Banyak yg bertanya darimana awalnya saya dan istri terpapar covid?. Jujur, saya tak pernah terpikirkan utk menelusuri kebelakang tentang dari mana saya dan istri terpapar?, mengapa? Karena setiap hari jumlah yg terpapar ini semakin banyak, artinya semakin besar peluang dimanapun bisa terpapar. Pada prinsipnya saya tak ambil pusing dengan itu. Lebih baik saya konsen utk memulihkan keadaan saya dan istri. 16hari lalu saya melihat dan mendengar batuknya istri saya sudah berbeda dari biasanya, maka saya sarankan utk swap, rupanya, setali tiga uang, kantornya mengadakan swap massal karyawan. Jadilah dia Jumat dua minggu lalu swap di salah satu klinik yg direkomendasi kantornya di Cikarang baru. Dan sorenya, hasilnya menyatakan positif.Lalu, saya sendiri langsung menyiapkan mental bahwa saya juga terpapar. Jumat itu kan hari swap, hari memastikan, artinya bisa saja istri saya sudah dihari sebelumnya yg kebetulan sudah membatuk itu terpapar. Pasti saya juga terpapar dong.
Lalu saya melakukan rapid test di hari dan klinik yg sama, hasilnya non reaktif. Bagi saya itu bukan hasil test yg valid. Dua hari sebelumnya perasaan saya sudah tak enak, dan karena saya hafal betul penyakit yg saya derita maka saya menyimpulkan maag saya kambuh.Singkat cerita, atas saran tim gugus covid kelurahan dan desa saya pun diswab di puskesmas kelurahan yg pada akhirnya memang ketahuan hasilnya postif alias sudah terpapar.
Minggu pertama adalah hari yg menyakitkan. Jujurnya, saya hanya mengalami maag ku kambuh, sementar istri batuk kecil. Lalu kami pun pisah ranjang. Saya di kamar depan, dia di kamar belakang kwkwwkwkwk. Aneh ya, sama2 terpapar ngapain harus pisah ranjang ya.
Banyak sekali ciri2 terpapar covid ini, asal kita peduli pada diri sendiri maka kita bs paham bahwa kita sudah terpapar. Setiap orang berbeda. Maag yg sekian lama tak pernah kambuh kok tiba2 menyerang dengan ganas?, disitu saya curiga.
Nah, makan adalah sesuatu yg sangat mengerikan. Aroma makanan hilan. Dalam minggu pertama, indra penciuman berkurang drastis. Jangankan aroma nasi atau lauk, aroma minyak kayu putih pun memudar. Awalnya saya pikir minyak kayu putih itu masuk angin sehingga aromanya hilang hahahahha. Minyak angin masuk angin pulak, pikirku. Malam2 saya ciun kok minyak ini seperti masuk angin ya hahahhaha
Maupih
Makan pun susah. Maag pasti kumat kalau tdk makan, jadi saya paksakan saja makannya.
Covid itu pintar, dia menyerang bagian tubuh yg bermasalah. Saya melawan. Ku paksakan makan meski tak memperdulikan rasa yg hambar. Nasi plus air putih tok. Makan sesuap, minum sedikit. Asal maag ga kambuh saja.Jika badan ingin rebahan saja, maka saya paksa diri saya beraktifitas. Berkebun, mengurus kolam, menemani Maxcy bermain. Eh, Maccy tak mandi 2 minggu ga terasa bau loh hahaha.
Apotik K24 dan Ito-lae pemiliknya mensupport terus. Mereka mengirimkan obat2an, antibiotik, antivirus, obat maag, obat mual, multivitamin bahkan lae saya mendrop kelapa hijau. Kelapa hijau bagus buat membunuh bakteri2 dalam tubuh, sila googling kalau ga percaya. Kami beruntung sekali memang.
Sehari setalah hasil test istri keluar, saya informasikan ke grup WA RT bahwa kami berdua terpapar dan harus isolasi mandiri di rumah. Respon yg luar biasa dari seluruh tetangga se RT, mereka mensupport kami sehingga tak pernah seharipun kami kekurangan makanan. Mulai dari sarapan hingga makan malam, buah, vitamin, minuman ringan silih berganti dikirimkan ke rumah. Ibu2 RT menyarankan utk meletakkan satu kursi di depan rumah sehingga mereka bisa letakkan makanan itu di sana. Saban hari mereka melakukan itu selama kami isolasi. Saya ga ngerti gimana cara membalas kebaikan2 itu, bah. Asli gue bingung. Tetangga samping rumahpun sama, bergantian membawakan makanan. Bahkan sabun pun mereka kirimkan. Demikian juga rekan2 alumni yg rela berjauh2 datang mengantar berbagai macam multi vitamin.
Selama isolasi, kami hanya mengkonsumsi antibiotik, antivirus, imunboost dan multivitamin. Tidak lebih.