Mohon tunggu...
Hendy Adinata
Hendy Adinata Mohon Tunggu... Freelancer - Sukanya makan sea food

Badai memang menyukai negeri di mana orang menabur angin | Email: hendychewadinata@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penilaian Kita Panic Buying Buruk, Belanja Bulanan Baik

2 April 2020   17:56 Diperbarui: 25 September 2020   10:20 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekilas kalimat di atas tidak ada yang salah, orang mau belanja bulanan kok. Tidak aneh ketika ada orang yang mau belanja keperluan untuk diri sendiri atau keluarga, mau untuk tiga hari, seminggu, dua minggu, atau sebulan. 

Keluarga kami juga biasa melakukannya sewaktu di Jakarta, karena di sana orang malas untuk keluar rumah, jadi sekali keluar maka belanjaannya pasti banyak, bisa 3-4 troli penuh. 

Bahan makanan, cemilan, buah, keperluan mandi, tissue, rokok beberapa slop, pewangi, detergen dan sebagainya, itu barang yang biasa kami belanjakan. Sekali berbelanja juga jutaan dan ini bukan hal yang luar biasa, banyak orang melakukannya. Untuk apa semua ini, biar tidak repot harus serig-sering keluar.

Sudah banyak bahan makanan di rumah pun kenyataannya masih sering pesan makanan lewat ojol. Artinya memang tidak mau keluar rumah.

Sewaktu berkuliah (merantau) juga kita biasa membeli persiapan untuk seminggu dan itu simpan di kulkas. Alasannya pun sama, malas sedikit-sedikit harus keluar rumah.

Kembali ke kalimat di atas, apabila kita cermati betul-betul sebenarnya ada kesalahan berpikir. Apa bedanya belanja bulanan dan panic buying? Secara kalimat beda, tapi secara prinsip keduanya hampir mirip, yaitu menyimpan stok makanan/ keperluan untuk jangka waktu tertentu.

Ketika bilang "Ini bukan panic buying tapi belanja bulanan", sebenarnya bagi penulis itu hanya penghalus kalimat saja, biar enak didengar. Intinya sama! Toh trolinya sama-sama banyak, mungkin yang belanja bulanan trolinya lebih banyak dari pada mereka yang katanya panic buying.

Mungkin beda secara motivasi, tapi kan ini tidak ada yang tahu. Bolehlah yang panic buyer ketika ditanya dia jawab, "Saya beli untuk keperluan sebulan keluarga. Jadi saya memang borong banyak". Kalau begini kan jelas sama saja.

Kalimat NM di atas pun bernada menghakimi, memandang buruk kelakuan orang-orang yang panic buying, seperti tindakannya beli barang 4-5 troli dengan jargon "Belanja Bulanan" itu sudah paling benar. Tidak hanya NM, banyak orang begitu.

Penulis ingin luruskan, berbelanja banyak itu hal yang wajar, bukan hal aneh atau buruk. Belanja bulanan dan panic buying itu hal sama namun beda kata. Orang beli banyak untuk simpan di rumah, mau sebentar, mau lama ya terserah---sesuai dompet dan sesuai kebutuhan. Tidak mungkin juga mereka beli barang terlalu banyak, karena sadar barang itu bisa rusak.

Orang-orang ini cerdas karena mempersiapkan sesuatu itu baik-baik, pakai perhitungan, tidak keluar rumah di tengah wabah virus ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun