Mohon tunggu...
Hendry Sianturi
Hendry Sianturi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

manusia yang miskin wawasan.\r\n"corgito, ergo sum; Aku berpikir maka aku ada"

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Liburan di Pesisir Kalianda

25 Agustus 2012   10:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:20 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebaran kali ini aku masih disini. Setidaknya studi sampai 5 tahun belum ada ijazah dan masih berkutat pada tiga kata S..K...S..., kadang-kadang di suatu senggang membuatku pilu dan luruh sesekali maklum atas jalan yang sudah dilalui. Walaupun melihat beberapa teman sudah selesai dari studinya dan beberapa juga sudah bekerja dan sebagian melanjut studi kemasteran, tetapi dalam benak agar selalu tetap tegar seperti bakau yang menahan deruh bahar. Barangkali kegaitan liburan ini merupakan salah satu pelipur elegi sementara, yaiut rekreasi ke pesisir kalianda.

13458917621209787155
13458917621209787155
Bersama teman-teman (ada pra Ferwin, pra Judika, pra Herlambang, pra Ropinus, ito Rosi, ito Desi, Ica/leo Women dan pelancong dari jawa, Lonik) kami mengunjungi pantai yang konon memiliki ombak yang bagus - pesisir kalianda. Sontak beban pikiran dan elegi atau segudang masalah, berhenti menghantui karena pada perjalanan kami yang ada hanya canda tawa, riak-riak kegirangan dengan berbagai macam style dan imajinasi. Setumpuk lembar-lembar skripsi pun melanjutkan istirahatnya di meja-meja kosan. Kami berangkat siang kemarau dari Bandarlampung menuju Lampung Selatan, kabupaten buritan Sumatera. Banyak coleteh, obrolan, atau sesekali tebak-tebakan mewarnai perjalanan kami diantara lalu lalang kendaraan lainnya. Walau kemarau itu menyengat namun tawa kami tetap paling sejuk. Dan semuanya berlangsung dengan cepat dan menghantarkan kami ke pantai yang dulu disebut Pantai Kalianda yang berganti nama menjadi pantai Elti. Entahlah, apa filosofi namanya, yang pasti kami penasaran ketika masing-masing kaki kami menginjak pasir-pasir selamat datang dan plank "Elty Beach" menyambut kami dengan dingin. Tanpa sabar, kami masuk ke dalam melewati portal, pos keamana dan tentunya wajah-wajah kaku sekuriti yang tetap sabar mawas di depan. Kemarau baru terasa setelah kami menyaksikan pesisir yang kalah oleh alam. Delta-delta nongol diantara air-air yang mengering. Sementara jika dilihat ombak, pun tak seperti cerita kebanyakan orang. Ombak mengalah kepada angin. Karena waktu itu, adalah momentum lebaran, sehingga banyak pengunjung datang untuk menghabiskan waktu liburan bersama Handaitolan di pantai Elti. Namun satu yang tak bisa hilang di semua pantai Nusantara, barangkali pun sudah menjadi identitas pantai kita, dari Sabang sampai Merauke, dari Pantai Aceh hingga pantai di Raja Ampat, semuanya bertimbun sampah dan kotoran-kotoran mengapung di tubuh laut yang menghilangkan keperawanan pantai. Aku teringat kata seorang turis dari Selandia Baru, ketika kami bertemu pada suatu waktu di kapal pada semilir gigil malam selat sunda yang membawa kami dari Lampung menuju Pulau Jawa. Mister itu berkata bahwa "Indonesia memiliki potensi pantai yang bagus apalagi dimanfaatkan untuk pariwisata. Hanya sayang dan miris: katanya, karena "the Indonesia sea very-very dirty with many garbages". Mulai dari botol-botol sampai plastik-plastik yang semuanya adalah sampah anorganik berhamburan dan tidak bisa lekang dengan alam.
1345892285645454090
1345892285645454090
Ingatan itu mengudara bersama langit biru dan menancap di benakku. Dan laut biru kita memang kotor. Seperti tong sampah di samping kosan daerah Rajabasa, laut kita penuh dengan kotoran-kotoran yang dibuang oleh kita sendiri. Keindahan laut bukan hanya pada ombaknya, tetapi juga pada setia fitoplankton atau karang-karang yang masih banyak. Nah, kalau laut kotor bagaimana mungkin makhluk laut bisa hidup dengan baik. Dan walaupun begitu, kami tetap mensyukuri bahwa pantai adalah anugerah. Lalu kami pun menikmati anugerah itu dengan berfoto ria, mengajak alam bersemayam pada kenangan kami. Walaupun singkat, setidaknya aku sempat menghilangkan penat. Ajhan Bhram pernah berkata dalam buku Cacing dan Kotorannya yang mengatakan bahwa, "akan lebih letih untuk mengangkat gelas terus menerus. Taroh gelas itu sejenak, kemudian regangkan otot-otot tangan, setelah itu lalu angkat kembali." Ini sepenggal liburan di lebaran. Walau tak pulang sebentar berdiskusi dengan alam. Alam butuh kita dan kita butuh alam. Seperti kata guru biologiku dulu, bahwa ekosistem akan berlangsung baik dan stabil jika ada interaksi yang baik antara makhluk hidup (manusia) dengan alam. Oleh karena itu, apa yang bisa kita lakukan untuk menjalin komunikasi baik dengan alam, marilah kita lakukan walaupun paling sederhana. Karena alam pun ingin cerita. Menceritakan tentang duka nestapa karena tingkah laku manusia. UOUS

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun