Mohon tunggu...
Hendy Adinata
Hendy Adinata Mohon Tunggu... Freelancer - Sukanya makan sea food

Badai memang menyukai negeri di mana orang menabur angin | Email: hendychewadinata@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Urgensi Seorang Narasumber dalam Rapat

25 September 2020   10:12 Diperbarui: 25 September 2020   15:09 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kegiatan pasti ada anggarannya dan anggaran yang dikeluarkan untuk sebuah kegiatan yang tidak berfaedah itu sama dengan buang-buang uang. Selain anggaran dampaknya juga terjadi pada sumber daya manusia. 

Selain tidak menambah ilmu peserta rapat, dikhawatirkan lama-lama mental peserta rapat pun dapat menjadi rusak dengan kondisi ini, karena ada yang namanya anggaran tadi. Jadi motivasi utamanya bukan rapat, tapi uang saku. Sulit berkembang dengan mendengarkan paparan yang tidak berbobot, peserta tidak digairahkan untuk belajar.

Dalam kritik yang pernah penulis sampaikan, seharusnya untuk tema-tema teknis sebuah lembaga harus mengundang narasumber dari dalam lembaga itu sendiri yang jenjangnya lebih tinggi. Misalnya tingkat kabupaten yang mengundang narasumber dari provinsi atau pusat. Itu lebih tepat sasaran.

Tidak mungkin memilih narasumber dari pemda untuk membagikan ilmunya karena untuk hal-hal teknis itu tidak nyambung. Contohnya dalam hal penataan kearsipan, pemberian kode klasifikasi, penyimpanan arsip dan sebagainya itu kan berbeda antara lembaga pusat yang di daerah dengan Pemda. Ada peraturannya tersendiri yang dipedomani.

Dengan mengundang narasumber dari lembaga bersangkutan maka tema-tema yang sifatnya teknis tadi akan terselesaikan, dibandingkan dengan mengundang narasumber dari pemda yang cerita begini-begitu, tapi tidak cocok dan juga tidak menyelesaikan masalah yang ada. Mengundang 50 kali pun tidak menyelesaikan masalah.

Hal yang kedua adalah mengenai konten. Seorang narasumber itu harus tahu maksud mengapa dirinya diundang. Dia harus bisa berpikir dari hal teori sampai pada tahap aplikasi. Dia pun harus bisa menganalisa sebuah tema, apabila temanya kurang bisa menyentuh ranah teknis lembaga yang mengundangnya dia harus memikirkannya, setidaknya dia bisa menyuguhkan hal-hal yang mana nantinya bisa ditautkan dengan pokok bahasan.

Penggunaan metode presentasi juga menurut penulis amat penting. Karena lewat presentasi dan slide-slidenya bisa membuat alur itu berjalan sistematis dan audien juga bisa menyimak lebih baik. Sekelas narasumber itu seharusnya bisa membuat presentasi.

Dibanyak RDK yang penulis ikuti sangat jarang narasumber yang menggunakan metode presentasi, penyampaian materinya juga tidak lebih dari 10 menit dan isinya pun minim ilmu.

Apakah ini penyakit di lembaga-lembaga tingkat kabupaten/kota dan di bawahnya?

Berbicara soal menghadirkan narasumber juga tidak lengkap tanpa menyenggol soal anggaran. Alasan tidak menghadirkan narasumber dari provinsi atau pusat dikarenakan anggarannya yang tidak ada. Mungkin inilah alasan utamanya.

Jangankan mengundang pembicara yang bagus, fasilitas kantor saja belum memadai, banyak lembaga juga gedungnya belum permanen dan selalu harus pindah-pindah, untuk membuat konten yang baik sangat terbatas dalam sisi sarana-prasarana dan sumber daya manusianya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun