Semangat dan kerja keras untuk terus berusaha membuat ibu-ibu kelompok ‘Sangalang Hapakat’ Desa Sangalang, Kahayan Tengah, Kalimantan Tengah menuai sukses. Pelatihan budidaya jamur tiram yang difasilitasi oleh PNPM Mandiri Perdesaan dan didukung sumberdaya sekitar, membuat usaha budidaya jamur yang mereka tekuni berkembang pesat. Mulai dari pembibitan, membuat baglog dan memproduksi jamur menjadi rutinitas mereka sehari-hari. Dan sekarang, karena keterampilan itu mereka dipercaya menjadi narasumber dan pelatih di sejumlah pelatihan budidaya jamur tiram.
Tahun 2007 Desa Tanjung Sanggalang mendapatkan dana kegiatan Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP). Dana pinjaman SPP yang diperoleh kelompok Sangalang Hapakat digunakan oleh para anggotanya untuk menambah modal usaha beternak ayam buras, menanam sayuran dan budidaya ikan. Usaha ternak ayam yang diusahakan itu tidak berjalan mulus begitu juga dengan budidaya ikan dan bertanam sayuran. Usaha itu hanya bertahan 6 bulan saja dan modalpun akhirnya habis. Diantara penyebab kegagalan ini adalah selain tidak direncanakan dengan matang, juga harga pakan ternak yang tinggi serta terkena banjir. Akibatnya kelompok pun menunggak hutang.
Pemanfaatan sumberdaya lokal
Pengalaman pernah gagal dalam usaha ternak ayam dan bertanam sayuran ternyata tidak memupus semangat anggota kelompok Sangalang Hapakat. Mereka tetap rutin mengadakan pertemuan setiap bulannya, membicarakan berbagai kemungkinan usaha yang bisa menambah pendapatan keluarga. Atas fasilitasi Fasilitator Kecamatan (FK) dan Tim Provinsi, kelompok pun diajak merencanakan kegiatan usaha berbasis pada sumberdaya lokal yang ada di sekitar desa. Dari kegiatan ini teridentifikasi sejumlah potensi yang dapat dikembangkan diantaranya adalah limbah kayu hasil penggergajian berbentuk serbuk gergaji yang dapat digunakan menjadi media budidaya jamur tiram. Dari berbagai pertemuan kelompok mengerucut ide untuk melakukan budidaya jamur tiram. Selain didukung oleh potensi bahan baku yang banyak tersedia dan mudah diperoleh sekitar desa, kegiatan ini juga dapat dilakukan di dalam rumah tanpa lahan khusus. Jamur tiram bermanfaat sebagai sayuran, juga dapat dibuat penganan seperti bakwan goreng, jamur telor dan keripik jamur. Akhirnya merekapun bersepakat dan sejumlah anggota berinisiatif melakukan penjajagan ke tempat-tempat usaha budi daya jamur tiram di sekitar Palangkaraya.
Tahun 2011, Kelompok SPP Sangalang Hapakat mekar menjadi 4 yaitu: Kelompok ‘Sangalang Hapakat I’ (induk), Kelompok ‘Sangalang Hapakat II’, Kelompok ‘Danau Lais Hapakat I’ dan Kelompok ‘Danau Lais Hapakat II’. Tiga kelompok diantaranya mengajukan usulan pinjaman pada PNPM Mandiri Perdesaan untuk budidaya jamur tiram. Mereka membeli bibit jamur (baglog) di Palangkaraya.
Budidaya jamur tiram yang diusahakan oleh kelompok ibu-ibu Desa Tanjung Sangalang itu pun mulai menampakkan hasil. Jamur yang diproduksi selalu habis terjual karena permintaan cukup tinggi, bahkan mereka kesulitan memenuhi permintaan pasar, diantaranya dari Palangkaraya, Barito Selatan dan Gunung Mas.
“Dalam memasarkannya kami tidak mengalami kesulitan, karena banyak pembeli yang langsung datang ke sini. Kamipun tidak perlu repot-repot menjualnya ke pasar”, ujar Ibu Atie ketua Kelompok SPP Sangalang Hapakat I.
Pelatihan pembuatan baglog
Walau hasil jamur selalu habis terjual, ketergantungan kelompok terhadap pihak luar cukup tinggi terutama untuk kebutuhan baglog jamur tiram. Mereka belum bisa membuat sendiri, akibatnya biaya produksi relatif tinggi.
“Kami membeli baglog kepada orang lain, sehingga biaya produksi menjadi tinggi. Salah satu cara mengatasinya, kami harus belajar agar bisa membuat baglog sendiri”, tutur Ibu Atie. Karena itu mereka bersepakat mengajukan usulan pelatihan budidaya jamur tiram kepada PNPM Mandiri Perdesaan.
Setelah usulan pelatihan budidaya jamur tiram disepakati pada Musyawarah Desa Khusus Perempuan (MDKP) dan Musyawarah Desa Perencanaan, maka disusunlah proposal kegiatan. Untuk itu Fasilitator PNPM Mandiri Perdesaan dan anggota kelompok menemui salah seorang narasumber dari Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Tengah, untuk berkonsulltasi menyusun desain pelatihan dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) guna melengkapi proposal pelatihan itu. Tak lama setelah pengajuan proposal, Tim Verifikasi melakukan verifikasi terhadap usulan tersebut.
Berdasarkan Musyawarah Antar Desa (MAD) Prioritas dan MAD Penetapan TA. 2012 dan rekomendasi Tim Verifikasi, usulan kegiatan Pelatihan Budi Daya Jamur Tiram Desa Tanjung Sanggalang didanai PNPM Mandiri Perdesaan sebesar Rp.17 juta untuk pelatihan membuat baglog dan Rp.60 juta untuk pembibitan.
Setelah pelatihan mereka mencoba membudidayakan jamur tiram. Secara berkelompok mereka melakukan pembibitan dan secara sendiri-sendiri mengelola usaha jamur di rumah masing-masing. Usaha ini tidak membutuhkan waktu yang banyak dan lahan yang luas, pondokan kecil di belakang rumah bisa digunakan.
“Keuntungan yang diperoleh lebih dari limapuluh persennya, setelah dikurangi biaya untuk produksi. Laba bersih ini kami bagi rata untuk setiap anggota yang terlibat”, ujar Ibu Atie bersemangat.
Media belajar warga
Kini kelompok SPP Sangalang Hapakat menjadi tempat belajar bagi warga sekitar. Sejumlah kelompok SPP lainnya juga terinspirasi karenanya dan belajar seluk beluk budidaya jamur tiram kepada mereka. Berbagai media televisi dan koran lokal pun kerap bertandang meliput keberhasilan kelompok ini. Berbagai lembaga juga menawarkan kerjasama pengembangan usaha kelompok. Diantaranya adalah tawaran dari Yayasan Inovasi Teknologi Indonesia (Inotek). Selain itu, karena ‘keahlian’ yang dimiliki, telah 3 kali Bu Ati dan rekannya menjadi narasumber pada pelatihan budidaya jamur tiram di sejumlah kecamatan. Karena itu ia memperoleh berbagai sertifikat penghargaan diantaranya dari Dinas Pertanian Kabupaten Pulang Pisau dan penghargaan sebagai kelompok terbaik dari Bupati Pulang Pisau. Selain penghargaan, sebagai narasumber mereka juga dibayar Rp.5-10 juta untuk sekali pelatihan. Namun tidak demikian halnya bagi warga sekitar, Bu Ati dan kelompoknya ini tidak memungut bayaran alias gratis, asalkan bersungguh-sungguh.
“Warga sekitar yang berminat dan bersungguh-sungguh kami ajari cara budidaya jamur, agar mereka juga bisa dan dapat mengusahakannya”, ungkap ibu Atie.
Berkat kemurahan hati Bu Ati dan anggota kelompok Sangalang Hapakat, kini banyak warga sekitar mampu dan mengupayakan budidaya jamur tiram itu di rumahnya. Diantaranya adalah Ibu Laning.
“Saya dilatih mandiri oleh Bu Ati. Sekarang saya sudah bisa dan punya 800 log dan sudah menghasilkan 2 kg jamur setiap hari”, ucap Ibu Laning senang.
Bu Ati dan anggota kelompok SPP Sangalang Hapakat merasa senang karena bisa membantu ibu-ibu di desanya dalam menambah pendapatan keluarga. Sekarang kelompok SPP Sangalang Hapakat sedang menyelesaikan ‘kombung’ atau pondok jamur tiram yang diusahakan secara berkelompok, membuat beraneka makanan berbahan dasar jamur serta akan memproduksi jenis jamur lokal lainnya. Selain itu mereka juga akan membangun kios tempat menjual berbagai makanan olahan berbahan dasar jamur. Upaya pengembangan usaha ini tidak terlepas dari pembinaan dan pendampingan dari fasilitator PNPM Mandiri Perdesaan yang secara berkala berkunjung ke Desa Sangalang.
PNPM Mandiri Perdesaan merupakan salah satu program penanggulangan kemiskinan kerjasama pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Program ini menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang memusatkan perhatian pada warga miskin dan perempuan di perdesaan. Melalui pendekatan pemberdayaan, warga terlibat secara aktif dalam pengelolaan kegiatan pembangunan di wilayahnya mulai dari perencanaan kegiatan, pelaksanaan, pengawasan hingga pengelolaan dan pelestarian hasilnya. Hingga 2014, PNPM Perdesaan telah mencakup di 5.300 kecamatan dan 393 kabupaten, yang tersebar di 33 provinsi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H