Mohon tunggu...
Hendry Sianturi
Hendry Sianturi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

manusia yang miskin wawasan.\r\n"corgito, ergo sum; Aku berpikir maka aku ada"

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi untuk PLN: Cahayamu

8 Maret 2014   17:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:08 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di kotamu, aku tahu sekarang sedang marak aksi pemadaman listrik. Bahkan karbon-karbon baterai HP tak bertenaga lagi. Jadinya kalau kutelpon atau sms, seluler yang kau beli tahun lalu di plaza palladium lantai dasar itu, tak bernyawa. Barangkali sudah tak terhitung sms yang sedang tertunda di ruang gelombang 3G. Sia-sia aku menunggu sapamu.

Aku curiga, saat malam, kulitmu sering dikerumun nyamuk, karena dia senang pada remang-remang, pada angin tak bercahaya. Mata fasetnya silau dengan sinar. Yang selalu tampak di pikirannya, hanya tetes darah yang ada di balik kulit langsatmu.

Tapi pada situasi yang kau anggap setengah kiamat begini, bukankah kau ditakdirkan punya sumbu dan secenteng minyak. Ayolah, sayang. Lupakan lumrahmu. Sekarang terang sudah menjadi barang langkah. Ini saatnya sumbu menyala. Bukankan kita terlahir selalu memecah sunyi dan khawatir?

Kau masih ingat, ketika orang tuamu menceritakan detik-detikmu keluar dari lubang tersucinya, tangismu yang getir, memecah kesepian keluargamu. Kau adalah penantian lima tahun. Bisa kau bayangkan saat orang tuamu mengisahkannya padamu, ada raut yang tak biasa kau lihat dari wajahnya –kegembiraan.

Aku teringat pada kunang-kunang yang menebar sinar walaupun sudah jarang. Kalau mereka lewat di sudut gang, selalu berformasi membentuk huruf-huruf namamu.

Kalibata, Maret 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun