Mohon tunggu...
Hendry Sianturi
Hendry Sianturi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

manusia yang miskin wawasan.\r\n"corgito, ergo sum; Aku berpikir maka aku ada"

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Gunter Grass: Apa yang Mesti Dikatakan

5 Juli 2013   20:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:57 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan awal April 2012, dunia digetarkan bukan dengan bom atom atau gempa bumi. Pada saat itu, semua mata terhenyak oleh puisi yang ditulis oleh Gunter Grass, peraih Nobel sastra tahun 1999. Yang membuat Israel gerah adalah puisi yang ditulis Gunter Grass dengan judul "What must be said". Berikut ini adalah puisi terjemahannya.

Apa yang mesti dikatakan

mengapa kita tetap bungkam, merahasiakannya terlalu lama

yang telah jelas, latihan dalam  permainan perang

sampai akhirnya kita adalah orang-orang yang bertahan

catatan kaki terbaik

ini adalah tuduhan, pembenaran untuk mulai menyerang

yang akan menghancurkan Iran

perbudakan oleh sebuah hingar bingar

dan pengendalian menuju kekuasaan terstruktur

karena di wilayah mereka

diduga sebuah bom telah dibuat

namun mengapa aku melarang diriku sendiri

untuk menamai Negara yang lain

dimana, bertahun-tahun secara rahasia

ada yang telah mengembangkan daya nuklir di tangan

namun kendalinya  samar, karena tidak ada pemerikaan yang bebas

Rahasia pada realita itu

dimana kebisuaanku ditundukkannya

aku merasa sebagai pembohong  yang hebat

paksaan dan tekanan disematkan

terabaikan:

kesepakatan anti-semit menjadi utuh

kini, meski karena di negaraku

yang dari waktu ke waktu telah diburu dan dikonfrontasi

tindakan kejahatan yang kualami

tanpa sebuah peradilan

semata-mata pembelokan idealisme, jika saja

mulut yang cepat menyuarakan sebuah deklarasi pembelaan

mereka akan mengirimnya ke Israel, keistimewaan

landasan segala penghancuran oleh bedil peluru di setiap tempat

dari dugaan bom atom tunggal

tidak terbukti

namun, timbul rasa ketakutan

aku sebut, apa yang mesti aku katakan

mengapa aku berpikir terus diam sampai sekarang

karena aku memikirkan bangsaku

dilanda oleh noda yang tidak pernah terhapus

menjaga kesatuan Israel, aku memberontak

dan hasrat untuk memberontak

dari persetujuan fakta ini sebagai kebenaran yang nyata

mengapa saya mengatakan sekarang

uzur dan ini tinta terakhirku

kekuatan nuklir adalah ancaman dari Israel

mempersiapkan perpecahan kedamaian dunia?

karena itu harus kukatakan

dimana ketika besok barangkali sudah terlambat mengatakannya

juga karena kita -sebagai bangsa jerman merasa terbeban-

akan memberikan sebuah ancaman

ini adalah pandangan yang, menuntut keterlibatan kita

tidak akan selesai tergadai oleh dalih yang biasa

dan pengakuan: aku tidak diam selamanya

karena aku letih dengan kemunafikan

dari Negara barat: dukungan yang diharapkan

itu akan membebaskan dari kebungkaman

ketika mereka dapat mendesak bahaya organisasi kejahatan itu

untuk menolak kekerasan

yang sangat mendesak

bahwa sebuah halangan dan aturan tetap

dari daya nuklir Israel

dan daerah nuklir iran

menciptakan penyelesaian dengan badan internasional

oleh kedua pemerintah

hanya ini jalan satu-satunya, Israel dan Palestina

pun juga, semua orang, yang di sini

daerah yang dihuni oleh orang luar biasa

saling bercium pipi antara musuh

dan kita juga tertolong.

[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun