Acap kali tantangan seperti ini muncul, yaitu ketika ada rencana agenda tetapi hujan deras menggagalkan semuanya. Setidaknya aku tuliskan ini ketika hujan deras itu menggagalkan agendaku sehingga tidak jadi mengajar hari ini. Alasannya karena tidak memiliki jaket hujan. Tetapi sebenarnya bukan pada jaket hujannya, tetapi entah kenapa hujan harus turun siang ini, detik ini dimana ketika aku hendak pergi mengajar. Mengapa hujan tak turun sejam kemudian ataupun setengah jam kemudian, kanapa harus menit ini. Barangkali rumput dan ilalang yang sore ini kuyup pun tak bisa menjawab.
Sebulan penuh tanpa hujan, akhirnya ini hujan pertama di bulan oktober. Walaupun kesal karena telah menggagalkan agenda, namun mau tidak mau hujan kali ini patut disyukuri. Apalagi belakangan sumber air mulai mengering, sumur-sumur kerontang, dan pakaian kotor masih menumpuk menunggu air menghujani mereka. Namun karena persediaan air terbatas, akhirnya mencuci pakaian pun penuh pertimbangan. Dan sekarang hujan telah datang, sebuah pengharapan baru muncul. Semoga hujan pertama bulan oktober sebagai tanda bulan oktober akan memberi angin segar pada manusia.
Aku tuliskan ini ketika hujan masih belum surut dan perciknya terasa di telinga. Banyak liter pun menggenang di antara pembatas jalan sembari membisik; "berhentilah sejenak, nanti kau lanjutkan kewajibanmu".
UOUS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H