Tadi malam acara Mata Najwa mengangkat tema tentang "Apa Enaknya Jasi PNS?" Menjadi menarik karena banyak dari teman-teman penulis sedang mendaftarkan diri dalam CPNS 2019 termasuk penulis.Â
Sebelum acara ini berlangsung, siang harinya penulis telah dibagikan link website Instagram Mata Najwa yaitu "Mencari Pejuang CPNS Yang Berani Hadir Ke Mata Najwa." Tawaran yang sangat menantang sebetulnya, namun tidak memungkinkan untuk hadir karena alasan jarak, jadilah hanya menonton saja.
Jujur saja, acara ini begitu menarik untuk ditonton karena suatu alasan, salah satunya karena acara itu dipandu oleh Najwa Shihab atau Mbak Nana yang dikenal selalu memberikan pertanyaan yang lugas dan tajam selaku tuan rumah Mata Najwa dan akan membuat orang yang menjawabnya menjadi salah tingkah. Penulis ingin mendengar jawaban anak-anak muda yang mendaftarkan diri menjadi CPNS.
Namun, setelah menyaksikan tayangan itu penulis menjadi kecewa dan merasa marah dengan beberapa pelamar CPNS yang berbicara. Beberapa yang lain penulis puas dan berdoa semoga mereka dapat lolos pada tiap-tiap tahapan ujian, karena mereka orang baik!
Didahului oleh kekecewaan. Mengapa ada orang yang mendaftar CPNS padahal dirinya tidak ingin menjadi PNS? Yang penulis maksudkan adalah melamar CPNS karena dipaksa oleh orang tua, dan menuruti pemaksaan itu untuk membahagiakan orang tua. Itu sama saja dengan membohongi diri sendiri.
Menjadi abdi negara bukanlah untuk main-main tapi untuk berkontribusi dan berinovasi. Apakah orang seperti di atas yang dibutuhkan negara? Seperti telah bersama tapi bertepuk sebelah tangan.
Jawaban lain menyatakan bahwa dirinya mendaftar CPNS karena ingin menjadi menantu ideal untuk anak-anak. Profesi PNS menjadi daya tarik yang kuat kepada calon mertua bila kita mau melamar anaknya. Belum juga berbicara kerja, rencana setelah diterima, kontribusi yang akan diberikan, sudah membicakaran persoalan menikah, terlihat "ngebet" sekali ingin kawin. Artinya menjadi abdi negara adalah nomor kesekian setelah tujuan pribadi tercapai.
Seperti tidak bisa menikah saja bila tidak menjadi PNS. Kok rendah sekali jadi seorang laki-laki? Ingin menarik hati calon mertua juga bisa tanpa harus menjadi PNS.Â
Mungkin bisa dibilang sombong, laba penjualan minuman yang dilakukan oleh penulis selama satu Minggu bisa melebihi 2 juta rupiah, itu bukan PNS, dan itu baru satu tempat. Kita menjadi boss atas usaha kita sendiri, bisa melakukan banyak hal.
Kenapa tidak kreatif? Kenapa harus menunggu menjadi PNS? Apakah tidak bisa berkontribusi jika tidak menjadi PNS?