Mohon tunggu...
Hendry Gaol
Hendry Gaol Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis yang terlintas

Berjambang LEbat

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tentang 14 Hari yang Melelahkan

22 Februari 2021   19:27 Diperbarui: 22 Februari 2021   19:30 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak yg bertanya darimana awalnya saya dan istri terpapar covid?. Jujur, saya tak pernah terpikirkan utk menelusuri kebelakang tentang dari mana saya dan istri terpapar?, mengapa? Karena setiap hari jumlah yg terpapar ini semakin banyak, artinya semakin besar peluang dimanapun bisa terpapar. Pada prinsipnya saya tak ambil pusing dengan itu. Lebih baik saya konsen utk memulihkan keadaan saya dan istri. 16hari lalu saya melihat dan mendengar batuknya istri saya sudah berbeda dari biasanya, maka saya sarankan utk swap, rupanya, setali tiga uang, kantornya mengadakan swap massal karyawan. Jadilah dia Jumat dua minggu lalu swap di salah satu klinik yg direkomendasi kantornya di Cikarang baru. Dan sorenya, hasilnya menyatakan positif.Lalu, saya sendiri langsung menyiapkan mental bahwa saya juga terpapar. Jumat itu kan hari swap, hari memastikan, artinya bisa saja istri saya sudah dihari sebelumnya yg kebetulan sudah membatuk itu terpapar. Pasti saya juga terpapar dong.

Lalu saya melakukan rapid test di hari dan klinik yg sama, hasilnya non reaktif. Bagi saya itu bukan hasil test yg valid. Dua hari sebelumnya perasaan saya sudah tak enak, dan karena saya hafal betul penyakit yg saya derita maka saya menyimpulkan maag saya kambuh.Singkat cerita, atas saran tim gugus covid kelurahan dan desa saya pun diswab di puskesmas kelurahan yg pada akhirnya memang ketahuan hasilnya postif alias sudah terpapar.

Minggu pertama adalah hari yg menyakitkan. Jujurnya, saya hanya mengalami maag ku kambuh, sementar istri batuk kecil. Lalu kami pun pisah ranjang. Saya di kamar depan, dia di kamar belakang kwkwwkwkwk. Aneh ya, sama2 terpapar ngapain harus pisah ranjang ya.

Banyak sekali ciri2 terpapar covid ini, asal kita peduli pada diri sendiri maka kita bs paham bahwa kita sudah terpapar. Setiap orang berbeda. Maag yg sekian lama tak pernah kambuh kok tiba2 menyerang dengan ganas?, disitu saya curiga.

Nah, makan adalah sesuatu yg sangat mengerikan. Aroma makanan hilan. Dalam minggu pertama, indra penciuman berkurang drastis. Jangankan aroma nasi atau lauk, aroma minyak kayu putih pun memudar. Awalnya saya pikir minyak kayu putih itu masuk angin sehingga aromanya hilang hahahahha. Minyak angin masuk angin pulak, pikirku. Malam2 saya ciun kok minyak ini seperti masuk angin ya hahahhaha

Maupih

Makan pun susah. Maag pasti kumat kalau tdk makan, jadi saya paksakan saja makannya.

Covid itu pintar, dia menyerang bagian tubuh yg bermasalah. Saya melawan. Ku paksakan makan meski tak memperdulikan rasa yg hambar. Nasi plus air putih tok. Makan sesuap, minum sedikit. Asal maag ga kambuh saja.Jika badan ingin rebahan saja, maka saya paksa diri saya beraktifitas. Berkebun, mengurus kolam, menemani Maxcy bermain. Eh, Maccy tak mandi 2 minggu ga terasa bau loh hahaha.

Apotik K24 dan Ito-lae pemiliknya mensupport terus. Mereka mengirimkan obat2an, antibiotik, antivirus, obat maag, obat mual, multivitamin bahkan lae saya mendrop kelapa hijau. Kelapa hijau bagus buat membunuh bakteri2 dalam tubuh, sila googling kalau ga percaya. Kami beruntung sekali memang.

Sehari setalah hasil test istri keluar, saya informasikan ke grup WA RT bahwa kami berdua terpapar dan harus isolasi mandiri di rumah. Respon yg luar biasa dari seluruh tetangga se RT, mereka mensupport kami sehingga tak pernah seharipun kami kekurangan makanan. Mulai dari sarapan hingga makan malam, buah, vitamin, minuman ringan silih berganti dikirimkan ke rumah. Ibu2 RT menyarankan utk meletakkan satu kursi di depan rumah sehingga mereka bisa letakkan makanan itu di sana. Saban hari mereka melakukan itu selama kami isolasi. Saya ga ngerti gimana cara membalas kebaikan2 itu, bah. Asli gue bingung. Tetangga samping rumahpun sama, bergantian membawakan makanan. Bahkan sabun pun mereka kirimkan. Demikian juga rekan2 alumni yg rela berjauh2 datang mengantar berbagai macam multi vitamin.

Selama isolasi, kami hanya mengkonsumsi antibiotik, antivirus, imunboost dan multivitamin. Tidak lebih.

Kurangi membuka WA grup sebab banyak sekali berita2 yg tersebar di sana yg tidak bisa kita kontrol yg menambah beban pikiran sehingga imun kita lemah, jadi lebih baik di kurangi saja bermedia sosial, WA grup, nonton TV (walau memang ga pernah lagi), baca portal berita, dan lain2 yg menyebabkan pikiran kita jadi mumet. Saya lebih banyak menonton yutube, film barat, lawakan haji bolot, sule, standup comedy, teater cak lontong dan tontonan lain yg membuat suasana hati gembira. Setiap hari saya bermain keyboard dan bernyanyi meski suara serak.

Bagi saya, menginformasikan kondisi kita yg terpapar adalah penting. Jangan malu. Ini bukan aib. Justru dengan saya memberitahu tetangga, kawan2 dll mereka akan mendukung kita spy cpt sembuh, berbagi pengalaman dan saling menguatkan. Saya kadang heran jika ada seseorang terpapar lalu dirahasiakan. Kenapa ya? Kedua, saya rajin menghubungi kawan2 penyintas covid, berbagi pengalaman dan saling menyemangati. Ada semangat baru yg timbul dalam hati ketika kawan2 penyintas yg lain bilang bahwa dia semakin sehat. Percayalah, tak ada satu penyintaspun yg melemahkan semangatmu.
Ai holan na mangan do maol mulanai--makan saja yang susah, kata kawan
Tong do boi au karejo sian jabu--saya juga bisa bekerja di rumah, kata kawan lain
Gogo ho mangan, malum doi--kuat makan, pasti sembuh, kata yg lain lagi

Dukungan moral dan doa kawan2 media sosial, tetangga se RT di Blok G Taman Sentosa Cikarang, amang pandita (dua keluarga) yg menyempatkan menjenguk kami meski dari jauh, rekan2 alumni, keluarga dekat, ortu, anggi&anak, lae-ito dan bere, family, sahabt yg tdk bs saya sebutkan satupersatu menjadi sumber semangat bagi kami.

Jika kalian membaca tulisan yg mengatakan berbagai macam obat2 yg harus dikonsumsi kalau terpapar covid, menurut saya itu semua tergantung penyakit bawaannya. Jika kalian batuk, maka belilah obat batuk. Jika maag, maka siapkan obat maag dll. Jika susah bernafas, maka minyak kayu putih bagus utk melegakan, sekali lagi melegakan. Jika sesak dan muntah2 maka ke rumah sakitlah spy alat kesehatan bs membantumu. Jika terpapar, siapkan juga obat pereda rasa sakit (apa yg biasa dikonsumsi?), obat penurun panas, obat anti mual dll yg semuanya bersifat jaga2 saja. Obat mual dimakan saat mual, obat penurun panas digunakan jika demam saja, demikian obat lainnya.Saya dan istri di hari pertama malah mengkonsumsi Black Label12.

Alkohol, coy. Kerongkongan atau tenggorokan gatal langsung lega setelah menenggak alkohol 40persen itu, bahkan tidur pun nyenyak hahahaha.

Serius.

Seloki atau 3 sendok makan kami minum setiap malam. Hahahaha

Satu yg lucu, saya mengorder Oxymeter lewat online. Sudah 2 mgg nih, belum nyampe juga. Mulai dari awal terpapar hingga kini, barang itu ga ada. Gunanya alat ini adalah utk mengukur kadar oksigen dalam darah.

Bahwa yg benar adalah seperti imbauan pemerintah 3 M, itu tok. Kalau sudah terpapar, maka kembali ke personalnya lagi. Jika kalian percaya bahwa ada obat herbal dengan ramuan2 untuk covid ini, terserah kalian. Sebab banyak sekali tulisan2 di WAG, medsos tentang obat2 covid ini. Setiap orang tak sama gejalanya. Kenali gejala anda, itu penting. Saya sendiri sudah melihat bahwa hanya Imunlah yg bs melawannya. Saya minum madu, minum ramuan jahe dan kunyit, dll supaya tenggorokan saya reda. Kunyit bagus untuk meredakan asam lambung, maag. Anti oksidan dalam jahe dan madu bagus utk tubuh. Jika imun kita kuat maka virus tak berarti, maka intinya bagaimana meningkatkan imun?......

Tetaplah semangat. Jaga kesehatan selagi sehat. Konsumsi multivitamin. Jangan saling menyalahkan sesama serumah jika ada yg terpapar, gak usah penasaran darimana asalnya. Fokuslah pada pemulihan.

Kisah penyintas yang lain ada di link berikut

AKU, PENYINTAS | Amani Partogi (wordpress.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun