Pemerintah dikabarkan akan membuka sekitar 238.015 formasi Pegawai Negeri Sipil untuk diperebutkan oleh pelamar. Formasi itu terdiri dari 51.271 instansi pusat (76 kementerian/lembaga) dan 186.744 (525 instansi daerah). Kabar pastinya pendaftaran ini akan resmi dibuka pada 19 September 2018, dilansir dari kompas.com ini.
Kabar pembukaan CPNS ini menjadi angin segar bagi para fresh graduate dan kembali membangkitkan semangat mereka yang dahulu pernah ikut seleksi namun gagal dalam tahapannya. Tentu semua orang berkesempatan dan peluang terbuka lebar selama syarat administrasi terpenuhi, kemampuan diri terlampaui dan sedikit keberuntungan dari Yang Maha Kuasa.
"Sulit, jangan terlalu berharaplah. Kau harus buat planning lain, jangan terpaku pada itu saja. Kalau ndak lulus bisa stress kau." Begitu kata seorang senior yang telah bekerja belasan tahun di sebuah BUMN kepada seorang anak muda yang baru lulus dari bangku kuliah.
Memang dalam mempersiapkan tes ini stresnya bukan main. Pelamar harus belajar materi, pelamar juga dibebankan oleh pikirannya tentang saingan yang jumlahnya puluhan ribu sedangkan kuota yang diterima juga sangat sedikit. Misalnya pembukaan Cakim tahun 2017, yang mendaftar sebanyak 30an ribu pelamar, sedangkan kuota yang tersedia hanya 1500an. jadi skala perbandingannya kurang lebih 1 banding 30.
Selain kuota yang sangat sedikit, mereka juga menyadari bahwa saingannya nanti tidak hanya lingkup universitasnya tapi ia akan dilombakan dengan lulusan-lulusan dari universitas top di Indonesia, misalnya UI, UGM, ITB, Unpad, Undip. Penulis sendiri adalah calon pelamar CPNS yang sedang mempersiapkan diri mengikuti tes.
Ada yang mengatakan juga bahwa mereka yang baru lulus dari bangku kuliah lebih enak dari mereka yang telah lama meninggalkan bangku kuliah (yang saat ini bekerja tidak sesuai pasion atau tidak sesuai dengan gelar akademik yang dimiliki). "Kalian kan baru lulus, jadi masih mengingat banyak mata kuliah yang ada. Lah kami? kami udah lupa banyak." Begitu jawab seorang senior yang bergelar S.T. tapi bekerja jadi Customer Service di sebuah bank swasta.
Memang kondisi di atas sedikitnya dapat membantu, namun mereka yang sudah bekerja juga sebanyaknya sudah memahami kesulitan kerja (karakternya dibarukan, lebih berbijaksana, lebih bisa menyeimbangkan idealisme dan realistis lapangan, sehingga dapat menempatkan diri dalam kerja tim maupun sendiri dan bisa mengambil keputusan).
Yang baru lulus lebih memilih buat refreshing ketimbang belajar lagi, ya karena masih trauma dengan skripshit (katanya gitu). Sedangkan yang sudah bekerja sudah penat dengan rutinitas kerja, pulangnya saja sudah lelah apalagi masih diharuskan untuk belajar? Di Jakarta orang bermacet-macet di jalan tiap hari, pulang sudah malam, maunya pulang langsung makan dan tidur, masak aja malas).
Kalau begini, manakah yang lebih baik keadaannya? Atau yang mana yang lebih berhak untuk beralasan?
Mungkin keadaan pembaca tidak termasuk salah satu dari kedua keadaan di atas?
Tidak ingin menggunakan teori yang terlalu rumit. Penulis beranggapan bahwa segalanya harus dimulai dari niat. Niat merupakan ujian tahap awal dari segala sesuatu, bukan administrasi, bukan penguasaan teori, juga bukan yang lainnya. Apakah itu niat cari kerja? niat belajar musik? atau niat jadi juara kelas?Â
Niat membuat kita berjuang, niat membuat kita melengkapi persyaratan, niat membuat kita tidak merasa kalah dengan saingan-saingan kita. Walaupun tes belum dimulai, tapi tes tahap awalnya telah dimulai yaitu niat. Jika tahap awal saja sudah kalah apalagi tahap selanjutnya?
Tidak ada yang mudah apalagi untuk menggapai sesuatu yang bernilai. Kalau mau dapat ya kalahkan dulu rasa malas, dan berjuanglah sekeras mungkin bersama niat. Sudah mantapkah niat mu wahai calon abdi negara? Renungkanlah.
Seperti niatmu mau mempersunting si dia itu loh...
Salam niat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H