Mohon tunggu...
Hendy Adinata
Hendy Adinata Mohon Tunggu... Freelancer - Sukanya makan sea food

Badai memang menyukai negeri di mana orang menabur angin | Email: hendychewadinata@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sukses dan Refleksi Akhir Tahun 2019

20 Desember 2019   09:23 Diperbarui: 20 Desember 2019   09:34 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat di mana pun, secara garis besar terdiri atas dua golongan yaitu "jelata" (wong cilik) dan golongan "elit" (priayi). Yang jelata memiliki perekonomian menengah ke bawah, sebaliknya yang elit menengah ke atas. Kedua golongan ini pun memiliki kebudayaannya masing-masing, misalnya dalam hal bergaul, berkomunikasi, gaya hidup, semangat kerja dan wawasan akan dunia luar.

Termasuk respons terhadap budaya lain di luar budayanya sendiri, golonga elit mungkin lebih mudah menerima perubahan dibanding golongan jelata yang cara pandangnya seringkali sempit. Sering ada yang bilang golongan jelata itu "kolot".

Bila meminjam istilah Robert Kiyosaki, dalam bukunya Rich Dad---Poor Dad, Robert Kiyosaki menyebut dua golongan ini sebagai "ayah kaya" dan "ayah miskin". Ayah kaya pastilah mewakili golongan elit, sedangkan ayah miskin pastilah mewakili golongan jelata, namun ini lebih kepada perbedaan cara pandang terhadap uang. Perbedaannya pun sangat tajam, misalnya saja:

Ayah miskin: Uang adalah akar dari kejahatan,

Ayah kaya: Kekurangan uang adalah akar dari kejahatan.

Ayah miskin: Belajarlah dengan baik, carilah nilai tinggi, luluslah dan dapatkan pekerjaan bagus dengan gaji tinggi,

Ayah kaya: Belajarlah dengan baik, carilah nilai tinggi, luluslah, bangun usahamu sendiri dan pekerjakan orang-orang pandai.

Ayah miskin: Bekerja untuk mencari uang,

Ayah kaya: Buatlah uang bekerja untukmu.

Ayah miskin: Rumah saya adalah aset saya,

Ayah kaya: Rumah saya adalah beban.

Ayah miskin: Saya tidak bisa kaya karena saya punya banyak tanggungan,

Ayah kaya: Saya harus kaya karena saya punya banyak tanggungan.

Masih banyak contoh sebetulnya, tapi lima saja sudah cukup untuk menggambarkan perbedaan antara "ayah kaya" dan "ayah miskin". Tentu pembaca yang sudah pernah membaca buku ini akan sangat merekomendasikan buku ini untuk dibaca, karena pendidikan tentang uangnya bagus sekali, pembaca akan dibukakan soal aset dan liabilitas.

Rich Dad---Poor Dad adalah salah satu buku yang banyak menginspirasi orang-orang di dunia bisnis, mereka yang berkecimpunga di bisnis MLM, atau yang biasanya yang sangat identik dengan kalimat "Anda mau sukses? Anda mau punya penghasilan 100 juta/bulan". Buku ini menjadi kitab sucinya mereka di samping kitab suci Alquran, Alkitab, Weda, dan Tripitaka. Kalau tidak percaya silahkan tanya saja salah seorang dari mereka yang penghasilannya yang baru dua digit.

Anda mau sukses dan punya penghasilan 100 juta/bulan? Saya tidak sedang menawarkan MLM atau asuransi kepada Anda.

***

Menurut Anda, sukses itu apa?

Jika kita mau apply beasiswa S2 atau lamaran kerja di sebuah perusahaan, biasanya kita selalu ditanya tentang sukses terbesar dalam hidup ita. Pertanyaan ini sulit sekali untuk dijawab. Jangankan 4 halaman folio, 1 halaman pun sulit untuk menulisnya.

Apa sukses terbesar Anda?

Apakah sukses hanya sebatas memiliki uang yang banyak? Pasti tidak. Sukses tidak boleh disempitkan maknanya hanya dengan memiliki uang banyak, karena ada sesuatu yang tidak mampu dibeli dengan uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun