Mohon tunggu...
Henggar Budi Prasetyo
Henggar Budi Prasetyo Mohon Tunggu... Administrasi - Travelers

Bandung, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kota Cerdas (Smart City): Pertaruhan Eksistensi Kehidupan Bumi!

20 Mei 2015   20:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:46 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia merupakan satu-satunya subyek kehidupan di bumi dengan keistimewaan akal budi. Hal tersebut memberikan manusia kedudukan tertinggi dalam tatanan kehidupan yang memiliki hak dalam tata kelola dan pemeliharaaan tatanan kehidupan sehingga dapat dikatakan masa depan eksistensi kehidupan bumi terletak di tangan manusia. Akal budi yang dimiliki manusia telah mendorong perubahan antar waktu kearah efektifitas dan efisiensi dalam proses pemenuhan kebutuhan.

Revolusi industri menjadi tonggak perubahan terbesar dalam tatanan kehidupan di bumi. Revolusi industri dimulai dengan ditemukanya teknologi yang meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan pemenuhan kebutuhan manusia. Karateristik revolusi industri adalah produksi masal, peningkatan eksploitasi sumber daya alam serta tergantikannya tenaga manusia dengan teknologi. Akibatnya, sejak dimulainya revolusi industri hingga saat ini berimplikasi pada turunnya kualitas atau daya dukung lingkungan sebagai penyangga eksistensi kehidupan bumi.

Atas berbagai dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas industrialisasi yang terbukti mengamcam eksistensi kehidupan bumi, seperti: pemanasan global, perubahan iklim, resistensi penyakit atau yang secara umum dikatakan “degradasi lingkungan” muncul ide-ide dan konsep-konsep tentang reorientasi hubungan manusia dengan tatanan kehidupan yang kemudian dikenal dengan konsep pembangunan berkelanjutan. John Elkington (1998) melalui karangan berjudul: “Triple Bottom Line: Canibal with Fork 21st Century” mempopulerkan konsep pembanguna berkelanjutan dengan istilah: Profit, People, Planet (3P). Konsep 3P memberikan penekan bahwa didalam kegiatan pemuhan kebutuhan manusia (profit) tidak boleh mengorbankan aspek kehidupan (people) serta lingkungan (planet).

Kemunculan konsep pembangunan keberlanjutan telah membentuk kesadaran dikalangan masyarakat akan pentingnya keseimbangan tatanan kehidupan. Hal tersebut telah terbukti dengan adanya berbagai pertemuan tingkat dunia terkait topik tersebut serta lahirnya standar tantan kehidupan yang salah satunya adalah MDGs (Milleneum Development Goals).

Akan tetapi dalam penerapan konsep pembangunan keberlanjutan manusia di bumi dihadapkan pada tantangan demografi yang terus mengalami pertumbuhan tak terkendali. Diperkirakan pada tahun 2015 jumlah penduduk dunia mencapai 7,2 milyar dengan pertumbuhan lebih dari satu persen per tahun (Biro Sensus Amerika, 2015). Oleh karena itu, keberhasilan penerapan konsep pembangunan berkelanjutan dipengaruhi oleh kebijakan demografi.

Untuk dapat mengatasi permasalahan demografi terlebih dahulu harus diketahui tingkat kebutuhan manusia secara keseluruhan serta kondisi daya lingkungan saat ini. Setelah itu baru dapat dilakukan penerapan konsep pembangunan keberlanjutan tentu dengan catatan ada upaya pengendalian kelahiran dikarenakan daya dukung sifatnya terbatas. Perlu dipahami bahwa kedepan kehidupan harus bergerak kearah peningkatan kualitas kehidupan bukan hanya bertumpu pada tingginya kelahiran.

Teknologi Informasi (TI) sebagai produk dari jaman digital dapat dijadikan sarana untuk melakukan percepatan dan perluasan pengendalian demografi serta penerapan konsep pembangunan berkelanjutan. TI berimplikasi menghapus jarak dan waktu sehingga proses integrasi dari berbagai bidang kehidupan bergerak lebih cepat.

Kehadiran kota cerdas (smart city) menjadi bentuk sintesa atas kehadiran TI dalam tatanan kehidupan manusia terkhusus perkotaan. Hal ini terjadi karena diperkotaan diberbagai dunia terjadi tren peningkatan migrasi penduduk atau yang dikenal urbanisasi sehingga berimplikasi pada terkosentrasinya penduduk di wilayah perkotaan. Diketahui bahwa kota memiliki keterbatasan daya dukung lingkungan, seperti; sumber daya air, tanah, udara, energi, dsb. TI dalam hal dapat hadir untuk mengetahui tentang tingkat kebutuhan manusia tersebut disesuaikan dengan daya dukung wilayah tersebut sehingga dapat diambil kebijakan yang tepat. Kehadiran kota cerdas berimplikasi pada berkurangnya informasi tidak sempurna (asimetris) yang selama ini menjadi hambatan perkotaan dunia terkhusus berkembang yang pada gilirinya dapat mempercepat penerapan konsep pembangunan berkelanjutan menjaga keberlanjutan eksistensi kehidupan bumi.

*Aku, Kotaku, dan Masa Depanku*

Saat ini aku tinggal di kota Semarang dengan jumlah penduduk < 1 juta jiwa. Kota Semarang memperoleh julukan kota Atlas dikarenakan kontur topografi yang unik terdiri dari perbukitan dan dataran rendah yang terbentang luas. Secara ekonomi kota Semarang di topang oleh sektor perdagangan dan industri. Sektor perdagangan terpusat pada wilayah pusat kota, meliputi: Jl. pemuda, Jl. pandanaran, Jl. simpang lima, Jl. pahlawan. Sektor perindustrian terletak di kawasan pinggir kota, yaitu: kawasan Candi. Kegiatan perdadangan dan perindustrian di kota Semarang di dukung oleh fasilitas transportasi, meliputi: pelabuhan, bandara, stasiun kereta, stasiun bis termasuk bis dalam kota (trans Semarang).

Secar sosial kota Semarang memiliki kawasan ruang publik baik fisik ataupun elektronik yang terintegrasi dikelola oleh pemerintah Semarang. Ruang publik fisik, meliputi: kawasan tugu muda, simpang lima, banjir kanal barat dan timur, dsb. Ruang elektronik diwadahi oleh website: pemerintah kota semarang (semarangkota.go.id) secara terintegrasi untuk melayani masalah keluhan, perizinan, permohonan bantuan, pendidikan, bursa, dsb. Dipandang dari aspek lingkungan kota Semarang masih belum dapat mengatasi sepenuhnya, terkhusus drainase. Banjir dan rob akibat buruknya drainase menjadi kejadian rutin disetiap musum hujan di kota Semarang sehingga hal tersebut menjadi beban inefektifitas dan inefisiensi yang memangkas keuntungan diperoleh.

Akan tetapi, kedepan dengan diterapakan konsep pembangunan berkelanjutan dengan perbaikan kebijakan tata ruang dan demografi didukung dengan integrasi sistem informasi digital bukan tidak mungkin Semarang menjadi salah satu kota besar dengan keunikan yang tak dimiliki kota lain, dibidang: perdagangan dan industri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun