Mohon tunggu...
Hendro Adrian
Hendro Adrian Mohon Tunggu... Insinyur - Penggemar 'Dream Theater'

Pecinta cerita 'mountaineering'

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Runtuhnya Kota Caracas, si Permata Amerika Latin**

20 Desember 2018   19:16 Diperbarui: 2 Januari 2019   13:56 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Baru pagi tadi, orang tua dari sembilan anak mengajukan pengunduran diri dari sekolah. Enam karena akan mengungsi ke negara lain - Kolumbia, Chili dan Peru - dan tiga lainnya karena tidak mampu lagi membayar biaya sekolah atau transportasi. 

Para guru sering meneteskan air mata ketika melihat banyak siswa yang pingsan di kelas karena belum sarapan atau bahkan belum makan sejak sehari sebelumnya. "Mereka adalah masa depan negara kita", kata William Orozco, seorang guru berusia 57 tahun di Paulo VI College. "Ini benar-benar menghancurkan perasaan saya", katanya lagi dengan sedih. 

Seorang teman, Luisa Valdez, mengatakan bahwa banyak anak-anak yang dirawat oleh kakek-neneknya karena orang tua mereka mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri. "Saya kehabisan kata-kata untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi", kata Valdez sambil menutup wajahnya untuk menutupi kesedihan, dua orang anak Valdez bekerja seadanya di Ekuador dan Argentina. "Ini mengerikan. Saya tidak pernah membayangkan akan menjalani hidup seperti ini. Ini sangat sulit. Tetapi kita harus meminta kepada Tuhan kekuatan untuk terus berjalan". 

Armando Martinez, seorang guru musik yang kehilangan berat badan 8 kg karena menjalani apa yang disebut 'diet Maduro', mengatakan bahwa kehidupan para guru sangat sulit, mereka harus berjuang keras untuk sekedar tetap bisa bertahan. "Satu liter susu harganya 280 Soberanos (sekitar 11 ribu Rupiah), satu kotak telur 1.000 (sekitar 40 ribu Rupiah), satu kilo keju 1.000. Jika saya membeli itu semua, itu senilai satu bulan gaji saya". 

"Pakaian baru adalah kemewahan bagi kami, terpikirkan-pun tidak", tambah Martinez yang sol-sepatu sebelah kirinya tampak mengelupas. "Kami benar-benar putus asa. Kami melihat orang harus makan sampah demi bertahan hidup. Ini bukan kehidupan yang pantas untuk anak-anak kami" katanya menutup pembicaraan. 

Perut kosong - Lansia Ikut Menderita

Saat jam makan siang, banyak pensiunan yang datang ke 'Bank Makanan' di daerah distrik timur Chacao untuk sekedar mendapat jatah makan gratis yang disediakan atas kerja sama Dewan Kota lokal dan anggota Diaspora. Di antara mereka ada Rosemarie Newton, seorang pensiunan guru bahasa yang ikut mengantri karena tidak mampu lagi membeli makanan sendiri. 

"Saya sangat sedih harus antri makanan di sini, karena saya pernah menjalani masa-masa indah di Venezuela...masa dimana uang mengalir kemana-mana", kata wanita berusia 73 tahun itu, mengingat ketika negaranya masih dikenal sebagai Saudi-nya Amerika Latin. 

Sekarang tidak lagi. Newton mengatakan berat badannya turun lebih dari 50 kg menjadi hanya 36 kg. "Saya sekarang sangat kurus, teman-teman banyak yang tidak mengenali saya lagi... saya harus mengurangi jadwal makan dari tiga kali menjadi satu kali saja sehari". 

"Setiap hari harga makanan menjadi lebih mahal. Setiap minggu harga selalu naik. Tahun depan inflasi diperkirakan mencapai satu juta persen" kata Newton. "Bayangkan itu.... banyak orang akan mati kelaparan" katanya lagi. Newton tidak menyadari bahwa angka inflasi yang diproyeksikan IMF sebenarnya adalah 10 juta persen, bukan satu juta persen seperti yang dia katakan. Jadi keadaan bisa lebih buruk dari yang dia bayangkan. 

Newton, yang almarhum ayahnya adalah seorang ekonom asal Inggris, mengatakan dia tidak akan meninggalkan Venezuela - negara kelahirannya - untuk mengungsi ke Inggris. "Cuaca di sana yang membuat saya berpikir dua kali" candanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun