Mohon tunggu...
Hendry Sianipar
Hendry Sianipar Mohon Tunggu... Mahasiswa -

A Journey To Perspective

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

A Journey to Perspective Part 1

12 Oktober 2015   16:41 Diperbarui: 12 Oktober 2015   19:48 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Oliver"][/caption]Setiap manusia mempunyai mimpi yang ingin dicapai, seperti hidup yang berkecukupan, berpendidikan, ingin dihargai   dan membahagiakan orang tua, dan apa yang ingin dicita-citakan menjadi nyata. Tapi apakah semua itu berlaku bagi mereka yang tinggal dijalanan? Apakah itu semua berlaku bagi mereka yang tunawisma? Apakah itu berlaku untuk kita sendiri?

 


"aku akan merasa benar-benar dapat mengendalikan hidupku
karena aku tahu aku yang berkuasa
aku akan memiliki tingkat kepercayaan diri yang baru
aku akan mendapatkan hubungan dan kesehatan badan
aku akan mampu memperkuat hubunganku
aku akan memiliki kemauan yang lebih besar
yang dapat aku gunakan diaspek kehidupan yang lain
hidupku akan lebih baik dengan semua ini
sekarang untuk dua, tiga, empat, lima tahunberikutnnya.
dengan mengabil tindakan ini aku akan mewujudkan mimpiku"

 

10 September yang lalu, aku merayakan Hari Besar ku, yaitu ulang tahunku yang ke-20. Aku merayakannya dengan sederhana. Ketepatan disaat hari ulang tahun ku, aku mendapatkan teman baru yaitu Oliver, teman dari German, dimana pertemanan kami baru 1 minggu. Jauh hari sebelum tanggal lahir ku Oliver sering menanyakan “apa rencana mu dihari ulang tahun mu nanti?”. Aku menjawab “aku belum merencanakan apa-apa, nanti aku akan mengabari mu”. Malam hari sebelum hari ulang tahunku besok, aku ngewhatsapp dia seperti “ aku rasa besok aku akan memberikaan 20 paket nasi bungkus untuk anak jalanan dan pengemis” dia langsung ngerespon seperti ini “Bukan Pengemis tapi Tunawisma, kedengarannya bagus”

yang menjadi pertanyaan nya adalah “apa sih perbedaanyanya antara pengemis dengan tunawisma/gelandangan? Seperti apa sih anda dan saya memanggil mereka yang dijalanan? Apakah kita memanggil mereka Gembel? Pengemis? Atau Kriminal jalanan? Atau kita merasa lebih baik dari mereka? Atau mereka hanya pantas tinggal dijalanan dan tidak pantas mendapatkan perhatian?”

Semenjak hari itu aku mengamati, mencari pengertian dan mendapatkan sudut pandang baru bagaimana melihat hidup, melihat apa cerita dibalik kehidupan mereka. Tidak semua yang dijalanan itu pengemis , tidak semua yang dijalanan itu kriminal dan mereka tidak jauh berbeda dengan kita, dan sebutan tunawisma jauh lebih sopan dari pengemis, ini hanya perkara ucapan tapi memiliki makna dalam yang jauh berbeda.

Menurut KBBI :

emis, mengemis/meng·e·mis/ v 1 meminta-minta sedekah: sbg orang gelandangan dia hidup dr ~; 2 ki meminta dng merendah- rendah dan dng penuh harapan: jangan suka ~ cinta, akibatnya tidak baik;
pengemis/peng·e·mis/ n orang yg meminta-minta: seorang ~ didapati tidur di bawah jembatan

gelandangan/ge·lan·dang·an/ n orang yg bergelandangan; orang yg tidak tentu tempat kediaman dan pekerjaannya

tunawisma/tu·na·wis·ma/ a tidak mempunyai tempat tinggal (rumah); gelandangan: kaum -- wisma hidup dan tinggal di bantaran sungai;

 

Beberapa bulan ini aku sering berteman dengan orang baru, aku sering pergi jalan malam ke Pasar Bogor untuk bertemu dengan orang baru, dimulai dari jam 12 malam terkadang balik kekosan itu jam 3pagi
“mereka sangat antusias menyambut pagi, menyambut pembeli dan menurunkan barang dagangan mereka dan mereka menyambut setiap orang untuk membeli” bertemu dan bersapa ria denga orang baru itu sungguh luar biasa.

Banyak orang yang berbicara seperti ini “ untuk apa berteman dengan orang Bule, palingan mereka cuman manfaatin kamu doang, biar dapat tempat tinggal gratis! Yeh sok kenal sok dekat lu !” sebagian orang berkata seperti ini “ hah, berteman dengan Bule? Pasti Bule Miskin? Dapat duit brapa ?? trus yang bayar makan sama transportasi siapa? Dikasih berapa duit kemarin? Kamu sama tuh Bule Homo ya?” hahaha,,, pertanyaannya lucu lucu ya.. tapi intinya seperti ini

"aku tidak berteman berdasarkan seberapa besar kantong mereka atau seberapa baik terhubung mereka, aku berteman berdasarkan bagaimana positif pikiran mereka. Sulit untuk berakhir dengan gaya hidup yang sangat rumit jika kita selalu dikelilingi oleh orang-orang yang berpikiran positif. "

Saya bertemu dengan seorang pria. Seorang yang bijak. Dia berkataseperti ini kepada saya, "Hendry, jangan berbaur dengan orang-orang di kelompok usia Anda, tetapi berhubungan dengan laki-laki tua, yang telah mencapai dalam hidup jauh lebih besar dari Anda, dan kemudian, tidak akan ada tempat tersembunyi untuk kecemburuan dalam bukunya jantung, tetapi jika Anda kebetulan untuk berbaur dengan teman-teman Anda, mereka akan selalu mengatakan, "kenapa selalu Dia, mengapa bukan aku?" dan Anda akan diracuni cepat atau lambat.”

“ I am confident because I can admit who I am, what I have accomplished and love my self for who I have become” proud of my self.

Suatu hari, aku membawa Oliver ke Kebun Raya Bogor, itu merupakan pertama kalinya dia kesana. Sesampai disana, ada sekumpulan anak SMA yang ingin mewawancarai kami. Kami berdua diwawancari untuk peningkatan Bahasa asing mereka. Yap.. tahap pertama Oliver yang diwawancarai, “ Hello Sir, sorry to disturbing you all, let me introduce my self… Where are you from ?” Tanya anak SMA tadi. Kemudian giliranku diwawancaridengan pertanyaan yang sama aku menjawab “ I’m from Italia, I have been in Bogor since 2013 and I can speak Indonesia a little bit” haha,, sejujurnya aku sering berbohong kalau ditaanyai dari mana asal ku, sebenarnya aku asli Indonesia 100%. Jadi aku sering menjawab “ aku darah campuran, setengah Italia, setengah Indonesia” tapi sejujurnya Italia adalah gairah hidup ku… hihi..  setelah itu, kami diminta untuk menandatangani kertas dan menayakan nilai berapa yang akan diberikan terhadap penguasaan Bahasa mereka. [caption caption="everybody still learning to make an improvemennts"]

[/caption]

inilah respon Oliver “Semua orang belajar, aku pun masih belajar dan kita semua masih belajar aku akan memberikan “A”. terharu mendengar tuh jawaban.. terkadang dalam hidup ini kita selalu menumbuhkan ego, menganggap segala sesuatunya kita berada diatas,, tapi dengan kerendahan hati, dan lebih mengormati hidup, itulah cara melihat dunia yang indah ini..

Setelah itu, kami berjalan kelain arah dan meninggalkan mereka. Oliver bilang gini
“ itu bukan menjadi masalah besar, aku tau kenapa kamu menyebutkan bahwa kamu berdarah campuran setengah Italia dan setengah Indonesia , aku paham walaupun itu sebuah kebohongan tapi itu sebuah gairahmu, lakukan apa yang kamu mau, aku percaya kamu bisa melakukannya, dan sekarang kamu adalah Orang Italia, kamu harus lebih belajar lagi” inilah penyemangat yang kedua yang pernah aku dengar, penyemangat kedua setelah diberikan abang ku.

 


“ attract what you expect, reflect what you desire, become what you respect, mirror what you admire”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun