Mohon tunggu...
Hendry Syafaruddin
Hendry Syafaruddin Mohon Tunggu... Lainnya - pemerhati sosial dan budaya

antropolog, lama berkecimpung pada program pemberdayaan masyarakat desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gelar Budaya Wanurejo: Dari Konflik Menjadi Tradisi Desa dan Agenda Tahunan Wisata

11 November 2021   14:20 Diperbarui: 12 November 2021   17:09 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Wanurejo adalah salah satu desa wisata di Kawasan Borobudur. Desa ini memiliki tema khusus yaitu "Desa Wisata Budaya dan Kriya". 

Desa ini memiliki berbagai aktivitas wisata edukasi dan budaya seperti membatik, menari, dan home industri berupa kerajinan. Kekayaan budaya Wanurejo berasal dari sejarah dibalik berdirinya Desa Wanurejo itu sendiri. Salah satu agenda tahunan wisata yang menarik wisatawan domestik dan mancanegara adalah Gelar Budaya Wanurejo yang diselenggarakan setiap tanggal 17 Mei yang merupakan hari lahirnya Desa Wanurejo.

Bagaimana Gelar Budaya Wanurejo ini lahir dan menjadi agenda tahunan wisata Wanurejo?

 "Bagaimana gelar budaya di Desa Wanurejo lahir, banyak orang tidak menyangka gelar budaya di Desa Wanurejo berawal dari sebuah konflik, dampak dari sebuah pembelajaran demokrasi, kekecewaan/ketidakpuasan terhadap hasil pemilihan yang disampaikan dengan cara memprotes dan unjukrasa yang mengarah pada tindakan anarkis untuk menggagalkan pemilihan', ungkap Agustinus Adiwinarto, tokoh budaya Wanurejo.

Agustinus Adiwinarto menceritakan bahwa, tahun 2002 Desa Wanurejo memilih Kepala Desa baru, ada 2 calon saat itu. Keduanya sama-sama kuat dan punya pendukung militan. 

Namun salah satu calon kalah dan tidak puas dengan hasil penghitungan suara, dengan memunculkan permasalahan setelah hari H usai, yaitu setelah proses perhitungan suara berakhir, dengan melakukan protes-protes dan upaya-upaya menggagalkan proses selanjutnya lewat penyampaian tuntutan-tuntutan dengan cara unjuk rasa.

Melihat kondisi desa yang semakin terbelah, sekelompok pemuda merasa prihatin. Bersama sejumlah anggota BPD Wanurejo, mereka mencari jalan keluar agar warga desa rukun kembali.

Lalu, apa yang membuat Desa ini kembali bersatu?

Tidak lain adalah budaya. Sekelompok pemuda desa berinisiatif membuat acara pagelaran budaya melibatkan warga sembilan dusun di Wanurejo. 

Kesibukan mempersiapkan seni budaya yang akan ditampilkan sebagai perwakilan masing-masing dusun membuat konflik mulai terlupakan. Begitupun pada saat gelar budaya diselenggarakan, warga desa tumpak-ruah di lapangan desa, mereka bersukacita seolah konflik tak pernah terjadi.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Kesuksesan acara itu menjadi awal lahirnya gelar budaya Wanurejo. Maka tahun 2003 kembali diselenggarakan. Pembuatan tempe raksasa yang merupakan salah satu event yang dinantikan warga saat itu mencetak rekor. 

Tempe raksasa berbentuk stupa setinggi 315 cm dan berdiameter 210 cm ini dibuat dari 100 kg kacang kedelai dan setengah kilogram ragi. 

Dengan ukuran yang tergolong raksasa itu, penganan khas Jawa yang dibuat warga Wonorejo tersebut akhirnya dicatat dalam Museum Rekor Indonesia sebagai tempe terbesar di Indonesia. 

Gelar budaya ini pun diselenggarakan pada tahun-tahun selanjutnya sehingga menjadi tradisi tahunan desa. Gelar budaya menjadikan warga Wanurejo lupa pada konflik yang pernah terjadi dan wargapun kembali hidup rukun.

"Gelar Budaya memperkuat persaudaraan, kerukunan dan warga mulai sadar tentang pentingnya melestarikan budaya, selain sebagai promosi wisata Desa Wanurejo, " kata Agustinus Adiwinarto.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Keterlibatan semua elemen desa dan berfungsinya lembaga di desa dalam kehidupan masyarakat, menjadi penopang kehidupan kebhinnekaan di desa serta pendorong tercapainya SDGs Desa.  

SDGs Desa adalah upaya terpadu mewujudkan Desa tanpa kemiskinan dan kelaparan, Desa ekonomi tumbuh merata, Desa peduli kesehatan, Desa peduli lingkungan, Desa peduli pendidikan, Desa ramah perempuan, Desa berjejaring, dan Desa tanggap budaya untuk percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.(hs)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun