Terlahir sebagai seorang laki-laki adalah anugrah dari Tuhan. Menjadi laki-laki berarti kelak akan menjadi pemimpin keluarga, menjadi ayah, menjadi imam, menjadi pelindung dan menjadi tulangpunggung keluarga. Identitas ini sangat mulia dan harus disyukuri dan dinikmati.
Dengan menjamurnya tayangan layar lebar dengan film-film yang mengandung aksi kekerasan, percakapan yang tidak senonoh, gaya hidup hedonisme yang sangat glamour, percintaan yang ujung-ujungnya seks bebas bahkan ada yang melakukan seks dengan sesama jenis, menjadi tantangan sendiri bagi orang tua dalam tumbuh kembang anak mudanya.
Anak muda yang belum mengerti akan menganggap semua yang ada dalam tayangan itu keren. Mengingat kaum muda yang masih hijau, mereka pasti akan meniru apapun: cara berpakaian, bicara, bersikap dari artis idolanya, entah itu banyak atau sekedar. Jika artis itu beres maka bereslah anak itu, jika artisnya tidak beres maka penggemarnya pun menjadi tidak beres. Tayangan menjadi role model bagi penontonnya.
Efek merusak semacam ini tanpa disadari telah membentuk suatu identitas baru yang keliru dari kaum adam. Peran dan fungsi serta bagaimana seharusnya hidup menjadi buram, laki-laki tidak tahu bagaimana harus menjadi laki-laki seutuhnya karena pengaruh berbagai macam faktor tersebut.
Berikut 5 hal yang harus dicamkan oleh setiap laki-laki, apa sajakah hal itu?
1. Laki-laki Tidaklah Kasar
Saat ini, banyak tayangan mengajarkan hal yang kurang baik dan tanpa sadar telah membentuk karakter laki-laki menjadi pribadi yang kasar. Yang dimaksud dengan kasar ini sangatlah luas. Seorang laki-laki bukanlah seorang yang suka mengumpat: f*ck, Bi*ch, Anj*ng, dsb yang dikiranya keren seperti di film-film. Kata kotor harus ditujukan pada sesuatu yang kotor dalam momen yang tepat termasuk juga bogem mentah. Kata kotor tidak keluar pada setiap waktu, karena jika demikian bukan saja kata itu sendiri yang kotor melainkan mulut seseorang yang sendirinya memang kotor. Seperti peribahasa Tiongkok “Dari mulut anjing tidak pernah keluar gading.”
Seorang laki-laki juga tidak hidup secara kasar: bau, dekil, kukunya panjang dan jorok, merokok, suka mabuk, candu, mempermainkan wajah yang akhirnya menyebabkan luka parut/ bopeng, dsb. Artinya memiliki pola hidup yang merusak tubuh luar maupun dalam. Termasuk juga penyelesaian masalah tidak dengan main tangan pada pasangan. Ini sangat kasar! Ada cara yang lebih elegan daripada itu.
2. Laki-laki itu Imam yang Berintegritas
Kehidupan seorang iman sangat dekat dengan kemunafikan. Sangat mungkin ketika sesuatu yang diajarkan akhirnya dilanggar sendiri, istilahnya “Bajingan yang memakai topeng imam.” Maka dari itu integritas merupakan ciri seorang laki-laki. Seorang laki-laki harus punya prinsip hidup dan kepekaan sehingga tidak ikut-ikutan arus apalagi bila arus itu nyata-nyata telah rusak. Dengan melihat ini, dipastikan seorang laki-laki adalah pekerja keras.
Menjadi seorang laki-laki haruslah tepat waktu, tepat sasaran dan tidak munafik sebagai bagian dari integritas dan jiwa imamnya. Integritas haruslah menyeluruh, termasuk pada apa yang keluar dari setiap ucapan. Mampu bilang mampu, tidak mampu bilang tidak mampu. Hal terkait integritas contohnya saja tidak mendua (selingkuh), tidak berhohong (ingkar), menjaga berkomitmen (setia) dan juga bertanggung jawab.
3. Laki-laki Seorang Problem Solving
Seorang laki-laki adalah seorang problem solving (dapat menyelesaikan masalah). Seorang problem solving syaratnya haruslah seorang yang mandiri (pandai mengurus diri sendiri) dengan kemampuan mengkoordinir setiap hal yang menyangkut kehidupannya. Karena jika tidak mandiri mana mungkin bisa menjadi problem solving, menyelesaikan masalahnya sendiri saja tidak bisa, apalagi menyelesaikan masalah orang lain?
Caranya bagaimana? Seorang laki-laki haruslah belajar menyelesaikan setiap permasalahan yang datang dalam kehidupannya. Tidak bunuh diri, tidak menyalahkan orang lain, tidak menyalahkan keadaan dan tidak menyalahkan Tuhan. Melainkan tetap tegar dan berusaha mencari jalan yang terbaik di antara yang terbaik. tidak membanggakan gelar akademik yang banyak dan kedudukan yang telah dicapai, tetapi sebermanfaat seperti apa? intinya adalah bermanfaat, sedangkan hal lain itu hanya alat.
Laki-laki sebagai problem solving tidak memanfaatkan dan menunggangi masalah seseorang dengan harapan mendapat keuntungan ekonomis atau embel-embel lain, atau mengkompori permasalah itu agar semakin panas dan terbakar, bila perlu meledak. Tidak memprovokasi melainkan menolong denga tulus sebagai bagian dari prinsip hidup. Bagaimana mau menjadi ayah yang memimpin keluarga, menjadi role model, menyelesaikan masalah di dalam keluarga kalau laki-lakinya saja manja dan tidak tahan uji?
4. Laki-laki Otaknya Bukan di Selangkangan
Seks adalah kebutuhan dasar manusia dewasa. Tanpa seks manusia tidak dapat hidup, maka dari itu banyak penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan manusia, misalnya saja dengan merangsang diri sendiri (Onanipada laki-lakidan masturbasipada perempuan). Contoh lainnya lihat saja para nara pidana yang mendatangkan perempuan ke LP untuk melakukan seks dengan mereka. Ini menjelaskan bahwa seks itu kebutuhan.
Yang menjadi masalah adalah ketika laki-laki hidup hanya oleh seks. Berpikiran hubungan seks terus menerus setiap saat setiap waktu. Membuka situs porno, merangsang diri sendiri, membeli alat pembantu seks dsb. Dikatakan tahap akut ketika melihat perempuan baik-baik, mata dan pikiran laki-laki ini langsung mengarah (atau curi-curi lihat) kepada bagian dada dan bagian selangkangan si perempuan. Akutnya menjadi double apabila sempat mengkhayal beberapa detik bersama si perempuan. Pikiran mesum semacam ini bukanlah laki-laki, melainkan labi-labi.
5. Laki-laki Bukan Orang yang Krisis Identitas Seksual
Lain halnya dengan laki-laki yang otaknya di selangkangan. Laki-laki yang krisis identitas seksual kebanyakan adalah pekerja keras, berpemikiran tajam dan berpenampilan baik: rapi, wangi, bersih bahkan kebanyakan dari mereka bertubuh atletis, tetapi sesungguhnya mereka adalah laki-laki yang menyedihkan meskipun mereka enjoy dengan keadaannya.
Orisntasi seksual yang menyimpang ini cepat atau lambat pasti mendatangkan malapetaka yang disebabkan kebobrokan moral mereka. Jika malapetaka belum sempat terjadi pada mereka, pasti terjadi pada generasi di bawah mereka. Tidak ada hubungannya antara orientasi seksual dengan produk yang mereka hasilkan, itu hal yang berbeda meskipun orang semacam ini berjasa, karena daya cipta memang dimiliki oleh manusia yang sakit sekalipun. Laki-laki bukanlah yang mewariskan malapetaka kepada umat manusia.
Terang dijelaskan oleh ahli, bahwa LGBT bukanlah sesuatu yang alami, melainkan lahir dari berbagai faktor yang kebanyakan oleh penderitanya sendiri mungkin lupa: keluarga, lingkungan/ pergaulan, atau faktor lainnya yang menjadi tameng si penderita sendiri yaitu faktor gengetik. Padahal gangguan ini terus menerus dipupuk dan diberi stimulus sehingga membentuk identitas keliru yang mendarah daging yang membuat setiap orang normal merinding.
Tuhan tidak menciptakan “Adam and Steve,” melainkan “Adam and Eve.”Laki-laki bukanlah perempuan atau keperempuan-perempuanan, bukan homo, gay maupun biseksual.
Kiranya para laki-laki dapat merenungkan setiap hal yang membuat dirinya tampat menjadi monster yang buas. Atau bukan tampak lagi, melainkan memang berevolusi menjadi mahluk demikian. Seperti kata Soekarno “Lukisan yang bagus butuh pigura yang cocok.” Laki-laki yang bagus butuh tampilan yang cocok. Kalau laki-laki bagus tampilannya jelek? Kita juga kan tidak mau karena tidak cocok, tetapi kalau bagus dan tampilannya cocok kan tidak ada salahnya.
---
Salam Laki!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H