Dari awal, eksistensi covid 19 yang bagi sebagian orang hanya ilusi mampu meluluh-lantakan peradaban. Bayangkan saja. Kita yang biasa dengan berbagai aktifitas sosial, seperti arisan, nongkrong di pos satpam, nonton bareng dan sebagainya dalam sekian bulan harus merelakan itu semua.Â
Belum lagi aktifitas pekerjaan yang seringkali melibatkan orang banyak seperti belajar-mengajar, bertemu dengan rekanan bisnis untuk membahas proyek, berjualan di pasar, membuka permainan odong-odong dan sebagainya. Semuanya rela kita tinggalkan karena satu alasan penting: "kesehatan".
Mungkin di sudut-sudut kampung, kita masih bisa melihat anak-anak bermain tanpa ada rasa takut. Sebentar kemudian bubar karena para orangtua sibuk memanggil anaknya satu per satu agar pulang ke rumah. Keceriaan hilang, keberadaan manusia sebagai makhluk sosial berasa kurang sempurna.
Seperti pelaut kuno, virus menolak meninggalkan kita sendirian. Ia ingin terus hidup bersama kita bagaimanapun caranya. Merajai di Inggris, Spanyol, Italia dan amerika, nampaknya ia masih akan tetap di sini pada awal tahun depan.
Jadi, kita jugalah yang mestinya dapat menerima keberadaan virus ini sebagai hal yang tak bisa kita tinggalkan. Tinggal bagaimana caranya kita bisa hidup berdampingan tanpa menyisakan rasa sakit satu sama lain. Lalu bagaimana itu bisa diwujudkan?
Mau tidak mau tubuh kita harus siap untuk menerima corona. Artinya, sistem kekebalan tubuh mesti dibentuk agar ketika covid 19 menyerang tubuh kita sudah memiliki benteng pertahanan yang kokoh. Di sinilah kemudian kita memerlukan faksin agar setiap kali bertemu covid 19 bisa dijinakan.
Saya percaya, mimpi buruk pandemi ini insya Allah akan segera berakhir. Perkembangan pembuatan faksin di beberapa negara saat ini telah memasuki tahap uji klinis. Untuk beberapa waktu ke depan corona mungkin akan seperti pileg flu dan sejenisnya. Dilansir dari rationaloptimist.com setidaknya ada lima alasan kenapa mimpi buruk pandemi virus corona akan segera berakhir.
Pertama, uji coba vaksin menjanjikan. Vaksin Universitas Oxford, yang dikembangkan bersama dengan Astrazeneca, sat diuji-cobakan terbukti aman dan mampu meningkatkan respon cel-T serta anti bodi. Hal ini berarti vaksin ini lebih dekat kepada keberhasilan daripada kegagalan.
Alasan kedua adalah bahwa, seperti yang dikatakan ahli epidemiologi Universitas Oxford, Sunetra Gupta, kekebalan kelompok dapat dicapai dengan lebih mudah daripada yang kita duga sebelumnya. Hal ini terbukti dengan adanya angka penurunan kasus infeksi di London. Separuh populasi sudah kebal akibat dari paparan flu coronavirus baru-baru ini. Kemudian adanya protokol kesehatan yang saat ini masih diterapkan juga sangat membantu dalam mencegah persebaran virus.
Alasan ketiga adalah kesabaran di masa pandemi. Selama kita tetap sabar dalam menerapkan protokol kesehatan, saya yakin hal ini akan dapat membatasi dan mengunci ruang gerak virus. Transmisi antar manusia ke manusia memang masih menjadi polemik. Tetapi hal tersebut mesti kita maklumi. Jangan sampai perjuangan kita menahan diri beberapa bulan ini menjadi sia-sia karena merasa sudah aman.
Alasan keempat adalah pengetahuan tentang orang tanpa gejala (OTG). Pengetahuan ini membuat kita dapat bersikap lebih hati-hati. Inilah saatnya kita belajar meminimalisir kontak fisik untuk mencegah dari paparan yang tidak terkendali.Â
Ketersediaan alat pelindung diri (APD) yang mewadahi, serta pengertian masyarakat terhadap era new normal menjadi faktor tersendiri. Kalaulah masih ada segelintir masyarakat yang abai tak usahlah kita bosan untuk menasehati.
Alasan kelima saya adalah bahwa kita sekarang tahu lebih baik bagaimana memperlakukan orang yang sakit parah. Ventilasi belum tentu jawabannya, pembekuan darah adalah ancaman nyata, membuat pasien berbaring telungkup sangat membantu, deksametason dapat menyelamatkan nyawa dan beberapa obat antivirus menunjukkan harapan.
Ini adalah alasan saya berani berharap bahwa sebentar lagi perang ini akan kita menangkan. Dunia akan lepas dari pandemi. Tak usahlah banyak membaca atau melihat teori-teori konspirasi. Mari kita jaga kesehatan diri.
Perkiraan saya, kalaulah di musim penghujan akan banyak lagi yang terjangkiti, namun saya yakin angka kematian akan bisa diminimalisir. Pileg dan flu biasanya akan memuncak di pertengahan musim penghujan. Virus biasanya akan bertahan lama di kondisi yang lebih dingin. Jadi jangan banyak-banyak makan es krim ya?
Covid 19 tentu berharap akan mencapai puncaknya seperti pileg dan flu. Tapi Australia menawarkan sedikit jaminan. Sekarang negara tersebut sedang mengalami musim dingin. Tahun ini menjadi tahun dengan angka infeksi pileg dan flu yang menurun. Dari Januari hingga akhir Juni, 21.000 orang Australia didiagnosis terserang flu. Tahun lalu lebih dari 132.000 orang didiagnosis pada periode yang sama.
Adanya sosialisasi protokol kesehatan seperti jarak sosial dan pemakaian masker saya rasa turut ambil peran dalam penurunan kasus infeksi flu di Australia. Untuk itu, keep fight and spirit. Lakukan yang terbaik untuk melindungi diri dan keluarga dari corona. Semoga mimpi buruk pandemi segera berakhir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H