Mohon tunggu...
Hendy Kusmarian
Hendy Kusmarian Mohon Tunggu... Administrasi - pemandu medan perang bisnis

http://terobosan.biz.id/pemandu-perang-bisnis/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ini Dia Sosok Zulkarnain dalam Qur'an Surah Al-Kahfi

8 September 2015   17:44 Diperbarui: 2 September 2017   01:32 8035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Wa yas-aluunaka ‘an dzil qarnaini qul sa atluu ‘alaikum minhu dzikraa. (QS Al-Kahfi, 18: 83)

Artinya: 'Mereka juga bertanya kepadamu tentang Zulkarnain. Katakanlah kepada mereka bahwa tentang hal ini pun aku akan ceritakan kepadamu sedikit.'

Al qarnain adalah bentuk majemuk-dua dari al qarn. Alqarnu berarti tanduk hewan, seratus tahun. Kata alqarnani secara kiasan bisa diartikan negeri-negeri Timur dan negeri-negeri Barat. (Aqrab)

Kisah tentang Zulkarnain ini pun seperti kisah Ashabul Kahfi, memunculkan banyak simpang siur. Dalam Injil tercantum sebuah rukya atau mimpi dari Nabi Daniel sebagai berikut:

Kulihat seekor domba jantan yang bertanduk dua. Domba itu menanduk ke Barat, ke Utara dan ke Selatan; tiada seekor binatang pun dapat melawannya; dibuatnya barang kehendaknya. (Daniel pasal 8: 3-4)

Adapun tabir domba jantan yang kulihat dengan tanduk dua itu adalah raja-raja Media dan Persia. (Daniel pasal 8: 20)

Berdasarkan rukya ini, di mana diperlihatkan raja-raja Media dan Persia seperti seekor domba jantan, Zulkarnain adalah salah seorang raja Media dan Persia.

Mengapa kejadian Zulkarnain diterangkan dalam Al-Qur’an, dan mengapa diletakkan dalam surah Al Kahfi ini setelah menerangkan Isra Nabi Musa as.?

Dalam surah Al Kahfi ada penjelasan tentang pertentangan Islam dengan Masehi, bahkan perlawanan dari segi semi-politik. Yakni, sebenarnya pertentangan agama, tetapi banyak sekali kaitannya dengan politik keduanya.

Mula-mula sekali diterangkan kejadian Ashabul Kahfi, yaitu bagaimana permulaan terjadinya agama Masehi, dan kemudian bagaimana penyelewengannya. Sesudah itu diterangkan Isra Nabi Musa as. yang menyebutkan terhentinya kemajuan keturunan Ashabul Kahfi sampai di suatu batas tertentu, dan diutus-nya seorang nabi dari Allah. Juga disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kaum Nabi Musa as. itu ialah bagian terakhir dari silsilah Musawi, yaitu kaum Masehi; sedang umat Musawi yang asal, yaitu Yahudi, telah lama mati. Ringkasnya, menyebutkan Isra Nabi Musa as. setelah menceritakan Ashabul Kahfi adalah isyarat bahwa kemajuan kaum Masehi pada giliran pertama akan berakhir dengan diangkatnya Nabi Besar Muhammad Rasulullah saw.

Terbukti, kejadian-kejadian berikutnya membuktikan kebenaran kabar gaib ini, yang karenanya iman kaum beriman bertambah tebal. Sebabnya, memberitahukan—ketika kaum Muslim masih di Mekkah—bahwa mereka akan dapat mengalahkan kaum Masehi, adalah suatu kabar gaib yang amat hebat yang tidak ada tolok bandingannya. Sesudah itu kejadian Zulkarnain disebutkan untuk pemberitaan kemenangan kaum Masehi pada gilirannya yang kedua.

Mengapa Zulkarnain disebutkan di tengah-tengah, padahal dia ada sebelum Rasulullah saw.? Jawabnya begini: Nama dari dua kemajuan Masehi itu berbeda dalam kitab-kitab Ilahi. Giliran pertama disebut Ashabul Kahfi, yaitu mereka mengalami keadaan seperti orang-orang yang tinggal di pekuburan zaman dahulu; atau, mereka masih bisa menjadi orang-orang baik seperti Ashabul Kahfi, meskipun praktiknya mereka tidak baik. Giliran kedua mereka disebut Ya’juj wa Ma’juj, yakni mereka sama sekali tidak akan jadi orang-orang baik. Dengan lahirnya seorang nabi baru, mereka masih bisa berhubungan dengan Allah asal mereka mau mengubah keadaan bangsanya; jika tidak, ya tidak!

Giliran kedua ini ada kaitannya dengan Zulkarnain, yaitu karena sebagian perbuatan Zulkarnainlah terjadi giliran kedua ini. Kisahnya begini: Ya’juj wa Ma’juj sebenarnya adalah nama dari suku-suku bangsa yang berdiam di daerah-daerah Utara Asia dan daerah-daerah Timur Eropa.

Tertarik oleh kesuburan dan kemakmuran daerah-daerah Asia, mereka selalu menyerang daerah-daerah itu. Bila mereka berhasil dalam serangan-serangan itu, mereka akan jadi seperti bangsa Aryan yang terus menetap di Hindustan bercampur dengan suku-suku bangsa tua di situ; dan mereka akan bertebaran di berbagai daerah Asia dan akan bercampur gaul dengan suku-suku bangsa di situ, serta akan memeluk bermacam-macam agama dari suku-suku bangsa yang mereka datangi, dan mereka tidak akan menganut satu agama.

Namun, atas kehendak Allah, Zulkarnain bisa membendung serangan-serangan mereka, sehingga akhirnya suku-suku bangsa Ya’juj wa Ma’juj ini masuk ke dalam agama Masehi, dan mereka menjadi suatu kekuatan sangat dahsyat dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Seiring dengan itu tertanamlah bibit permusuhan dalam agama.

Selain itu, karena strategi dan taktik Zulkarnain, seluruh Asia mendesak dan menohok mereka ke sebelah Utara, yang di masa itu terkenal sebagai daerah yang paling jelek dan miskin. Oleh karena itulah dalam hati mereka bersemi ambisi sangat kuat untuk datang ke daerah-daerah Timur dan negeri-negeri Asia, yang terus menyala turun-temurun hingga saat ini. Dengan demikian tertanamlah benih permusuhan dalam politik.

Jadi, Zulkarnain dari satu segi adalah sosok yang menyebabkan timbulnya fitnah Ya’juj wa Ma’juj atau fitnah Dajjal. Allah sengaja membawakan kejadian Zulkarnain sebelum menceritakan giliran kedua kemenangan Masehi di akhir zaman. Apalagi, perbuatan khusus Zulkarnain menyebabkan pembinaan Ya’juj wa Ma’juj sebagai suatu kesatuan bangsa yang memiliki politik dan kebangsaan yang berdiri sendiri dan terpisah dari bangsa-bangsa lain.

Ada satu hikmah lagi mengapa Zulkarnain disebutkan di sini, yaitu Zulkarnain adalah seorang raja dari Media dan Persia. Jadi, boleh dikatakan timbulnya Ya’juj wa Ma’juj itu oleh karena seorang yang berbangsa Persia. Dan kebiasaan atau sunnah Ilahi ialah, bila atas reaksi suatu perbuatan hamba-hamba-Nya yang saleh timbul suatu keburukan atau kejahatan, biasanya Dia lenyapkan kejahatan itu dengan perantaraan salah seorang dari keturunan orang saleh itu, atau orang-orang yang senegeri dengan dia, atau seorang yang serupa dengan dia, agar tidak ada aib yang tidak langsung pun menodai nama baik hamba-Nya itu.

Jadi, hikmah Zulkarnain disebutkan di sini adalah agar berita ini menjadi suatu kabar gaib tentang kedatangan Zulkarnain yang kedua, yang juga keturunan Persia, yang nanti akan berhadapan dengan Ya’juj wa Ma’juj dan yang melumpuhkan mereka. Dengan demikian, dia dapat menghapus tuduhan yang melekat pada nama Zulkarnain pertama.

Dia dijuluki Zulkarnain oleh karena Allah menganugerahkan dua kekuatan kepadanya, yaitu kekuatan yang bersifat Mahdi dan kekuatan yang bersifat Al Masih. Dia digelari Mahdi karena menerima ilmu-ilmu pengetahuan dari Yang Mulia Rasulullah saw., dan digelari Al Masih karena mengambil sifat-sifat dari Al Masih yang pertama. Hal ini tersebut dalam hadis “La Mahdiyu illa ‘Isa”, yang artinya “Mahdi itu juga yang disebut Isa. (Ibnu Majah, jilid 2, h. 1341) Jadi, karena mendapat dua kekuatan inilah dia dijuluki Zulkarnain.

Dia juga dinamai Zulkarnain oleh karena dia akan mengalami dua abad seperti yang tersebut dalam sebagian kabar gaib, yaitu pada akhir suatu abad dia akan menerima ilham-ilham dari Allah, dan pada permulaan abad berikutnya dia akan menyelesaikan tugasnya, kemudian baru dipanggil pulang oleh Allah. Ini yang diisyaratkan oleh hadis Ibnu Majah tadi, yaitu dari satu segi dia bernama Mahdi, dan dari segi lain dia bernama Isa.

Dalam beberapa hadis lain ada tersebut bahwa, pada suatu hari para sahabat ra. bertanya kepada Yang Mulia Rasulullah saw., siapakah golongan yang tersebut dalam Al-Qur’an yang kelak akan diajari Qur’an oleh Rasulullah saw. Yakni, bila Rasulullah saw. telah wafat, bagaimana tugas ini akan dijalankan?

Rasulullah saw. menjawab sambil meletakkan tangan beliau pada pundak sahabat Salman Al Farsi: “Walladzi nafsi biyadihi law kanal imanu bitstsurayya lanaalahu rijaalun min haaulaai”. (Bukhari) Artinya: Demi Dzat yang jiwaku dalam tangan-Nya, apabila nanti iman terbang ke bintang Tsurayya, akan diraih kembali oleh beberapa orang dari mereka ini (keturunan bangsa Persia). Dalam riwayat lain tersebut rijaalun min faris, yaitu beberapa orang keturunan Persia yang akan membawa kembali iman itu ke dunia. Ada juga riwayat rajulun, artinya seorang istimewa yang dijanjikan. (Bukhari)

Dari semua riwayat ini bisa diketahui bahwa, ketika iman telah terbang di akhir zaman, ada seorang istimewa dari bangsa Persia yang akan membawa iman itu kembali, dan dalam tugasnya ini dia ditolong oleh beberapa orang dari bangsa Persia juga.

Sekarang muncul pertanyaan, apa kaitan kedatangan Zulkarnain kedua ini dengan zaman Ya’juj wa Ma’juj? Jawabnya: Dari Al-Qur’an dan Hadis bisa diketahui bahwa keadaan Islam demikian akan terjadi di akhir zaman ketika muncul Ya’juj wa Ma’juj dan Dajjal; diketahui juga bahwa kedua nama ini adalah untuk kaum yang agamanya satu. Perbedaannya satu, nama Ya’juj Ma’juj dikenakan pada fitnah politik mereka, sedang nama Dajjal pada fitnah agama mereka. Jadi, dengan menyatukan kedua riwayat (Zulkarnain dan Ya’juj Ma’juj), nyatalah bahwa penyiaran kesesatan pada masa Ya’juj Ma’juj akan dihadapi oleh seorang Persia, yang akan dibantu oleh beberapa orang Persia juga. Jadi, kritik yang dikenakan pada perbuatan Zulkarnain yang pertama dulu dengan penjelasan ini dapat dihilangkan.

Dengan mencantumkan kejadian ini dalam Al-Qur’an sebagai suatu kabar gaib diberitakanlah bahwa, bila seorang Zulkarnain dahulu pernah membendung serangan-serangan fisik duniawi Ya’juj Ma’juj, seorang Zulkarnain yang lain akan membendung pula serangan-serangan mereka secara agama, yang akan terjadi di akhir zaman.

Setelah pendahuluan ini, sekarang tinggal penentuan jatidiri Zulkarnain pertama yang adalah seorang raja Media dan Persia. Siapa persisnya Zulkarnain itu? Ada yang mengatakan dia itu Alexander Agung, ada lagi yang mengatakan dia Darius I. Sebenarnya, kita perlu lebih dulu mempertimbangkan ciri-ciri atau sifat-sifat Zulkarnain yang tersebut dalam Al-Qur’an sebelum bisa menentukan sosoknya yang sejati. Al-Qur’an mengatakan bahwa, 

  1. Zulkarnain mendapat ilham dari Allah dan melihat mimpi-mimpi benar.
  2. Dia keluar dari daerahnya menaklukkan negeri-negeri hingga sebelah Barat tempat matahari terbenam di sebuah laut yang berwarna hitam.
  3. Dia juga pergi ke sebelah Timur dan menaklukkan negeri-negeri Timur itu.
  4. Dia juga pergi ke daerah tengah tempat Ya’juj Ma’juj sering melancarkan serangan-serangan. Di sana dia mendirikan sebuah tembok untuk menghambat masuknya Ya’juj Ma’juj.

Sekarang kita periksa siapa dari antara raja-raja Media dan Persia memiliki semua ciri tersebut di atas. Ciri terpenting ialah penerimaan ilham Ilahi. Bila kita kaji sejarah, dapat diketahui bahwa, dari antara raja-raja Persia itu ada seorang raja yang selalu mendapat ilham, dan yang tentang ketakwaan dan keadilannya bisa kita ketahui dari pujian seorang nabi terhadap dirinya.

Raja ini adalah CYRUS. Tentang raja ini Nabi Yesaya berkata dalam kitabnya sebagai berikut:

Bahwa demikianlah firman Tuhan akan hal Koresy (Cyrus) Masih: Ialah yang Kupegang tangan kanannya supaya dihempaskannya bangsa-bangsa di hadapan mukanua; bahwa ikat pinggang raja-raja Kuuraikan dan segala pintu Kubukai untuknya, sehingga tiada sebuah gerbang pun yang terkatup untuknya. (Kata “Masih” di sini diterjemahkan oleh penerjemah Injil dengan “yang telah disiramkan”, padahal seharusnya ditulis sebagai namanya, yaitu “Koresy Masih”) Bahwa Aku juga berjalan di hadapanmu serta meratakan segala jalan yang berliku-liku; maka pintu-pintu tembaga akan Kupatahkan dan segala kancing besi pun akan Kupatahkan. Maka akan Aku anugerahkan kepadamu harta benda yang tertaruh di tempat-tempat yang gelap dan harta yang tersembunyi, supaya diketahui olehmu bahwa Aku ini Tuhan, yaitu Allah orang Israil, yang memanggil engkau dengan namamu! Yaitu karena Yakub hamba-Ku, dank arena Israil, pilihan-Ku; bahwa Aku sudah memanggil engkau dengan namamu dan dengan gelaranmu pun pada masa engkau belum mengetahui Daku. (Yesaya, pasal 45: 1-4)

Dari perkataan Nabi Yesaya ini nyatalah bahwa raja Cyrus dari Media dan Persia diberkati oleh Allah karena disebut dengan nama Masih. (Harus diingat bahwa Cyrus yang nyatanya Zulkarnain diberi nama Masih, sementara Masih Yang Dijanjikan diberi nama Zulkarnain.)

Cyrus dikaruniai kerajaan oleh Allah semata-mata karena anugerah-Nya; hal inilah yang disebutkan dalam ayat setelah ini. Pernyataan “Aku berjalan di hadapanmu serta meratakan segala jalan yang berbelok-belok” mengisyaratkan bahwa dia banyak melakukan perjalanan; hal ini pun tersebut dalam ayat-ayat setelah ini. Tentang pernyataan “Aku ini Tuhan, yaitu Allah orang Israil, yang memanggil engkau dengan namamu”, ini pun tersebut dalam Al-Qur’an, yaitu Qulna ya Dzulqarnain, yang artinya, Kami panggil Zulkarnain dengan menyebut namanya. Kemudian pernyataan “Aku memanggil engkau dengan namamu dan dengan gelaranmu pada masa engkau belum mengetahui Daku” mengisyaratkan bahwa Cyrus beribadah kepada Allah bukan atas nama Taurat, tetapi dengan yang lain. Terbukti menurut sejarah, Cyrus adalah pengikut Nabi Zoroaster.

Kesucian dan keadilan Cyrus juga tercatat dalam sejarah. Jangankan kawan dan sahabat, musuhnya pun sayang kepadanya. Sering terjadi saat dia sedang menyerang suatu negeri para penduduk negeri itu membukakan pintu gerbang kota baginya tanpa mempedulikan raja mereka sendiri, karena mendengar keadilan dan kebaikan pekertinya.

Tentang kejujuran dan akhlak Cyrus, sejarawan menulis sebagai berikut, yang tersebut dalam buku “Historian’s History of the World”:

“Pada suatu kali saya renungkan fitrat manusia; akhirnya saya sampai pada suatu kesimpulan yaitu, manusia, oleh sifatnya, mudah menguasai hewan-hewan lain, tetapi tidaklah mudah baginya memerintah manusia. Saya lihat banyak orang besar yang di rumahnya punya sedikit atau banyak pembantu atau pelayan, tetapi terhadap para pelayan ini pun mereka tidak bisa berkuasa sepenuhnya. Dari sini timbul pikiran saya, mungkin tidak seorang pun manusia dapat memerintah manusia lain. Untuk menguasai hewan-hewan lain kita banyak lihat orang-orang bisa melakukannya. Namun, selagi saya berpikir demikian, teringat pada saya Raja Cyrus, yang karenanya saya terpaksa mengubah pendirian saya tadi.

Sekarang saya berkata, memerintah atas manusia pun bukanlah suatu pekerjaan sukar. Saya lihat banyak orang yang atas kemauannya sendiri memilih tinggal di bawah kekuasaan Cyrus, padahal sebagiannya tinggal sejauh 2 bulan perjalanan dari Cyrus, sebagian lagi sejauh perjalanan 4 bulan, bahkan ada yang belum bertemu dengan Cyrus, atau sama sekali tidak punya harapan untuk bertemu dengan Cyrus karena jauhnya…

Cyrus telah dapat menanamkan dalam hati orang bahwa dia sayang kepada mereka, dan mereka mau agar Cyrus selamanya memerintah atas mereka. Dia banyak sekali memerintah atas bermacam suku bangsa, yang sukar sekali dihitung. Pemerintahannya meluas dari Timur ke Barat…

Jika yang dikatakan “kebesaran” itu adalah berperang untuk keadilan, dan bersedia mengorbankan jiwa untuk itu, maka Cyrus adalah seorang raja yang besar…

Dia tidak pernah berbuat untuk kepentingan dirinya sendiri. Ketika pemerintah Media, pemerintah Babylonia dan pemerintah Mesir semua sepakat melawan dia, dia terpaksa mengangkat senjata untuk membela diri. Lebih dari itu, Cyrus adalah semata-mata rahmat dan belas kasihan. Di atas tamengnya tidak pernah tertumpah darah yang tidak wajar. Dari tangannya tidak pernah terjadi kezaliman atau pembalasan dendam yang mengerikan.

Dia tidak pernah membakar kota seperti raja Macedonia, tidak pernah memotong tangan dan kaki raja-raja yang dikalahkannya seperti yang sering dilakukan oleh raja-raja yang menang di zaman itu, dia tidak pernah menyeret tawanan-tawanan di atas tembok-tembok kota seperti dikerjakan oleh raja-raja Yahudi, dan tidak pernah menggantung raja-raja yang ditaklukkannya seperti perbuatan raja-raja Romawi, dan tidak pula seperti perbuatan tuhan yang gila dari bangsa Yunani, Alexander the Great yang senang sekali menumpahkan darah. Benar dia seorang Asia, tetapi termasuk dalam golongan orang-orang yang telah menjadi jauh sebelum masa lahirnya.

Dia orang yang sangat lemah lembut hatinya dibandingkan dengan orang lain. Dia jauh lebih maju daripada adat istiadat dan tradisi kaumnya. Kemajuan terakhir yang akan dicapai oleh keturunan manusia di masa yang akan datang, dia berdiri di atasnya. Kerajaannya yang besar didasarkan pada tujuan memajukan daerah-daerah yang ditaklukkannya, dan memberikan hak yang sama kepada mereka. Kota Tyre yang baru menyerah kepada raja Nebukhadnezar dan kepada Alexander the Great sesudah mengalami pengepungan yang amat dahsyat, telah membukakan pintu kotanya dengan kemauan sendiri ketika Cyrus datang ke sana…

Lebih hebatnya, bangsa Yahudi yang kecil itu telah menyambut kedatangannya di tepi sungai Babylon dengan begitu meriah, yang seperti itu belum pernah dilakukan mereka terhadap penyambutan seorang manusia yang fana ini…

Dia bukan dijadikan oleh zamannya, tetapi dialah yang menjadikan zaman itu dan sebagai bapaknya. Dalam sejarah dunia dia seorang raja yang tidak ada tolok bandingannya.”

Inilah tafsir lengkap Qur'an Surah Al-Kahfi karya Hz. Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra., Khalifatul Masih II. Surah Al-Kahfi bersama dengan bismillah terdiri dari 111 ayat dan 12 ruku. Dailami meriwayatkan dari Anas ra. bahwa surah ini diturunkan sekaligus dan besertanya 70.000 malaikat dan pemeliharaannya benar2 diistimewakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun