Sebentar lagi akan genap semester awal Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia, dan--kalau tidak salah--telah satu semester pula para peserta pileg edisi pemilu 2014 di negri ini menyandang sebutan wakil rakyat. Berbagai kebijakan telah lahir dari para wakil rakyat ini dan Kabinet Kerja bentukan pemerintahan yang baru.
Tidak mulus memang, pro dan kontra ikut mewarnai perjalanan hasil pasca pemilu 2014 lalu. Ada mengatasnamakan partai, ormas, individu, dan yang pasti kubu-kubu sisa pemilu dengan berbagai macam motif dan kepentingan. Kalau kelompok yang kontra jangan ditanya, bahkan dari kubu sendiri pun andai tidak tercapai hasil kerja sama politik seperti yang disepakati (menurut salah satu pihak atau kepentingan).
Di sini, saya mencoba memaparkan secara singkat pandangan saya tentang orang-orang yang pro Jokowi (bukan pro pemerintah lho) berdasarkan pengamatan di media jejaring sosial yang saya ikuti, dan bisa juga kondisinya terbalik seperti judul di atas. Adapun golongan ini saya bedakan berdasarkan alasan dan apa yang mereka lakukan sampai saat ini setelah Jokowi menjabat Presiden ke-7 Indonesia, sbb:
1). Orang-orang yang hanya ingin meramaikan pesta rakyat 5 tahunan (warga negara yang baik), dan piilhan mereka karena hasil dari pembentukan opini yang sistematis melalui media informasi. Golongan ini biasanya vakum atau tidak agresif terhadap apa yang terjadi pada pilihannya, 'pembelaan' mereka terhadap kebijakan tokoh--pemerintahan--yang dipilih hanya mengemukakan alasan klise saja. Seperti;
¤"tidak mungkin semua bisa dilaksanakan pemerintah dalam waktu singkat",
atau
¤"yang namanya manusia tidak akan luput dari salah dan khilaf",
¤dll.
Pada umumnya golongan ini berasal dari masyarakat biasa dan sebagian besar dari kelas menengah ke bawah--dari segi ekonomi ataupun sosial.
2). Orang-orang yang beralasan menginginkan perubahan, dan itu terdapat pada Jokowi sebagai sosok yang baru di dunia politik dan pemerintahan Indonesia. Golongan ini berasal dari berbagai lapisan dan beragam latar belakang sosial dan pendidikan, mereka lebih kritis dalam membela pemerintahan yang terpilih.
3). Orang-orang yang pro Jokowi karena faktor kepentingan, atau bisa dikatakan tidak suka dan tidak ingin Prabowo menjadi presiden. Golongan ini didominasi oleh oknum atau aktor yang mempunyai 'kepentingan yang bisa diselamatkan' seandainya Jokowi menang. Pada prosesnya, golongan ini demikian telaten dalam tindakan proteksi terhadap apa yang dilakukan pemerintah.
Demikianlah, dan saya tidak bermaksud menjelek-jelekkan individu atau kelompok, karena tulisan ini berdasar apa yang saya baca di media dan bukan dari pengamatan atau menyaksikan langsung di lapangan. Akan tetapi, pada intinya melalui tulisan ini saya mengajak masyarakat Indonesia untuk bisa menanggalkan 'baju pemilu' dan kembali menjadi warga negara Indonesia. Mari kita kawal pemerintahan yang tengah berjalan; mengkritisi setiap kebijakan yang hanya menguntungkan sebagian kepentingan, dan memproteksi kebijakan yang pro rakyat.
Semoga judul di atas bisa jadi alat becermin diri, dan tetap hanyalah sebuah judul. Aamiin. Salam Negara Kesatuan Republik Indonesia!
Padang, 17 April 2015
(HENDRO SUSILO)
==========
Seharusnya,
Gusti Kanjeng Ratu Hemas, Riri Damayanti, Ruhut Sitompul, Desy Ratnasari, dan Mudaffar Sjah itu saat janji berkumandang
Banteng, Beringin, Garuda, dan Bintang ketika kampanye dikibarkan
* .....selengkapnya di Inginku Indonesiaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H