Seseorang yang tidak kau kenali adalah aku. Suatu saat kau akan tahu, bahwa ada pintu yang tertutup rapat di dalamnya, jika kelak kau buka, gesekan pintunya akan terasa sangat menggelora. Aku harap nanti nafasmu tidak akan teren- gah-engah, karena aku yakin kau tidak akan mudah menyer- ah.
Aku sebelum tertanam di rahim ibu, danyang-danyang menari-nari menyambutku, meronai setiap aksara yang bersemayam di dalam rasa. Dengarkan aku! Kekasih, jika nanti kau sudah mengenaliku, maka kau akan tahu bahwa aku tersusun dari dua bagian; ialah bagian luar yang tampak dan bagian dalam yang tidak tampak.
Bagian yang tampak dari luar sering kali aku menyebutnya sebagai tubuh, ialah yang sehari-hari kau lihat ini, yang kemudian pada akhirnya akan runtuh, dibalut oleh kain putih lalu dipikul oleh pasukan yang telah terlatih, kemudian dita- nam ke dalam liang yang hitam nan curam.
Satu bagian lagi ialah bagian yang tidak tampak, tidak kasat mata namun keberadaannya niscaya. Mungkin aku bisa menyebutnya sebagai ruh, atau entah apapun istilahnya namun sebagian orang menyebutnya sebagai jiwa, ia bukan sesuatu yang bisa kita indera karena ia tidak bisa dijangkau kecuali oleh pemiliknya.
la seperti petandang dari negeri asing yang jauh dari dugaan, ia datang ke sini untuk berdagang dan pada akhirnya nanti akan kembali ke negeri yang semestinya akan ia tempati. Di sini ia hanya sementara, hanya sekadarnya saja, bertegur sapa tanpa berlarut-larut asa.
Lamongan, 17 Februari 2023
Hendy Rifki SaputraÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H