Mohon tunggu...
hendro yulius
hendro yulius Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan Pendidikan

Bermain, Belajar & Berkarya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak Berbakat (Gifted)

27 November 2017   23:40 Diperbarui: 27 November 2017   23:53 8952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam beberapa tahun terakhir, isu mengenai anak berbakat mencuat di dunia pendidikan. Menurut Martison dalam SC. Utami Munandar, anak berbakat ialah mereka yang diidentifikasi oleh orang-orang profesional memiliki kemampuan yang sangat menonjol, sehingga memberikan prestasi yang tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang berdiferensiasi dan atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah yang biasa, agar dapat mewujudkan sumbangannya terhadap diri sendiri maupun terhadap masyarakat.

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN), pasal 8 ayat 2 menyatakan, "Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus". Pasal ini mempunyai arti sangat penting dan merupakan salah satu dari sekian banyak hal yang inovatif dalam UUSPN, sebab melalui pasal ini pendidikan bagi "anak berbakat" mendapat dasar hukum. Bentuk dan pengaturannya itulah yang masih menjadi persoalan. Pengaturan soal ini menjadi makin dirasakan manakala beberapa kali terjadi bahwa sistem pendidikan kita tidak cukup luwes untuk mengakomodasi masalah-masalah yang muncul dalam dunia pendidikan sehubungan dengan keragaman tingkat kemampuan peserta didik

Pendidikan khusus untuk anak berbakat merupakan sebuah jawaban atas beberapa masalah yang seringkali ditemui oleh anak berbakat di sekolah umum. Biasanya anak berbakat akan kesulitan menyesuaikan diri terhadap iklim sekolah yang berkaitan dengan kurikulum dan metode pengajaran guru. Pada umumnya mereka tetap mampu berprestasi meski tidak cocok dengan pola pengajaran yang ada. Namun sebenarnya potensi mereka akan lebih berkembang jika mereka dapat dimengerti dan difasilitasi dengan baik. Masalah yang muncul dalam proses belajar anak tidak hanya terjadi di sekolah, tapi juga di rumah. Banyak orang tua dan sekolah yang masih belum menyadari bahwa anak berbakat membutuhkan perhatian khusus di bidang pendidikan. Orang-orang yang berada di lingkungan anak berbakat sebaiknya peka terhadap kebutuhan anak.

A. Pengertian Anak Berbakat

Batasan anak berbakat secara umum adalah mereka yang karena memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul mampu memberikan prestasi yang tinggi. Istilah yang sering digunakan bagi anak-anak yang memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul atau anak yang tingkat kecerdasannya di atas rata-rata anak normal, diantaranya adalah; cerdas, cemerlang, superior, supernormal, genius, gifted, dan talented. Martison dalam SC. Utami Munandar memberikan batasan anak berbakat ialah mereka yang diidentifikasi oleh orang-orang profesional memiliki kemampuan yang sangat menonjol, sehingga memberikan prestasi yang tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang berdiferensiasi dan atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah yang biasa, agar dapat mewujudkan sumbangannya terhadap diri sendiri maupun terhadap masyarakat. Coleman (1985) mengemukakan secara konvensional anak berbakat adalah mereka yang tingkat intellegensinya jauh di atas rata-rata anggota kelompoknya, yaitu IQ = 120 ke atas.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak berbakat itu disamping memiliki kemampuan intelektual tinggi, juga menunjukkan penonjolan kecakapan khusus yang bidangnya berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak lainnya. Anak ini disebut juga "gifted and talented" yang berarti berbakat intelektual. Di sini kita harus membedakan antara bakat sebagai potensi bawaan dan bakat yang telah terwujud dalam prestasi yang tinggi. Semua anak berbakat mempunyai potensi yang ungul, tetapi tidak semuanya telah berhasil mewujudkan potensi unggul tersebut secara optimal.

Pengertian keberbakatan dalam pengembangannya telah mengalami berbagai perubahan, dan kini pengertian keberbakatan selain mencakup kemampuan intelektual tinggi, juga menunjuk kepada kemampuan kreatif. Keberbakatan dipengaruhi oleh berbagai unsur kebudayaan, bahkan bagi sementara ahli sifat-sifat anak berbakat tersebut bercirikan "cultur bound" (dibatasi oleh batasan kebudayaan). Dengan demikian ada dua petunjuk kunci dalam mengamati dan mengerti keberbakatan tersebut yaitu :

Keberbakatan itu adalah ciri-ciri universal yang khusus dan luar biasa yang dibawa sejak lahir maupun yang merupakan hasil interaksi dari pengaruh lingkungannya.

Keberbakatan itu ikut ditentukan oleh kebutuhan maupun kecenderungan kebudayaan dimana seseorang yang berbakat itu hidup.

B. Klasifikasi dan Karakteristik Anak Berbakat

Anak yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, seperti dikemukakan oleh Sutratinah Tirtonegoro yaitu; Superior, Gifteddan Genius. Ketiga kelompok anak tersebut memiliki peringkat ketinggian intelegensi yang berbeda.

1. Genius

Genius ialah anak yang memiliki kecerdasan luar biasa, sehingga dapat menciptakan sesuatu yang sangat tinggi nilainya. Intelligence Quotient-nya (IQ) berkisar antara 140 sampai 200. Anak genius memiliki sifat-sifat positif sebagai berikut; daya abstraksinya baik sekali, mempunyai banyak ide, sangat kritis, sangat kreatif, suka menganalisis, dan sebagainya. Di samping memiliki sifat-sifat positif juga memiliki sifat negatif, diantaranya; cenderung hanya mementingkan dirinya sendiri (egois), temperamennya tinggi sehingga cepat bereaksi (emosional), tidak mudah bergaul, senang menyendiri karena sibuk melakukan penelitian, dan tidak mudah menerima pendapat orang lain.

2. Gifted

Anak ini disebut juga gifted and talentedadalah anak yang tingkat kecerdasannya (IQ) antara 125 sampai dengan 140. Di samping memiliki IQ tinggi, juga bakatnya yang sangat menonjol, seperti ; bakat seni musik, drama, dan ahli dalam memimpin masyarakat. Anak gifted diantaranya memiliki karakteristik; mempunyai perhatian terhadap sains, serba ingin tahu, imajinasinya kuat, senang membaca, dan senang akan koleksi.

3. Superior

Anak superior tingkat kecerdasannya berkisar antara 110 sampai dengan 125 sehingga prestasi belajarnya cukup tinggi. Anak superior memiliki karakteristik sebagai berikut; dapat berbicara lebih dini, dapat membaca lebih awal, dapat mengerjakan pekerjaan sekolah dengan mudah dan dapat perhatian dari teman-temannya.

Hasil studi lain menemukan bahwa Anak-anak berbakat memiliki karakteristik belajar yang berbeda dengan anak-anak normal. Mereka cenderung memiliki kelebihan menonjol dalam kosa kata dan menggunakannya secara luwes, memiliki informasi yang kaya, cepat dalam menguasai bahan pelajaran, cepat dalam memahami hubungan antar fakta, mudah memahami dalil-dalil dan formulaformula, tajam kemampuan analisisnya, membaca banyak bahan bacaan (gemar membaca), peka terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya, kritis dan memiliki rasa ingin yang sangat besar.

C. Identifikasi Anak Berbakat

Pengertian kontemporer tentang keberbakatan memang telah demikian berkembang dan kriterianya sudah lebih multidimensional daripada sekedar intelegensi seperti yang pernah digunakan oleh Terman. IQ hanya salah satu kriteria keberbakatan. Dengan perluasan kriteria ini, persoalan identifikasi anak-anak berbakat menjadi lebih rumit dan harus menggunakan beragam teknik dan alat ukur, Idealnya semua kriteria tersebut harus dideteksi dengan menggunakan teknik dan prosedur, karena menurut berbagai studi tidak semua dari faktor-faktor itu berkorelasi satu sama lain. Misalnya IQ dan kreativitas. Keberbakatan itu bersifat multidimensional, kriterianya tidak hanya intelligensi, melainkan kreativitas, kepemimpinan, komitmen pada tugas, prestasi akademik, motivasi dan lain-lain.

 Renjuli dkk. (1979) dalam Dedi Supriadi (1992; 10) mengembangkan skala yang disebut Scales for Rating Behavioral Characteristices of Superor Students(SRBCSS) yang mencakup sepuluh karakteristik; belajar, motivasi, kreativitas, kepemimpinan, artistik, musik. drama, komunikasi, komunikai ekspresif, dan perencanaan. Penjaringan terhadap keberbakatan intelektual dalam kelompok populasi tertentu pada umumnya bertolak dari perkiraan kurang lebih 15 % sampai 25 % populasi sampel yang secara kasar merupakan identifikasi permulaan dalam menghadapi seleksi yang lebih cermat.        Penjaringan keberbakatan bisa menggunakan nominasi guru tentang kemajuan sehari-hari siswa, namun bisa juga melalui penilaian beberapa mata pelajaran tertentu tergantung dari tujuan penjaringan. Penjaringan atau penyaringan dapat juga menggunakan tes psikologis yang didasarkan pada beberapa aspek tertentu, tetapi yang paling penting hsrus diketahui untuk keperluan apa tes dilakukan. Tujuan akan memberikan dasar terhadap penilaian, kemampuan, sifat, sikap atau prilaku seseorang. Kepada anak harus diberitahukan bahwa penilaian yang baik akan menempatkan dia pada posisi yang menguntungkan dalam arti tidak akan menuntut dia melakukan pekerjaan atau kinerja yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Identifikasi ini biasanya berguna bagi peramalan tentang kinrja tertentu di dalam waktu yang akan datang. Pola dan tahap identifkasi yang dilakukan di muka, yang terdiri dari penjaringan dan penyaringan sebagai identifikasi kasar yang kemudian diperhalus melalui suatu proses seleksi memiliki berbagai variasi, tergantung dari keperluan Dengan demikian kini klasifikasi bakat juga mencakup kreativitas, motivasi dan kepemimpinan.

DAFTAR PUSTAKA

 Kemendikbud. 2003. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta

 Suryabrata, Sumadi. 2014. Metodoloogi Penelitian. 2014. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

http://pijarpsikologi.org/mari-kenali-anak-berbakat-secara-lebih-dekat/ 

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/rochmat-wahab-mpd-ma-dr-prof/mengenal-anak-berbakat-akademik-dan-mengidentifikasikannya.pdf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun