut tidak dapat dipastikan seseorang fokus. Namun, berbeda dengan upaya penyampaian pesan melalui karya sastra yang dalam hal ini diperagakan dalam bentuk drama radio. Tentu masyarakat sebagai pendengar akan fokus dengan sendirinya, tanpa sebuah perintah karena memang tertarik dengan alur cerita.

Sedikit, ulasan tentang drama radio "Asmara Ditengah Bencana" secara konten sangat menarik karena tersusun dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia dan menyuguhkan suatu hubungan asmara, persaudaraan bahkan penghiatan disini sisi emosional pendengar drama radio ini akan benar-benar diajak berimajinasi menjadi bagian dari cerita. Kisah Asmara Ditengah Bencana (ADB) memang bertajuk roman sejarah, namun dari nilai kehidupan tetap relevan. Salah satunya adalah tentang perbedaan kelas sosial (ekonomi) yang seringkali menghalangi terjalinya suatu hubungan asmra.

Ditengah-tengah cerita dimana sisi emosional pendengar telah tersentuh, disisipkanlah pesan tentang perlunya kesadaran untuk menghadapi peristiwa alam yang menimbulkan sebuah kerugian materiil dan imateriil (bencana alam). Disisipkan pesan bahwa bencana tidak dapat diduga bagaikan tanpa rupa dan dapat terjadikapanpun diwaktu yang tidak tentu.

Untuk itu, perlu dibangun suatu kesadaran ditengah masyarakat saat ini. Meskipun, telah hadir ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengurangi dampak kerugian dari suatu bencana alam. namun, sekali lagi manusia menjadi faktor utama yang memegang kendali terhadap besaran kerugian akibat terjadinya suatu bencana alam. Kondisi saat ini memperlihatkan bahwa manusia semakin jauh dari alam, manusia semakin terjabak dalam dunia materiil yang bersifat semu. Dan tindakan-tindakan manusia tanpa disadari memperbesar resiko kerugian atas terjadinya suatu bencana alam.

Kehadiran darama radio Asmara Ditengah Bencana "ADB" merupakan suatu karya sastra yang sangat menarik dan sayang untuk dilewatkan karena benar-benar sisi emosional kita sebagai pendegar akan tersentuh. Untuk cuplikan sebagian dari drama radio ADB dapat didengar dari chanel youtube dengan akun @BNPB.

Dok. BNPB
Dok. BNPB
Radio dipilih sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan tentang perlunya membangun kesadaran akan bencana alam adalah langkah tepat. karena memang media radio tidak lekang oleh waktu. Kehadiran televisi dan internet, meskipun terbukti mengurangi jumlah pendengar radio. Namun, tidak dapat mengakhiri eksistensi dari media satu ini. 

Jangkauan luas serta peralatan transmisi dan receiver sederhana dan terjangkau menjadikan radio sebagai pilar utama dalam berkomunikasi terkhusus untuk menjangkau daerah pedalaman dengan akses teknologi yang terbatas. Serta, terbukti pula bahwa dengan mendengar radio kita dituntut untuk berimajinasi yang seringkali kita akan mendapat suatu sensasi yang menarik dan lebih menyentuh perasaan ketimbang melihat dalam bentuk audiovisual.

Dan inilah sesuai judul tanpa rupa, bahwa memang radio sebagai media audio yang tidak menyajikan tampilan visual. Namun, jangkauan luas menjadikan radio menjadi sarana terbaik membangun budaya #sadarbencana keseluruh pelosok tanah air.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun