Adapun Josephine membawa 3 instrumen, yaitu: Prelude and Figure No.19 in A major BMW 888 karya J.S.bach, Etude OP.10, No.12 karya F. Chopin, Danzas Argentinas, OP.2, No.2: Danza de la Moza Donosa karya A. Ginastera.
Hanna Anindita sendiri membawa 4 judul instrument, yaitu: Little Variations karya A. Sukarlan, Etude OP.25 No. 12 karya F. Chopin, Rondo Capriccioso OP.14 in E Major karya F. Mendelssohn, dan Prelude from Suite Bergamasque karya C. Debussy.
Sedangkan Angelica Liviana membawa cukup banyak judul instrument. Remaja yang juga mengajar di Clavier Academy ini setidaknya memainkan instrument, Sonata No.17 OP.31 dan No.2 in D Minor karya Beethoven, Concert Etude No.3 in D-flat Major karya F. Liszt serta Partita no.5 in G Major BWW 829 karya J.S.Bach.
Selain alunan yang indah, kecepatan tangan-tangan gadis remaja ini patut diapresiasi. Tentunya ini bukan seperti sulap. Mereka sudah melewati proses latihan yang panjang dan konsisten. Selain itu, mereka telah mendapat dukungan yang tinggi khususnya dari keluarga. Permasalahannya sekarang, apakah setiap keluarga akan merelakan buah hatinya menjadi pianis? Apalagi di Indonesia, paradigma masyarakat terhadap musisi seakan hanya profesi sekunder yang tak menjanjikan kesejahteraan hidup. Paling tidak, tiga pianis remaja ini, telah membuktikan bahwa kebahagian hidup bukan pada kenikmatan materi. Lebih penting lagi adalah, bagaimana kita bisa melakukan sesuatu yang kita senangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H