Mohon tunggu...
hendro nbc
hendro nbc Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Temu Kangen Unga-Bedawat #4 Paradise Falls of Binua Landak (1-3 Juli 2015)

3 Desember 2015   11:24 Diperbarui: 3 Desember 2015   14:17 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami lanjut ke penyeberangan pertama/ pos IV  yaitu Pos Pohon Embun (disebut pohon embun karena di area tersebut ada pohon cemara dimana kalau pagi daun itu berembun) jam 14.30. Mandi, spa, dan memanjakan diri. Hampir lupa waktu kami untuk lanjut, kami ingat ini bukan “sorga” sesungguhnya.  Maka kami moved on dan lifted up ransel untuk track berikutnya.

Rangkaian panjang anggota kami yang menyeberangi sungai ini mengingatkan kami akan umat Israel yang menyeberangi laut…dipimpin 2 hamba Tuhan. Namun hamba Tuhan yang biasanya sanggup menadahkan tangan untuk menahan jatuh hujan kali ini seperti tak kuasa menahan derasnya aliran air sungai dan menyeberangi lompatan batu terakhir sehingga jatuh diiringi dengan gelak tawa miris rekan2 nya. 

Sejak itu “perasaannya menjadi lain”. Tempat ini unik!!! Selalu ada yang harus direlakan, bila tempo hari powerbank kali ini sandal jepit….

Mulai 15.00 adalah summit attack dimulai dari pos IV ini, bila disiplin waktu dan cukup moral maka basecamp seharusnya bisa ditempuh selama maksimal 1,5 jam. Namun karena terpisah kelompok 1 dan dua cukup jauh dan stamina yang berbeda-beda cukup menyulitkan kami alhasil karena kurang konsentrasi dan baru pertama ke lokasi ini sepasang bersodara tersesat, sehingga teriakan khas “tarzan” berkumandang untuk mendapat respon rekan lain. Berhasil! 

Bersama kelompok kedua dengan sisa moral yang ada dan suntikan semangat “30 menit lagi sampai” akhirnya bisa menyusul kelompok 1 di penyeberangan kedua menuju basecamp. 

Tiba di basecamp sekira jam 5 sore. Bagi tugas pasang pukat-tajur, pasang tenda dome, cari kayu bakar dan masak. 

Dengan semangat 1945 kami makan malam dengan suguhan sarden dan mie berhubung ikan tangkapan pukat belum rela tertangkap. Malam hari kami memancing dan pasang tajur. Baru jam 9 malam kami bisa menikmati beberapa pilihan ikan sungai untuk dibakar dan di sayur tempoyak plus “asam gandhis” andalan koki kita-Juki.

Morning has broken …menikmati suasana pagi yang fresh. Setelah ambil pukat dan mendapat berkat ikan dari Tuhan kami makan lagi dan bersiap untuk mendaki ke hulu lagi menuju Riam Unga, beberapa yang lain memilih untuk standby di camp dan berencana eksplore Riam bedawat yang dekat sekira 100m dari basecamp.

Ada juga yang mencoba peruntungan mencari batu akik khas  bedawat.

Tim Unga berjumlah 8 orang dan memilih jalur sungai mulai berjalan jam 8.30 pagi.

Beberapa bulu burung ruai, penampakan sekelompok burung Enggang “sang helikopter hutan”, pohon gaharu dan jejak babi hutan adalah sebagian temuan menarik selama perjalanan. Bekas papan slogan kami bertuliskan “jangan coret batu” juga masih tertancap dekat gua kecil sebelah riam tak bernama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun