Mohon tunggu...
Hendy Adinata
Hendy Adinata Mohon Tunggu... Freelancer - Sukanya makan sea food

Badai memang menyukai negeri di mana orang menabur angin | Email: hendychewadinata@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penilaian Kita Panic Buying Buruk, Belanja Bulanan Baik

2 April 2020   17:56 Diperbarui: 25 September 2020   10:20 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadi di mana masalahnya kalau jumlah trolinya sama?

Siapa yang tahu kalau setelah berbelanja, besoknya mereka ke toko sembako beli barang? Atau ke mall lagi beli ini itu? Siapa yang kelakuannya seperti lebih panik?

Memang kebiasaan berbelanja orang di tiap tempat berbeda-beda. Kapasitas pasar dalam mensuplai bahan makanan dan keperluan pun berbeda. Ini yang menjadi satu masalah. 

Manakala sebuah tempat hanya bisa menyediakan suplai bahan makanan untuk pertiga hari, tapi semua penduduknya ingin beli barang untuk persiapan selama sebulan di satu hari yang sama. 

Tapi penulis tidak akan lari ke sana, penulis hanya ingin meluruskan istilah panic buying yang sebenarnya sama saja dengan belanja mingguan/bulanan, tidak buruk---hanya dipolitisasi saja seolah-olah tampak buruk.

Berbelanja banyak memang satu tren baru selama wabah virus ini dan penulis sangat yakin, pasar akan cepat beradaptasi. Ini tugas pemerintah melalui dinas terkait, harus tangkas lihat sesuatu apalagi tren belanja masyarakat.

Kita pun jangan sedikit-sedikit memberi label seseorang dengan sebutan panic buyer, siapa tahu orang itu dari beberapa tahun lalu memang jika berbelanja itu jumlahnya banyak atau untuk keperluan yang cukup lama. 

Orang bijak ketika melihat di depannya ada bahaya, dia cepat lari, dia persiapkan segala hal. Orang bodoh dan kurang pengalaman maju terus, tidak lihat kondisi, lalu kena celaka.

Ini bukan masalah kau orang kaya, aku orang miskin. Ini masalah mental dan masalah pasar. Seandainya keadaan ekonominya boleh ditukar, pasti kelakuannya juga sama.

Berani bertaruh?

Untuk mengakhiri tulisan ini, apakah panic buying itu sebenarnya? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun