Mohon tunggu...
Hendy Adinata
Hendy Adinata Mohon Tunggu... Freelancer - Sukanya makan sea food

Badai memang menyukai negeri di mana orang menabur angin | Email: hendychewadinata@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jabatan PNS Bukan untuk Main-main

28 November 2019   16:06 Diperbarui: 28 November 2019   17:26 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tipikor berdasarkan jabatan

Tadi malam acara Mata Najwa mengangkat tema tentang "Apa Enaknya Jasi PNS?" Menjadi menarik karena banyak dari teman-teman penulis sedang mendaftarkan diri dalam CPNS 2019 termasuk penulis. 

Sebelum acara ini berlangsung, siang harinya penulis telah dibagikan link website Instagram Mata Najwa yaitu "Mencari Pejuang CPNS Yang Berani Hadir Ke Mata Najwa." Tawaran yang sangat menantang sebetulnya, namun tidak memungkinkan untuk hadir karena alasan jarak, jadilah hanya menonton saja.

Jujur saja, acara ini begitu menarik untuk ditonton karena suatu alasan, salah satunya karena acara itu dipandu oleh Najwa Shihab atau Mbak Nana yang dikenal selalu memberikan pertanyaan yang lugas dan tajam selaku tuan rumah Mata Najwa dan akan membuat orang yang menjawabnya menjadi salah tingkah. Penulis ingin mendengar jawaban anak-anak muda yang mendaftarkan diri menjadi CPNS.

Namun, setelah menyaksikan tayangan itu penulis menjadi kecewa dan merasa marah dengan beberapa pelamar CPNS yang berbicara. Beberapa yang lain penulis puas dan berdoa semoga mereka dapat lolos pada tiap-tiap tahapan ujian, karena mereka orang baik!

Didahului oleh kekecewaan. Mengapa ada orang yang mendaftar CPNS padahal dirinya tidak ingin menjadi PNS? Yang penulis maksudkan adalah melamar CPNS karena dipaksa oleh orang tua, dan menuruti pemaksaan itu untuk membahagiakan orang tua. Itu sama saja dengan membohongi diri sendiri.

Menjadi abdi negara bukanlah untuk main-main tapi untuk berkontribusi dan berinovasi. Apakah orang seperti di atas yang dibutuhkan negara? Seperti telah bersama tapi bertepuk sebelah tangan.

Jawaban lain menyatakan bahwa dirinya mendaftar CPNS karena ingin menjadi menantu ideal untuk anak-anak. Profesi PNS menjadi daya tarik yang kuat kepada calon mertua bila kita mau melamar anaknya. Belum juga berbicara kerja, rencana setelah diterima, kontribusi yang akan diberikan, sudah membicakaran persoalan menikah, terlihat "ngebet" sekali ingin kawin. Artinya menjadi abdi negara adalah nomor kesekian setelah tujuan pribadi tercapai.

Seperti tidak bisa menikah saja bila tidak menjadi PNS. Kok rendah sekali jadi seorang laki-laki? Ingin menarik hati calon mertua juga bisa tanpa harus menjadi PNS. 

Mungkin bisa dibilang sombong, laba penjualan minuman yang dilakukan oleh penulis selama satu Minggu bisa melebihi 2 juta rupiah, itu bukan PNS, dan itu baru satu tempat. Kita menjadi boss atas usaha kita sendiri, bisa melakukan banyak hal.

Kenapa tidak kreatif? Kenapa harus menunggu menjadi PNS? Apakah tidak bisa berkontribusi jika tidak menjadi PNS?

Ya sah-sah saja, semua orang bebas berpendapat. Namun sangat menggelikan bila menerima seseorang yang ingin kerja hanya karena alasan "ngebet kawin." Apa yang mau diberikan untuk negara?

Kalimat "Saya akan bekerja dengan baik," hanyalah jawaban biasa. Terlalu dangkal untuk dijadikan pertimbangan sedangkan jumlah pelamar itu begitu banyak. Pelamar lain mungkin memiliki alasan dan motivasi yang lebih mulia. Terlalu banyak amatiran yang telah melontarkan jawaban seperti di atas, dan ciri-ciri orang tanpa kualifikasi biasanya berkata seperti itu, terlalu abstrak dan di awan-awan.

Di samping kekesalan, ada kepuasan yang penulis rasakan ketika mendengar pendapat beberapa pelamar CPNS. Ada yang ingin mengubah wajah lama PNS, misalnya yang suka datang telat, suka pulang awal, seharian di depan komputer bermain game, mutu yang jauh di bawah swasta, pungli, ribet, lelet dan rasis menjadi wajah PNS yang baru.

Bukan sekedar berbicara, karena mereka yang melamar ini merupakan orang-orang yang lulus dari sekolah ternama di dunia, mereka rela pulang atau juga melepas pekerjaan mereka yang sekarang ini (sudah mapan) untuk menjadi abdi negara. Misalnya seorang perempuan lulusan S2 College London yang melamar menjadi guru SD. 

Dapat dibayangkan apabila dunia pendidikan kita diisi oleh tenaga-tenaga professional dengan mutu yang tinggi yang memiliki motivasi untuk membangun dunia pendidikan, apa jadinya pelajar-pelajar kita 10 tahun ke depan? 

Banyak orang berpendidikan tinggi tidak rela menjadi abdi negara karena di negeri banyak orang bermain, keadilan sukar didapati, mereka lebih memilih swasta, karena di swasta selain gajinya tinggi, ada penghargaan untuk mereka. 

Dengan masuknya orang-orang yang memiliki kualifikasi dan punya visi, berarti dia telah sadar betul beban yang akan dipikulnya. Dia juga siap dengan segala kesukaran yang menanti di depan. Mendengar ini, penulis merasa hari depan bangsa ini lebih cerah.

Ada juga yang ingin menjadi abdi negara karena tidak ingin birokrasi negara diisi oleh orang-orang yang buruk. Seorang laki-laki lulusan S2 Tohoku University yang melamar sebagai pengawas farmasi dan makanan mengungkapkan hal ini. Dia berubah pikiran setelah percakapan singkatnya dengan PNS yang berkuliah di Jepang. Intinya kita ingin lebih banyak orang-orang baik yang memiliki kemampuan untuk menjadi PNS.

Di samping dua pelamar di atas, seorang perempuan Tionghoa hadir dalam acara Mata Najwa. Dia ingin mengubah streotip bahwa orang Tionghoa juga peduli dan ingin berkontribusi bagi negara, tidak melulu bisnis, ingin turun ke birokrasi dan memberikan contoh bagi kaumnya.

Selama ini isu cina dan aseng sering dijual dalam perpolitikan tanah air. Karena jualan ini, diskriminasi rasial terhadap orang Tionghoa terjadi, dalam porsi yang minimal yaitu rasa tidak suka.

Orang Tionghoa merasa tidak mendapat penerimaan di lingkungan yang multi etnis. Dahulu pun ada anggapan bahwa orang Tionghoa tidak bisa menjadi PNS, Polisi, Tentara (yang berkaitan dengan negeri), makanya mereka berdagang untuk hidup. Sampai saat ini mereka terus berdagang, memperkaya diri dan sebagian besarnya tidak mau pusing dengan urusan kesulitan masyarakat. Yang penting mereka bahagia, tidak kekurangan materi, bisa membeli dan menikmati apa saja, tidak mencurangi orang lain seperti PNS di birokrasi yang tidak bekerja kalau tidak diberi uang kopi.

Penulis berterima kasih kepada sosok-sosok seperti Ahok yang mengubah cara pandang masyarakat Tionghoa selama ini. Mereka lebih berani saat ini untuk menyatakan diri ingin berkarya di birokrasi. Apakah ini balas dendam? Ingin mengimbil ladang mereka yang bukan Tionghoa (ada anggapan bahwa Tionghoa berdagang, jangan ambil lahan orang lain di sektornya), penulis rasa tidak seperti itu.

Awalnya penulis beranggapan bahwa kualitas pemanar PNS kita hanya sebatas orang yang "ngebet mau kawin", tapi ternyata ada juga yang motivasinya lebih bermakna dari sekedar kawin. Biarlah impian mereka di atas dapat terwujud.

Adanya acara tadi malam membuat penulis sejenak memikirkan, apa motivasi sebenarnya para pejabat kita yang saat ini duduk di pemerintahan? Kepala daerah, wakil rakyat, wakil daerah, atau PNS yang menduduki jabatan eselon.

Apa mungkin motivasi sebenarnya dari mereka adalah seperti anak-anak muda di awal tulisan ini? Yang biar tidak menganggur, ingin kawin, ingin melirik wanita, ingin dompetnya penuh, dsb.

Penulis mencoba untuk mengkontekstualisasi motivasi pejabat kita. Bila yang melamar CPNS bermaksud untuk mencari uang dan menikah, mungkin pejabat kita bermaksud untuk memperkaya diri dan bisa kawin lagi. Bila yang melamar CPNS bermaksud untuk tidak menganggur, mungkin pejabat kita bermaksud untuk tidak melanggengkan kekuasaan. Sederhana bukan?

Berikut adalah tindak pidana korupsi yang terjadi selama rentang waktu tahun 2004 hingga 2019 berdasarkan instansi.

Tipikor berdasarkan instansi
Tipikor berdasarkan instansi

Berikut adalah tindak pidana korupsi yang terjadi selama rentang waktu tahun 2004 hingga 2019 berdasarkan jabatan.

Tipikor berdasarkan jabatan
Tipikor berdasarkan jabatan

Data dalam tabel di atas penulis dapatkan dari website resmi KPK.

Penulis menyimpulkan bahwa pejabat-pejabat yang terjerat korupsi ini pastilah mereka yang dulunya mendaftar CPNS dengan motivasi ingin kawin, ingin lamarannya diterima oleh calon mertua, supaya tidak nganggur, atau ingin perekonomiannya baik. Penulis sangat khawatir orang-orang seperti ini memenuhi birokrasi. Korupsi mungkin tidak, tapi pungli? bermain dengan anggaran perjalanan dinas?

Sayang sekali mereka yang memiliki tekad dan punya beberapa keterampilan namun tidak dapat mendaftar gara-gara sedikit persyaratan administrasi (tinggi badan kurang 1 cm, skor TOEFL kurang 10 poin, tatoan/tindikan karena kedegilan di masa muda, dan sebagainya). Ke depan penulis berharap orang-orang seperti ini mendapat tempat atau diberikan kesempatan.

Indonesia butuh orang-orang yang mau bekerja membangun negeri, supaya semua orang bisa sejahtera, memalukan saja tampil di muka umum hanya untuk kasi tahu kepada penonton kalau mendaftar CPNS niatnya hanya untuk kawin.

Apa yang dapat kamu berikan kepada negara? Kartu Undangan Pernikahan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun