Mohon tunggu...
Lyfe Pilihan

Rokok dan Potensi Pengendaliannya

27 Desember 2017   10:02 Diperbarui: 27 Desember 2017   16:54 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: cahayanabawiy.com

Sebaliknya, orang yang tidak melakukan hal negatif akan diberikan subsidi. Pola pikir seperti ini lah yang mendasari price-based incentive sebagai cara efektif mengendalikan konsumsi rokok. Hal ini dikarenakan adanya sistem punishment and reward atau hukuman dan penghargaan, yang terjadi secara tidak langsung. Individu yang merokok akan "dihukum", dan yang tidak merokok akan "diberi penghargaan".

Berdasarkan sistem tersebut, ada keuntungan dan kerugian yang mempengaruhi tiap individu dalam mengambil keputusan untuk merokok atau tidak. Berbeda dengan sistem voluntary yang mana seseorang harus dengan sadar dan sukarela memilih untuk mengurangi atau tidak merokok sama sekali, tanpa adanya insentif atau subsidi yang didapat mungkin akan merasa sulit. Sebagaimana pula dengan sistem command and control,apabila pamangku kebijakan semerta-merta melarang rokok tanpa ada insentif atau subsidi, maka perokok akan merasa terpaksa dalam mengambil keputusan untuk tidak merokok. 

Melalui price-based incentive apabila tiap individu yang merokok akan diberikan pajak atau pungutan lebih dan yang tidak merokok akan diberikan penghargaan berupa subsidi, secara tidak langsung akan memberikan efek mendidik pada masyarakat bahwa ada keuntungan yang didapat dengan tidak merokok. 

Hal tersebut didasari pola pikir dasar manusia, sebagaimana yang dikemukakan oleh van den Brand et al. (2016) bahwa masyarakat secara umum lebih menyukai keuntungan yang bersifat "nyata" seperti keuntungan finansial jangka pendek, dibanding keuntungan kesehatan jangka panjang. Berdasarkan pemikiran tersebut, akan lebih sulit untuk meyakinkan seseorang untuk mengurangi atau menghentikan konsumsi rokok menggunakan fakta ilmiah mengenai kesehatan. Seorang perokok sebagai klien, "dibayar" oleh penyedia jasa untuk berhenti merokok.

Artikel juga bisa dibaca di sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun