Satu contoh yang pasti adalah penulis sendiri. Setelah selesai sekolah S2, penulis sempat ditawari mengajar disalah satu PTS dengan gaji pokok Rp. 8 juta sampai 10 juta. Tawaran itu kami tolak karena merasa brand personality dari PTS tersebut tidak sesuai dengan personality kami.Â
Hingga akhirnya kami 'meminang' Universitas Islam Indonesia (UII). Yup, kepribadian kami cenderung Islami, dan bekerja untuk UII dengan brand personality yang Islami buat kami adalah keputusan yang tepat.Â
Coba lakukan analisis sendiri kepada diri Anda masing-masing!Â
Implikasi brand personality untuk pelaku bisnis terkait erat dengan strategi Segmenting, Positioning, dan Targeting.Â
- Segmen konsumen Anda dengan kepribadian yang sama dengan brand personality yang Anda jual (segmenting)
- Target konsumen yang sesuai dengan brand personality yang Anda jual (targeting)
- Posisikan brand Anda dimata konsumen supaya dipersepsikan fit dengan kepribadian konsumen (positioning). Â
So, simpulannya, brand atau merek itu seperti seorang manusia yang memiliki kepribadian. Brand dipilih karena kepribadian yang ada padanya sesuai dengan kepribadian konsumen yang memilihnya. Pertimbangkanlah konsep brand personality untuk bisnis Anda. Semoga bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H