Mohon tunggu...
Hendry Syafaruddin
Hendry Syafaruddin Mohon Tunggu... Konsultan - sosial budaya

pemerhati sosial dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berdaya Berkat Budidaya Jamur Tiram

30 April 2014   22:16 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:00 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdasarkan Musyawarah Antar Desa (MAD) Prioritas dan MAD Penetapan TA. 2012 dan rekomendasi Tim Verifikasi, usulan kegiatan Pelatihan Budi Daya Jamur Tiram Desa Tanjung Sanggalang didanai PNPM Mandiri Perdesaan sebesar Rp.17 juta untuk pelatihan membuat baglog dan Rp.60 juta untuk pembibitan.

Setelah pelatihan mereka mencoba membudidayakan jamur tiram. Secara berkelompok mereka melakukan pembibitan dan secara sendiri-sendiri mengelola usaha jamur di rumah masing-masing. Usaha ini tidak membutuhkan waktu yang banyak dan lahan yang luas, pondokan kecil di belakang rumah bisa digunakan.

1402640980242846315
1402640980242846315
Kini para ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok SPP Sangalang Hapakat boleh tersenyum lebar. Dengan masa produksi jamur sampai 6 bulan, setiap hari rata-rata para ibu anggota kelompok memanen 10 kg jamur dengan harga Rp. 25 ribu perkg, sehingga mereka bisa mengantongi uang Rp.250ribu perhari. Selain menjual jamur kepada pengepul yang juga mereka organisir sendiri, secara berkelompok mereka menjual baglog seharga Rp.5ribu persatuannya. Pembelinyapun beragam, mulai dari warga sekitar desa, kecamatan hingga lintas kabupaten. Setiap bulan rata-rata mereka menjual 5.000-10.000 baglog, sehingga hasil yang diperoleh mencapai Rp.25 - 50 juta. Namun jumlah itu bukanlah keuntungan bersihnya, karena harus dikeluarkan separuhnya untuk biaya produksi.

“Keuntungan yang diperoleh lebih dari limapuluh persennya, setelah dikurangi biaya untuk produksi. Laba bersih ini kami bagi rata untuk setiap anggota yang terlibat”, ujar Ibu Atie bersemangat.

Media belajar warga

Kini kelompok SPP Sangalang Hapakat menjadi tempat belajar bagi warga sekitar. Sejumlah kelompok SPP lainnya juga terinspirasi karenanya dan belajar seluk beluk budidaya jamur tiram kepada mereka. Berbagai media televisi dan koran lokal pun kerap bertandang meliput keberhasilan kelompok ini. Berbagai lembaga juga menawarkan kerjasama pengembangan usaha kelompok. Diantaranya adalah tawaran dari Yayasan Inovasi Teknologi Indonesia (Inotek). Selain itu, karena ‘keahlian’ yang dimiliki, telah 3 kali Bu Ati dan rekannya menjadi narasumber pada pelatihan budidaya jamur tiram di sejumlah kecamatan. Karena itu ia memperoleh berbagai sertifikat penghargaan diantaranya dari Dinas Pertanian Kabupaten Pulang Pisau dan penghargaan sebagai kelompok terbaik dari Bupati Pulang Pisau. Selain penghargaan, sebagai narasumber mereka juga dibayar Rp.5-10 juta untuk sekali pelatihan. Namun tidak demikian halnya bagi warga sekitar, Bu Ati dan kelompoknya ini tidak memungut bayaran alias gratis, asalkan bersungguh-sungguh.

“Warga sekitar yang berminat dan bersungguh-sungguh kami ajari cara budidaya jamur, agar mereka juga bisa dan dapat mengusahakannya”, ungkap ibu Atie.

Berkat kemurahan hati Bu Ati dan anggota kelompok Sangalang Hapakat, kini banyak warga sekitar mampu dan mengupayakan budidaya jamur tiram itu di rumahnya. Diantaranya adalah Ibu Laning.

“Saya dilatih mandiri oleh Bu Ati. Sekarang saya sudah bisa dan punya 800 log dan sudah menghasilkan 2 kg jamur setiap hari”, ucap Ibu Laning senang.

Bu Ati dan anggota kelompok SPP Sangalang Hapakat merasa senang karena bisa membantu ibu-ibu di desanya dalam menambah pendapatan keluarga. Sekarang kelompok SPP Sangalang Hapakat sedang menyelesaikan ‘kombung’ atau pondok jamur tiram yang diusahakan secara berkelompok, membuat beraneka makanan berbahan dasar jamur serta akan memproduksi jenis jamur lokal lainnya. Selain itu mereka juga akan membangun kios tempat menjual berbagai makanan olahan berbahan dasar jamur. Upaya pengembangan usaha ini tidak terlepas dari pembinaan dan pendampingan dari fasilitator PNPM Mandiri Perdesaan yang secara berkala berkunjung ke Desa Sangalang.

PNPM Mandiri Perdesaan merupakan salah satu program penanggulangan kemiskinan kerjasama pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Program ini menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang memusatkan perhatian pada warga miskin dan perempuan di perdesaan. Melalui pendekatan pemberdayaan, warga terlibat secara aktif dalam pengelolaan kegiatan pembangunan di wilayahnya mulai dari perencanaan kegiatan, pelaksanaan, pengawasan hingga pengelolaan dan pelestarian hasilnya. Hingga 2014, PNPM Perdesaan telah mencakup di 5.300 kecamatan dan 393 kabupaten, yang tersebar di 33 provinsi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun